Friday, 15 May 2015

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 6

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 6: Serangan Mematikan! Tinju Mabuk Laut (必殺! 船酔い拳, Hissatsu! Funeyoi Kobushi)


--Penulis: Akira Higashiyama
--Ilustrasi: Masashi Kishimoto


Sinopsis

Setelah Perang Dunia Shinobi Ke-4, Kakashi menunggu (/sedang mempersiapkan) untuk pelantikan Hokage. Mengenai teknologi baru milik Negara, 5.000 meter diatas langit, apa yang akan terungkap dalam misi besar ini? Menunjukan gambaran kejadian "setelah manga aslinya", sebuah proyek rahasia yang baru sedang di kerjakan, pada tahap pertama.

Guy berteriak sumpah serapah kepada Rahyo, yang sedang melirik padanya. Guy berkata bahwa dia marah, dan mulai berbicara kepada penumpang dan Rahyo.

「貴様の気持ちは、このマイト・ガイ、よぉく分かる。いくら努カしても、いつも横からだれかが、ひょいっとおいしいところをかっさらっていく。しかも、そういうやつが、天才などと呼ばれたりするんだ」ガイは含みのある眼でカカシを一瞥し、さらに力説した。
"Bicara soal perasaan, dasar kau B*******, Aku -Might Guy- memahami mereka dengan baik. Tidak peduli berapa banyak usaha (yang kau lakukan), orang lain dari sisi yang berbeda akan mengambil alih situasi yang lezat ini secara tiba-tiba. Ya, orang ituyang disebut jenius atau semacamnya." Dengan makna tersembunyi di balik tatapannya, dia melirik Kakashi, dan sekali lagi menekankan kata-katanya.
「し かし、オレを見ろ!いまゃ片足しか使えないが、そんなことくらいで腐ったりはしないぞ!コツコツと自分にできることを根気よく積み重ねていけば、オレのよ うにまた自分の足で立つことだってできるんだ。そして、いずれはその鼻持ちならない天才どもが、オレに助けを求めるようになるんだ。いまのこいつが、まさ にいい例だ!」
"Tapi, lihatlah aku! Saat ini, satu kaki milikku tak berguna, tapi hal itu sama sekali tidak berpengaruh! Secara bertahap, jika aku terus menumpuknya dengan ketekunan, aku dapat melakukan sesuatu lagi, aku bisa menjadi diriku sendiri lagi, bahkan aku bisa berdiri dengan kaki ku sendiri. Dan pada akhirnya, orang-orang yang jenius-nya kebangetan itu akan mencapai titik dimana dia akan meminta bantuanku. Situasi saat inilah contohnya!"
そ う 言 っ て, カ カ シ を ビ シ ッ と 指 さ し た.
Saat ia berkata demikian, ia menunjuk Kakashi dengan jari telunjuknya.

Kakashi heran apa yang Guy lakukan di saat seperti ini. Guy menyatakan bahwa ia akan menghentikan Rahyo-kun ([T/N] Kebiasaan Guy yang repot-repot menambahkan "-kun", padahal itu kan musuhnya. LOL), Guy juga menyatakan bahwa tidak akan membiarkan musuh melakukan kejahatan lebih lanjut. Dia mengatakan kepada para penumpang untuk tidak menyimpan dendam terhadap dunia, tidak seharusnya mereka seperti itu. Kakashi berpikir bahwa sudah biasa Guy mabuk dengan kata-katanya sendiri, tapi kali ini Guy terlihat emosi, dan tak henti-hentinya mengalir air mata panas-nya. Guy mendorong mereka untuk berbicara terus terang tentang masalah mereka. Guy akan membantu para penumpang dengan Kekuatan Penuh Jiwa Pemuda! Namun, para penumpang telah berlindung di sudut ruangan. Kemudian Rahyo melakukan kuda-kuda, dan memberitahu Guy untuk menerima serangannya, Rahyo membentuk segel.

「氷 遁 · 砕 氷 槌!」 * "Hyouton: Saihyoudzuchi! (Elemen Es: Palu Es Penghancur)"

Kakashi berteriak pada Guy bahwa saat ini bukan waktunya untuk mabuk dengan kata-katanya sendiri. Rahyo langsung mengambil kesempatan itu dengan menyerang pertahanan Guy. Tinjunya hampir mengenai perut Guy. Mata Guy melebar. Namun, pada Detik berikutnya, tempat di mana kepalan musuh berada, tiba-tiba hampa, Tubuh Guy menghilang bagai fatamorgana semata. Rupanya tubuh Guy sekarang sudah ada di belakang musuh, ia lalu berputar untuk melepaskan tendangan.

「木 ノ 葉 旋風!」 * "Konoha Senpuu! (Angin Topan Konoha) "

Rahyo segera mundur, lalu melontarkan pukulan berikutnya.

「砕 氷 拳!」 * "Saihyouken! (Pukulan Es Penghancur) "

Tendangan Guy beradu dengan pukulan Rahyo.

--- Novel Kakashi Hiden - Chapter 06 by H S M ---

Boom! Sebuah kilatan cahaya berkilau. Dinding kabin berderak dan bergertar. Keduanya secara bersamaan melompat mundur. Kakashi menelan ludah, dengan serius mengawasi pertempuran. Guy mulai berteriak kesakitan pada kakinya, karena melompat. Namun kemudian ia mengatakan bahwa tidak ada yang mustahil dengan Kekuatan Pemuda! Rahyo menyatakan bahwa nampaknya situasinya menguntungkan dengan kaki Guy yang seperti itu. Guy merespon:

「足 は 折 れ て て も, 心 は 折 れ て な い ぞ」
"Kakiku sakit, tapi hatiku tak sakit."
「な ら ば, そ の 心 も オ レ が へ し 折 っ て や ろ う」
"Jika hal ini saja jadi masalah, sepertinya aku juga akan patah hati."
「ど、どうやら、口で一言っても無駄なようだな」足の痛みに脂汗をダラダラ流しながら、 そ れ で も ガ イ は 気 を 張 っ た. 「さ あ, こ い!」
"Satu patah kata pun dari mulutku tampaknya tidak berguna, ya?" Dengan rasa sakit di kakinya, (Guy) perlahan-lahan merasa mengeluarkan keringat ingin. Namun, ia tetap memaksakan. "Baiklah, aku datang!"

Rahyo balik berteriak bahwa usaha mereka itu sia-sia saja, karena dia akan membunuh mereka. Kedua lengan Rahyo berubah warna, seperti baja. Dari tempat Kakashi, ia bahkan bisa merasakan sejumlah chakra besar yang dikumpulkan. Saihyoudzuchi (Palu Es Penghancur) pasti bisa menghancurkan balok es. Jika Guy dipukul dengan jutsu itu, tamatlah riwayatnya.

Tiba-tiba, Guy menggerakkan tangannya dengan cepat bagaikan kecepatan sihir, dia mengambil Soushuuga miliknya (== 双 襲 牙 // "Taring Kembar Penyerang"), itu adalah nunchaku miliknya. Guy mengatakan tidak ada orang yang berhasil menyerangnya jika dia sudah memegang Soushuuga ini. Dia mulai memamerkan keahliannya sedikit dengan mengayunkannya di sekitar tubuhnya. Dua set benda itu di ayun-ayunkan, membelah angin, dan melilit tubuh Guy. Senjata itu terlihat seperti binatang (benda hidup), seolah-olah itu merupakan bagian dari tubuh Guy sendiri. Benda itu membelah udara, melilit pinggang, kepala dan seluruh tubuhnya. Guy dengan bebas dan mudah bisa memanipulasi Soushuuga. Alhasil, seperti yang diharapkan, Rahyo menatap Guy dengan penuh takjub.

Kakashi berpikir, "Baiklah! Ayo maju! ". Guy manipulasi Soushuuga dengan cepat dan terampil, sehingga Rahyo merasa ragu-ragu untuk menyerang Guy. Kakashi berpikir:

しかし、いくら快調そうに見えても、ガイはやはりガイである。唐突にピタッと動きを止めたかと思うと、そのまま固まってしまった。
Namun, tidak peduli seberapa harmonis kelihatannya, Guy ya tetap Guy, seperti yang sudah dipersiapkan. Tiba-tiba, gerakan Guy berhenti. Segera setelah itu, saat ini (Guy) membatu.
眉間 に し わ を 寄 せ る 羅 氷. そ れ は, カ カ シ も 同 じ だ っ た.
Rahyo mengerutkan alisnya. Kakashi melakukan hal yang sama.
「...?」
ラウンジがしーんと静まりかえり、次の瞬間、ガイの口から、嘔吐物がとめどなくあふれ出したのだった。
Ruangan menjadi sunyi. Pada Detik berikutnya, Guy tanpa henti muntah-muntah.

--- Novel Kakashi Hiden - Chapter 06 by H S M ---

Guy mulai mengerang, lalu menatap Kakashi, mata Guy mulai terlihat menderita. Dia mengatakan kepada Kakshi kalau ia merasa sakit, terutama di kakinya. Kakashi merasa ngeri karena tahu kalau Guy menahan dua rasa sakit tersebut. Karena barusan Guy mengayun-ayunkankan Shoushuuga miliknya, mabuk laut itu mungkin menjadi lebih parah! Terlihat di alis Rahyo, pembuluh darah muncul. Dia dengan tegas melangkah menuju Guy, dan melesatkan tendangan ke kaki Guy yang sakit. Guy menyeringai. Rahyo bersiap menggunakan Saihyouken (Pukupan Es Penghancur) ke kepala Guy, sambil berteriak padanya untuk mati!

Namun, keberuntungan masih berada disisi Guy!

Karena mabuk laut nya, kakinya mengalami komplikasi. Secara kebetulan, Guy membungkuk kebelakang menghadap ke atas. Kaki kanannya tidak sengaja seperti bergerak sendiri. Entah bagaimana caranya bisa mengenai rahang Rahyo. Padahal, di kaki kanannya, gips yang membalut kakinya itu cukup besar dan berat. Menerima tendangan itu, Rahyo terpental. Dia tidak bisa mengerti apa yang baru saja terjadi. Matanya hanya bisa berkedip karena terkejut.

が, 一番 び っ く り し て い る の は, ガ イ 本人 の よ う だ っ た.
Namun, orang yang terlihat paling terkejut adalah Guy sendiri.
「み、見たか……な、名付けて……」と、片足でケンケンしながら、思案した。
"Kau... Kau melihatnya, kan? ... Itu... itu namanya..." Sambil melompat dengan satu kaki, Guy berpikir.
「え っ と ...... 名 付 け て, ふ, ふ, 船 酔 い 拳!」
"Eee... Ttu namanya... Fu... Fu... Funeyoi Kobushi! (/ Tinju Mabuk Laut!) "
「...」

Kakashi tidak bisa membantu, melihat kejadian aneh ini ia berpikir bahwa Guy hanya perlu melakukan sesuai kehendaknya. Rahyo berkata pada Guy bahwa seharusnya ia tidak main-main. Dia melepaskan serangan dengan penuh amarah. Guy baru saja terpikir teknik baru, seperti yang diharapkan, ia terlalu sibuk memikirkan pertempuran. Karena satu kakinya tidak berfungsi, dan karena mabuk laut parah nya, dunia di sekelilingnya terlihat terdistorsi. Ia bahkan tidak sempat bisa berdiri.

Kadang-kadang, ia jongkok untuk muntah-muntah. Guy mampu menghindari serangan berikutnya yang hampir mengenai wajahnya. Dalam pikiran Kakashi hal tersebut terjadi secara kebetulan.

Namun, Guy bisa menghindari serangan kedua. Serangan ketiga juga berhasil di tangkisnya.

--- Novel Kakashi Hiden - Chapter 06 by H S M ---

Bertentangan dengan ekspektasi Kakashi, Guy terus menghindar dari serangan keempat dan kelima. Dengan kaki lemas, Guy sesekali jongkok muntah. Wajahnya terkejut, matanya terbuka lebar dan hanya putih matanya saja yang terlihat. Tubuhnya bergoyang maju mundur dan memutar. Bahkan Rahyo tidak dapat mendaratkan pukulan padanya.

Dari sudut pandang Kakashi, ini merupakan kedua kalinya ia heran dengan situasi seperti ini. Di berpikir: Apa Guy baru saja menguasai Tinju Mabuk Laut!? Hati Rahyo mendidih penuh dengan kemarahan. Perlahan, serangannya semakin ceroboh. Salah satu dari tiga Saihyouken nyaris mengenai Guy. Rahyo menghancurkan rak alkohol. Botol pecah jatuh ke lantai.

Tiba-tiba dengan suara pelan, Kakashi mendengar panggilan. Sebelum Kakashi menyadarinya, Pakkun sudah berada di sampingnya. Pakkun memberitahukan bahwa semua Kertas Peledak telah dikumpulkan. Sekarang, dia akan menggigit tali yang mengikat Kakashi. Sementara Pakkun mengunyah tali, Rahyo dan Guy terus bertarung. Guy tergelincir karena tumpahan Sake, dan secara dramatis jatuh. Rahyo mengambil kesempatan ini untuk menyerang dengan Saihyouken lainnya. Guy masih terjatuh-jatuh, sehingga serangan Rahyo meleset dan hanya membuat lubang di lantai.

Guy berdiri lalu kembali melancarkan serangan balik, tetapi Guy hanya mengayun-ayunkan tinjunya. Oleh karenanya pertahanan Guy terbuka, Rahyo melompat kearahnya. Rahyo berteriak bahwa pertempuran ini ditentukan dengan serangan berikutnya. Matanya meredup saat ia menenggelamkan Saihyouken nya ke perut Guy. Suara pukulan bergema. Tubuh Guy tergantung di udara. Bola matanya menonjol, dan udara keluar dari paru-parunya. Rahyo yakin sekarang ia menang, ia tersenyum dan tertawa lebar.

ガ イ の 体 か ら 飛 び 出 し た の は, し か し, 空 気 だ け で は な か っ た.
Namun, bukan hanya udara yang keluar dari tubuh Guy.
「う っ ぷ!」
"Upps!"
「!」
「!」, Garyo kaget.
気がついたときには、ガイの口からプシャーッと勢いよく噴き出したものが、羅氷の顔面を直撃していた。
Ketika (Rahyo) melihat, ada sesuatu yang tersembur dengan suara 'Huuookk' dari mulut Guy. Semburan itu langsung mengenai wajah (Rahyo).
「あ あ ... 悪 い, 悪 い」 ガ イ が 恐 る 恐 る, 言 っ た.
"Ahh... Maaf... Maaf" ucap Guy merasa bersalah.

Suara "Huuookk" sebenarnya adalah "Pushaa"

--- Novel Kakashi Hiden - Chapter 06 by H S M ---

「こ、殺す……」顔からすっぱいものをボタボタ滴らせながら、羅氷が吼えた。
"Aku... Aku akan membunuhmu..." Rahyo menyalak ketika cairan asam menetes-netes dari wajahnya.

Rahyo berteriak, dan untuk melampiaskan kemarahannya ia menyerang Guy lagi.
Tendangan, Pukulan dengan telapak tangan, Sikuan, Tendangan Lutut dan Tinju Rahyo tanpa ampun dan tanpa henti mengenai Guy.

Kakashi memanggil nama Guy. Kini, Pakkun telah hampir selesai menggerogoti tali yang mengikat Kakashi. Pakkun bertanya apakah tugas mereka sudah selesai. Kakashi mengucapkan terimakasih pada Pakkun, dan mengatakan kepadanya bahwa lain waktu, Kakashi akan memberikan Daging Lezat kepada semua Ninken! Pakkun tersemyum dan tertawa, dan kemudian menghilang dalam kepulan asap putih. Kakashi menendang lantai lalu menjulang ke atas. Dan kemudian:

チャクラが一気に流れ込み、バチバチバチと紫色するに放電する。折られた指に激痛が走ったが、そんなことは、どうでもよかった。
Chakra mengalir di tangannya sekaligus terdengar suara "Bachibachibachi" (/suara berderik) dari kilatan-kilatan listrik. Rasa sakit menyebar melalui jari-jarinya yang patah, tapi hal seperti itu tak masalah baginya.
「!」
異 変 に 気 づ い た 羅 氷 が, 血 走 っ た 眼 を こ ち ら に 向 け る.
Rahyo merasakan adanya masalah, ia berbalik arah Kakashi dengan mata merah.
「お 前, い っ た い ど う や っ て ...」
"Bagaimana bisa kau...."
崩 れ 落 ち る ガ イ の 陰 か ら, カ カ シ は 飛 び 出 し た.
Kakashi dengan cepat bergegas keluar dari bayang-bayang Guy yang telah runtuh.
「紫 電!」
"Shiden!" (/Petir Ungu!)
敵 は 反 応 し き れ な い.
Musuh tak mungkin bisa bereaksi. (terhadap serangan Kakashi)
が, 渾身 の 紫 電 を た た き つ け る こ と は, け っ き ょ く で き な か っ た.
Namun pada akhirnya, ia tidak mampu melancarkan Shiden dengan sekuat tenaga.
シ ュ ッ!
Shuu!
空気を切り裂く音に、反射的に体を開く。銀色に輝くクナイが、カカシの頬をザックリと切り裂いた。
Suara merobek udara, Kakashi mengangkat tubuhnya secara reflek. Ada Kunai berkilau berwarna perak. Kunai itu menyerempet pipi Kakashi.
「!」
着 地 す る な り, バ ッ ク 転 で 逃 れ る.
Segera setelah ia mendarat, (Kakashi) melarikan diri dengan melakukan backflip.
追いかけてくるクナイが、カカカッ、と床に突き刺さった。刺さったとたん、あっという間に溶けて消える。
Rentetan Kunai terus mengejar dan menancap lantai dibarengi dengan suara 'kakakaa' (/detakan). Kunai itu menancap di lantai, namun tak lama kemudian meleleh dan menghilang dalam sekejap mata.

[T/N]
Chidori dalam The Last Versi Novel di beri efek suara チ ッ, チ ッ, チ ッ, チ ッ. (Chi Chi Chi Chi // Chirp Chrip Chirp Chirp). Sedangkan Chidori Sasuke dalam manga diberi efek suara "バ チ チ チ チ" (Bachichichichi). Raiton Yondaime Raikage mode Chakra juga di beri efek suara seperti Chidori Sasuke.
バ チ バ チ バ チ (Bachibachibachi) biasanya adalah SFX listrik yang berderik.

Ya, benda itu bukanlah Kunai. Sambil menjaga posisi rendahnya, Kakashi memandang musuh baru. Es menyerangnya dari dalam saluran ventilasi. Es itu sama dengan taring yang sebelumnya telah menyerang dirinya dan Guy!

Rahyo berteriak pada temannya: "Kahyo! Apa yang kau lakukan!". Kemunculan Kahyo rupanya bukan bagian dari rencana mereka. Kahyo dengan santai menjawab bahwa jika pedang esnya (氷 剣 = Hyouken) tidak dilemparkan, maka kakak (menyebut Rahyo dengan kehormatan 兄 上) akan terbunuh. Kahyo mengenakan pakaian shinobi putih dan mengenakan topeng dengan pola kail di atasnya. Kahyo menghadap Kakashi, lalu menyatakan niatnya untuk melawan Kakashi.

--- bersambung ke Chapter 07 ---




Terjemahan dari OrganicDinosaur dan Narutonian

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 Part 2

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 Part 2

--- Penulis: Tomohito Ōsaki ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

Translator Note: Unlike Kakashi Hiden, there are no descriptive titles for each chapter. In addition, each chapter is divided into 2-5 subsections ___ [Tidak seperti Kakashi Hiden. Tidak ada judul deskriptif pada setiap chapter. Sebagai tambahan, masing-masing chapter dibagi kedalam beberapa bagian].

--- Novel Sakura Hiden - Chapter 01 Part 2 by H S M ---

Rokudaime Kakashi sedang duduk di kursinya. Penampilannya terlihat formal dengan memakai pakaian Hokage lengkap dengan topinya.

"Sakura, belum lama ini kami mencari tau tentang persoalan itu (tentang klinik kesehatan), kami menerima jawaban dari Sunagakure, kelihatannya.. di sisi lain hal itu akan menjadi hal yang baik-baik saja setiap saat."

"Benarkah?" wajah sakura langsung berbinar-binar, Kakashi hanya meresponnya dengan meringis dan tertawa.

"Dengan Ino, akankah kalian berdua pergi kepada mereka (pihak Sunagakure)? Gadis muda itu juga secara mengagumkan mengasistenimu. Benarkan?" lanjut Kakashi.

"Ya!"

Ini sudah satu minggu sejak mereka menerima laporan tentang keberhasilan 'Klinik perawatan kesehatan mental anak-anak' dia telah bekerja bersama Ino di dalam departemen. Sakura dipanggil ke kantor Hokage.

Mengenai status 'Klinik perawatan kesehatan mental anak-anak' sekarang ini. Sakura juga ingin menyampaikan keberhasilannya pada sekutu mereka - Sunagakure. Sebagai tambahan, dia terlebih dahulu memohonkan Kakashi untuk melakukannya.

Karena ketegangan perang besar. Anak-anak yang hati dan pikirannya terluka karena kondisi ini, seharusnya terlepas dari semua itu, di bawah Konoha.

Jika dengan mempersiapkan infrastruktur klinik kesehatan mental dan mengembangkan keefektivitasnya di dalam Konoha, kemudian kerja mereka juga harus diaplikasikan oleh desa-desa yang lain, tentunya sistem ini juga sangat berguna untuk anak-anak di desa lain tersebut.

"Sistem yang benar-benar membantu ini belum disebarkan ke desa-desa lain bukan? Jadi secara terus menerus instruksikan pada mereka mengenai kemajuan kita."

"Ya! Bahkan dari Kakashi-sensei, aku benar-benar terbantu dalam persoalan itu. Akan tetapi tolonglah rencanakan sesuatu untuk akomodasi anggarannya."

"Karena kau dulu adalah muridku, entah mengapa aku juga ingin mengasistenimu. Iya kan? Juga.. Itu karena aku mengerti jika trauma mental adalah hal yang berat. Benar?"

Sewaktu kakashi berbicara, dia sedikit mengangguk.

"Aku akan menugaskan rencana 'perjalanan bisnis' ke Sunagakure ini padamu dan Ino. Berhati-hatilah. Aku akan melihatmu lagi!"

"Ya!"

Sakura meninggalkan kantor Hokage.

--- Novel Sakura Hiden - Chapter 01 Part 2 by H S M ---

Ini akan memakan waktu empat hari perjalanan sampai mereka tiba di Sunagakure, ketika berpikir tentang alat dan persenjataan shinobi yang diperlukan selama perjalanan, Sakura juga menyadari jika dia harus mempersiapkan dokumen itu sekali lagi. Meninggalkan kediaman Hokage, Sakura berjalan sambil mempertimbangkan "ini" dan "itu" untuk persiapan misinya. Sekelebat di depannya, dia melihat sosok Sai, mengenakan pakaian misinya, membawa sebuah gulungan besar.

"Sai!!" Sakura berteriak memanggilnya. Sai menjawab Sakura "Yo!"

"Apakah kau juga sedang mendapatkan perintah dari Kakashi-sensei?"

Sai hanya mendengarkan, kemudian meresponnya dengan jawaban singkat, "Mm- Yup."

Sai membalas pertanyaan Sakura dengan jawaban yang agaknya setengah hati.

"Mengenai dirimu Sakura. Mengapa kau begitu perhatian dengan urusan-urusan di kantor Hokage?"

Disisi yang berlawanan darinya, Sai bertanya pada Sakura lagi tentang pekerjaannya. Sakura mengatakan kepadanya tentang urusannya untuk melakukan 'perjalanan bisnis' ke Sunagakure.

"Aku mengerti, kau akan pergi ke Suna. Dalam masalah ini kau harus rajin-rajin menjaga hidrasi kulitmu, karena kulitmu akan mengering disana." Sai memberi nasehat.

Sakura menanggapi nasehat Sai dengan anggukan.

"Tidak apa-apa, aku akan membawa pelembab dalam jumlah yang tepat, karena hal semacam itu juga termasuk di dalam 'kekuatan wanita'."

"Oh! Begitu ya? Tapi tentang dirimu Sakura. Kau memiliki yang lebih daripada 'kekuatan wanita'. Aku mendapat kesan jika kau malahan memiliki kekuatan fisik. Jadi pastikan kau tidak akan menghancurkan botol-botol pelembab itu dengan tangan kosongmu. Okay?"

Sai tersenyum dengan manis ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu, ketika Sakura juga ikut tersenyum, dia menanggapi kalimat Sai dengan perkataan. "Kemudian, bagaimana jika aku membuat diam mulutmu dengan kekuatan fisik?"

("Itu tidak perlu, karena terlalu mengerikan")

Walaupun ada sedikit rasa takut pada situasi itu dan dengan tidak berkata apa-apa lagi, Sai langsung berjalan kearah kantor Hokage. Tentu saja, Sakura tersenyum miring.

--- Novel Sakura Hiden - Chapter 01 Part 2 by H S M ---

** Page break -- Scan berubah **

"Anda memanggil saya? Benar?" Sai berbicara sambil berdiri di depan meja.

"Maaf karena memanggilmu dengan tiba-tiba." Kakashi menutup file yang sedang dipegangnya.

"Tidak, itu bukan suatu masalah. Tetapi secara personal adakah yang anda inginkan dari saya? Apakah ini sejenis misi?"

"Mm-, baiklah.. Sebuah misi adalah sebuah misi, tetapi tidak berarti jika hal itu adalah hal yang formal."

"Apa maksudnya?"

Sai sedikit menyipitkan matanya.

"Suatu hal, aku ingin kau menginvestigasi. Akan tetapi aku ingin kau mengerjakannya sendirian."

Kakashi mengangguk, kemudian melanjutkan.

"Satu minggu yang lalu, daimyo datang untuk memulihkan kesehatannya di Onsen (pemandian air panas) yang ada di desa. Apakah kau tau sebuah insiden terjadi ketika secara tiba-tiba mereka diserang oleh seseorang?"

"Ya, saya mendengarnya, ketika daimyo sedang merendam dirinya di air panas. Sebuah kunai melayang dekat kepada mereka."

"Baiklah! Mungkin itu 'baik' karena tidak ada kerusakan. Daimyo juga tidak menderita luka-luka. Pada hari itu, ANBU berada di area pinggiran Onsen (pemandian air panas) ketika daimyo datang. Mereka menyebar dan dengan ketat menjaga area sekitar. Bahkan, ketika sebuah kunai terlempar, itu tidak akan menjadi tindakan sederhana yang dapat dilakukan, dibawah banyak pengawasan dan banyaknya mata yang mengawasinya.

Dan kemudian Kakashi melanjutkan.

"Bagaimanapun juga, kejadian itu terjadi beberapa hari lalu. Untuk suatu alasan, pada arena latihan di desa, Hamura-sama (penasehat desa) datang untuk memeriksa dan menyampaikan pendapatnya disana. Dia telah dikawal oleh dua shinobi, tetapi mereka diserang oleh penjahat."

"Saya tidak tahu tentang kejadian ini."

Sejak Homura-sama benci jika membuat hal tersebut menjadi sebuah persoalan penting. Dia tidak akan membicarakannya secara terbuka.

"Tetapi bukankah ini mengganggu? Sejak seseorang eksekutif di negeri ini diserang?"

"Dan.. Insiden itu berjalan dengan sukses."

"Apakah anda menghendaki saya mengisvestigasi dua insiden itu?"

"Ya! Benar. Dua kejadian telah tertangani. Jika ada yang ketiga yaitu pelaku kejahatan di dua insiden yang lain. Atau mungkin oleh orang yang berlainan. Walaupun demikian, aku ingin kau menginvestigasi semuanya. Termasuk juga keadaan disekitar kejadian itu." Kakashi selesai berbicara.

Sai kemudian bertanya, "Bagaimana dengan ANBU? Mengapa mereka tidak digerakkan?"

"Tentu saja, mereka bergerak. Akan tetapi, aku berpikir jika aku ingin menangguhkan rangkaian kajadian ini kedalam investigasi secara personal."

"Dimengerti, saya akan dengan segera bekerja."

"Maaf."

"Ini akan baik jika Naruto dan Sakura bekerja dengan saya. Pada perhatiannya, mereka akan meningkatkan efisiensi investigasi.. Tidak! saya kira Naruto akan buruk pada misi semacam ini."

"Aku mengerti. Baiklah!" Kakashi tertawa.

"Karena orang itu tidak cocok untuk misi yang seperti ini. Selain sakura adalah Sakura, dia juga sedang mengerjakan sesuatu sekarang."

"Ini mengingatkan saya ketika dalam perjalanan kemari dan bertemu dengannya. Dia sepertinya sedang mengurusi 'perjalanan bisnis' ke Suna?"

"Mmmph- . Itulah mengapa saat ini, waktu untuk Sai bekerja sendirian. Aku pikir kau tidak akan terlihat mencolok. "

"Mengerti!"

"Tolong kerjakan dengan hati-hati."

Seperti yang Kakashi bicarakan, ekspresi wajahnya menciut.

"Aku rasa ini tidak akan terlihat seperti lelucon belaka. Sekalipun ini adalah tipikal pelaku kejahatan dengan kekerasan."

"Apakah ini intuisi anda sensei?"

"Ya! Ini adalah persepsi yang mengejutkan. Iya kan?"

"Saya akan bekerja dengan hati-hati. Tapi sensei, tolong anda juga harus waspada. Benar?"

"Eh? Aku?"

Itu karena eksekutif tinggi negeri ini telah diserang, tidak menutup sebuah kemungkinan jika target penyerangan berikutnya adalah Rokudaime Hokage.

"Ini kedengarannya masuk akal, baiklah.. Aku akan waspada."

Ketika kakashi mengangguk, dia berpikir tentang dirinya.

――"Tetapi itu akan bagus jika serangan berikutnya segera mengarah padaku."

Dia berpikir tentang itu untuk sesaat.

--- Bersambung ke Novel Sakura Hiden Chapter 01 Part 3 ---



Sumber DNI.

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 Part 1

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 Part 1

--- Penulis: Tomohito Ōsaki ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

Untuk informasi, setelah manga Naruto tamat, Jump berencana untuk merilis enam epilog berupa novel setiap bulannya. Dan April ini adalah rilisan ketiga, yaitu novel Sakura Hiden, side story yang akan mengulas apa yang terjadi setelah Perang Besar Dunia Ninja Keempat.

Translator Note: Unlike Kakashi Hiden, there are no descriptive titles for each chapter. In addition, each chapter is divided into 2-5 subsections ___ [Tidak seperti Kakashi Hiden. Tidak ada judul deskriptif pada setiap chapter. Sebagai tambahan, masing-masing chapter dibagi kedalam beberapa bagian].

Seorang ninja perempuan sedang menjelaskan dokumen yang kini berada di tangannya. Dia berusia kira-kira dua tahun lebih muda dari Sakura.

“-- Cara aku melihat dan mengerti isi data dari dokumen yang sedang dibagikan, jumlah anak-anak yang mengalami guncangan fisik dan mental akibat perang telah berangsur mengalami penurunan.“

“Sejak klinik ini diperkenalkan setahun dan separuhnya telah berselang, data menunjukkan perkembangan yang teratur.“

Setelah Sakura menyatakan hal itu, ninja medis yang bertanggung jawab menjelaskan dokumen tersebut kemudian melanjutkan “Ya, ini benar-benar memuaskan.” Dia mengangguk. Pipinya yang kecil dan wajahnya terlihat memerah oleh karena ketegangan dan rasa groginya.

“Sebagai gejala yang berkepanjangan kemajuan tidak dapat diamati dengan penyuluhan melalui percakapan. Untuk kasus itu, kita akan berkolaborasi dengan departemen lainnya di dalam rumah sakit. Kita akan memastikan jika resep obat dan seterusnya bahkan akan termasuk juga dukungan untuk kesembuhan mereka."

“Itu akan menjadi masalah. Benar kan?“ Selanjutnya kepada Sakura Ino berucap terus-terang.

Sakura mengangguk “Ya! Itu benar.“ Kemudian melanjutkan. “Tetapi untuk mengkoordinasi dengan departemen-departemen lainnya, tolong agar kita maju dengan sehati-hati mungkin. Karena kesejahteraan pasien tidak akan ditingkatkan dengan hanya beberapa diskusi, bukan pengobatan dengan obat. Pertama-tama dan dengan cermat dengarkan cerita anak, Karena disinilah tujuan awal pembangunan klinik perawatan kesehatan mental anak-anak ini.“ Itulah yang Sakura tambahkan pada diskusi itu.

Sesudah itu mereka melanjutkan diskusi dan menjelaskan isi dari dokumen. Rapat itu berakhir ketika mereka mengkonfirmasikan rencana bersama untuk masa mendatang.

Sakura dan Ino keluar dari ruang rapat yang berlokasi di dalam rumah sakit Konoha.

“Apa tadi gadis muda itu sedikit tegang dan grogi?“ Ino berbicara terus terang ketika berjalan di sepanjang koridor.

“Gadis muda yang menjelaskan data kepada kita. Dia masih membiasakan diri dengan situasi. Benar kan?“

“Tetapi mungkin selain itu aku berpikir karena dia berada di depan Sakura-senpai. Dia bercita-cita untuk menjadi sepertimu.“

“Apa maksudmu?"

Sakura bertanya pada Ino yang kemudian hanya direspon Ino dengan tawa setengah menggoda.

“Apakah kau tau? Jika menurut junior-junior kau itu sangat populer. Walaupun kau adalah seorang ninja medis, tapi kau juga sangat kuat dalam pertempuran. Selain itu kau juga mampu bekerja dengan sangat rajin. Lebih dari itu, kau juga cantik. Karena alasan itu kau akan tumbuh bahkan menjadi lebih populer."

“Bahkan aku ingin membagikan keberuntunganmu.“ Ino menyatakan dengan tawanya.

“Hentikan Itu!“ Sakura menanggapinya dengan senyuman masam.

Setelah melakukan percakapan terangan-terang dengan sentuhan keakraban pertemanan. Ino mengubah arah pembicaraan, kembali pada perkerjaan.

“Tapi aku merasakan hal-hal akhirnya akan berjalan sesuai dengan rencana untuk klinik perawatan mental anak-anak. Benar kan?“

“Ya, Itu benar.“ Sakura mengangguk.

--- Novel Sakura Hiden - Chapter 01 Part 1 by H S M ---

Dengan rumah sakit Konoha, Sakura telah menciptakan sebuah posisi dimana secara khusus dia bertanggung jawab terhadap perawatan mental anak-anak. Sakura mengusulkan ide tersebut kepada management rumah sakit.

Kira-kira dua tahun yang lalu perang besar dunia shinobi ke empat telah berakhir. Ketika, kira-kira separuh tahun telah berlalu.

Ini adalah peperangan besar, dimana semua shinobi dari penjuru dunia bergabung di dalam sebuah aliansi untuk menghalangi kebangkitan Kaguya Ootsutsuki.

Dia adalah musuh dengan kekuatan tak terbatas. Seringkali, mereka akan terjatuh ke dalam keputusasaan. Meskipun demikian dengan Naruto sebagai inti (mata) dari aliansi shinobi. Mereka tidak bisa hancur dan tidak bisa mengalah. Mereka telah bertarung habis-habisan. Cita-cita Kaguya telah hancur.

Semua orang merasa senang dengan datangnya sebuah perdamaian. Dunia telah terselamatkan.

Sebelum pembangunan kembali dimulai, seperti halnya sebuah perang besar, mereka secara terus menerus memperbaiki kerusakan tanah dan infrastruktur.

Sebagai seorang ninja medis Sakura juga mengobati sejumlah besar shinobi yang terluka.

Ada banyak orang yang menderita luka besar, banyak orang mengunjungi perawatan kesehatannya. Akan tetapi semua ekspresi wajah pasiennya terlihat kalem dan tenang. Sejak perang telah usai, mungkin karena pengertian mereka dan mereka telah merasa aman.

Sakura tiba-tiba berpikir. “Aku berpikir bagaimana yang dilakukan anak-anak………?"

Dia berpikir tentang hal itu, sementara dia bersantai di rumah sakit. Sakura kebetulan melihat Kurenai, yang memeluk bayinya.

Sebagai seorang anak yang secara tidak langsung terlibat di dalam pertarungan barangkali secara fisik mereka tidak tersakiti. Akan tetapi bagaimana dengan mentalnya?

Sejak anak-anak tidak tahu kapan perang akan berakhir, hati mereka yang muda dan lembut. Kemungkinan akan mengalami stres pada kondisi begini. Seperti yang anak-anak lihat jika negara dalam keadaan runtuh atau mengetahui kematian seseorang yang sangat dekat dengan mereka. Barangkali mereka akan menanggung luka besar di dalam hati dan pikirannya.

Sakura mencoba memeriksa data pasien yang mengunjungi rumah sakit. Setelah perang besar, rupanya ada banyak anak yang datang dengan keluhan kesehatan fisik memprihatinkan yang tidak diketahui penyebabnya.

Sakura berpikir jika itu hal yang tidak dapat diabaikan.

“Anak-anak adalah harta karun bagi desa.“―― Sandaime Hokage – Hiruzen Sarutobi seringkali membicarakan hal itu. Bahkan semua shinobi senior secara umum mengetahuinya. Dan juga sejak saat itu mereka mengukir ‘kata’ tersebut di dalam dada mereka.

Mengapa tidak bisa menciptakan sebuah infrastruktur untuk perawatan mental anak-anak dan sebuah tempat unit spesial dibawah rumah sakit? Pertama-tama Sakura mencoba mengkonsultasikannya dengan gurunya, Tsunade.

“Aku kira ini adalah hal yang hebat.“ kata Tsunade. “Dengan kepemimpinanmu cobalah untuk memajukannya Sakura.”

Dengan sebuah dorongan dan dukungan dari gurunya Sakura menyusun segala persiapannya.

Sakura memerlukan personil-personil yang bisa dipercaya kemudian melatih mereka. Berkoordinasi dengan rumah sakit Konoha, dia perlu membangun sebuah fondasi (untuk rencananya). Dan kemudian bagaimana akan meminta mereka agar setuju dengan anggarannya?

Sehingga ada banyak hal yang harus dilakukan. Ini benar-benar tidak mungkin dikerjakan sendirian oleh Sakura. Teman sebaya Sakura – Ino Yamanaka – dengan sukarela mau menjadi asisten Sakura.

“Selain itu bukankah ini tempat serius tak terduga untuk berada di dalamnya? Karena ini adalah serangkulan untuk dibebani saja. Jika kau harus ‘meledak’ karena stres maka aku kasihan padamu. “

--- Novel Sakura Hiden - Chapter 01 Part 1 by H S M ---

Dengan berkolaborasi dengan Ino tahap persiapannya berakhir selama enam bulan, kemudian mereka bisa menjangkau dan memperkenalkan ‘Klinik perawatan kesehatan mental anak-anak’. Mereka mulai untuk melihat hasilnya secara instant. Keefektifan dari klinik mereka terus menerus berkembang.

“Aku benar-benar berterimakasih atas asistensi yang telah kau berikan padaku Ino. Terimakasih.“

“Jika kau akan memberiku sebuah bonus spesial, berikan aku kesenangan untuk sesuatu!”

Merespon sindiran Ino, Sakura tertawa lepas.

Ketika mereka meninggalkan rumah sakit, Ino menawarkan ajakan pada Sakura, “Bagaimana kalau kita minum teh?”

Akan tetapi Sakura melipat kedua tangannya secara bersamaan, kemudian merespon dengan jawaban “Maaf.“

“Jadi untuk hari ini ada banyak dokumen yang ingin aku susun lebih dahulu. Aku bermaksud untuk mengerjakannya setelah kita berpisah jalan, hingga waktu berikutnya.“

“Aku mengerti.“

Tetapi seperti yang Ino katakan, ada sedikit kekangan yang tersirat pada roman mukanya. Mata itu sepertinya ingin menunjukkan suatu pesan. “Benarkah? Jangan terlalu memforsir dirimu terlalu banyak. Oke?“

Sakura pura-pura tidak melihat ekspresi Ino, dia melambungkan tangannya seraya berkata “Selamat tinggal.“

Dia kemudian berjalan sendirian pada jalanan yang terlihat sibuk. Walaupun ini masih terlalu sore, jalanan begitu padat oleh orang-orang.

Salju-salju yang tertumpuk sedikit demi sedikit di desa telah meleleh. Musim dingin telah berganti menjadi musim semi. Bahkan orang-orang yang berjalan turun ke jalanan telah melepaskan mantel tebal mereka.

“Huh! Sakura-chan.“ Tiba-tiba dia mendengar suara dari arah belakang. Suara yang dia kenal dengan baik.

“Naruto! Hinata!”

Memutar tubuhnya, Sakura melihat dua sosok orang, masing-masing dari mereka mengenakan pakaian sipil. Terkesan seperti orang yang sedang jalan-jalan.

“Apakah kalian berdua sedang berkencan?“ Sakura bertanya.

“Apa kabar Sakura-chan?“ kata Hinata.

“Aku dirumah sakit, dalam sebuah pertemuan penting dengan Ino.“

“Aku mendengar tentang diskusi itu-dattebayo! Ah seperti biasa, apa lagi itu, anak-anak, err…. sebuah klinik?“

“Itu adalah klinik perawatan kesehatan mental anak-anak.“ Setelah membenarkannya, Sakura bertanya. “Mau pergi kemana kalian? Mencari makan?“

“Ya! Kita akan pergi ke Ichiraku.“ Hinata mengangguk.

“Hey.“ Naruto mulai berbisik ke telinga Sakura.

"Aku meminjam, ‘an-an’ dari Sai. Di dalam majalah itu tertulis jika laki-laki yang pergi berkencan harus membiayai kencannya. Tapi harga makanan di restaurant terlalu mahal."

Sakura sedikit terkikik dengan pernyataan Naruto, yang kemudian membuat Naruto berubah sedikit pucat. Dia membalas bisikan Naruto “Itu baik-baik saja. Jangan terlalu keras pada dirimu.“

“Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?“ Hinata memiringkan kepalanya kesamping.

Naruto membalas respon itu dengan tawanya. “Ah-, ya-, Bu-bukan apa-apa kok!”

Naruto menggosok-gosok perutnya. “Aku melihat kedepan untuk menikmati ramen~.“

Sejak gerak-gerik Naruto terlihat konyol, Hinata meledak dalam tawa. Sebuah kenampakan dari kehangatan hati dua orang. Bibir Sakura juga pecah dalam senyum lebar.

Keduanya telah diakui sebagai pasangan resmi di desa, semenjak mereka bersama selama beberapa bulan.

Dalam hubungan mereka, Hinata terlihat malu ketika Naruto terlihat konyol. Ketika Sakura dekat dengan keduanya, mereka berdua membuat perasaannya menjadi hampir khawatir. Akan tetapi sekarang Naruto dan Hinata adalah pasangan yang berbahagia. Ketiganya juga riang gembira dan terkenang manis.

Kejadian ini, membawa mereka kembali dekat. Mengingatkan kembali seperti musim salju yang lalu.

--- Novel Sakura Hiden - Chapter 01 Part 1 by H S M ---

Keturunan terakhir dari Ootsutsuki klan – Toneri Ootsutsuki yang tinggal di bulan. Dia menculik adik perempuan Hinata – Hanabi. Dengan merampas byakugan milik Hanabi Toneri berencana untuk menghancurkan bumi.

Di sepanjang misi itu, Naruto menyadari jika Hinata menjadi tak tergantikan dan juga merupakan sesuatu yang penting baginya. Dan juga, dia memberitahukan pada Hinata tentang perasaannya.

Sekembalinya Naruto menyelamatkan bumi dengan Hinata, mereka kemudian menjadi sepasang Kekasih.

Kabar itu dengan cepat menyebar ke desa.

Dalam waktu yang singkat teman sebaya dan para senior menggoda mereka dengan gurauan. Tetapi waktu-waktu untuk digodai oleh teman-teman sudah habis.

Di hari yang lain Sakura menerima undangan tertulis, akan segera ada pesta pernikahan bagi mereka berdua, Naruto dan Hinata.

“Hey, bagaimana kalau kita pergi makan ramen bersama-sama Sakura-chan?“ Naruto berkata demikian dengan tawa yang mengembang. Sakura menarik nafas panjang dan merespon “Baiklah, tentang itu-.“

“Untuk apa? Kenapa harus pergi bersama dengan kalian? Karena ini adalah waktu dimana kalian sedang bebas dari misi dan bisa sepenuhnya pergi berkencan.“

Sakura menyelinap ke belakang mereka berdua. Dia mendorong mereka dari belakang. Naruto dan Hinata kemudian berjalan di jalanan yang padat itu, Sakura melihat pemandangan sosok mereka dari belakang. Naruto telah mengatakan berbagai jenis lelucon, dan Hinata tertawa saat itu. Sebuah gambaran dari dua orang yang benar-benar bahagia.

―― “Mereka menyenangkan sekali.“

Tanpa disadari dia berpikir seperti itu.

Tetapi ada sesuatu yang tidak bisa dia bantu, namun dia berpikir tentang itu.

Sebagaimana pikiran dan perasaan itu, yang tidak ingin disampaikannya pada orang lain, mereka pasti akan jatuh, menumpuk di bawah dadanya dan akan berubah menjadi nafas, di waktu yang seperti ini, pikirannya selalu mengarah pada pekerjaannya.

Benar-benar mutlak untukku segera menyusun dokumen. Aku harus harus memeriksa ulang laporan tertulisnya.

Sebelum dia mengetahuinya, dia melihat dirinya sudah kembali pada ‘mode bekerja’. Sakura tersenyum pahit.

―― “Hei, itulah kenapa Ino prihatin kepadaku.“

--- Bersambung ke Novel Sakura Hiden Chapter 01 Part 2 ---


Sumber DNI.

Daftar Isi Sakura Hiden

Judul

Sakura Hiden: Thoughts of Love, Riding Upon a Spring Breeze

(サクラ秘伝 思恋、春風にのせて, Sakura Hiden — Shiren, Harukaze ni Nosete)
Daftar Isi :

Tidak seperti Novel Kakashi Hiden, Novel Sakura Hiden tidak memiliki judul tiap chapternya. Terlebih lagi tiap chapternya berisi beberapa Part.

【Prolog】 「追憶」("Reminiscence”)
【Chapter 1】
Part: [①] [②] [③] [④] [⑤]
【Chapter 2】
Part: [①] [②] [③]
【Chapter 3】
Part: [①] [②] [③] [④]
【Chapter 4】
Part: [①] [②] [③] [④] [⑤]
【Chapter 5】
 Part: [①] [②] [③] [④]
【Chapter 6】


NB. Semua Daftar Isi Selalu dan akan Diperbaharui setiap Selesai Diterjemahkan silahkan Di Bookmark, terima kasih salam By. H S M ---
( Kakashi Hiden ) ( Shikamaru Hiden ) ( Sakura Hiden ) ( Gara Hiden ) ( Konoha Hiden ) ( Akatsuki Hiden )

Prolog Novel Sakura Hiden





Prolog Novel Sakura Hiden: Perasaan Cinta, Berjalan Melalui Angin Musim Semi

Novel Sakura Hiden merupakan buku ke-3 dari seri Naruto Hiden. Memiliki total 224 halaman (sama dengan Kakashi Hiden dan Shikamaru Hiden), novel ini akan terbit 3 April 2015 di Jepang. Novel ini adalah karangan dari Tomohito Osaki yang diilustrasikan langsung oleh Masashi Kishimoto.

Sinopsis :
Sebagai ninja medis yang sangat handal dari desa Konohagakure, Sakura merasa kesulitan. Di sisi lain, (dia) tidak mengakui pikiran/perasaan yang tersembunyi dalam hatinya... Dari balik bayangan desa nan damai itu, ada sebuah kegelapan yang menyerang Sakura dan Desa Konoha. Sebagai anggota Tim Tujuh dan murid dari Godaime Hokage: akan rilis Episode Sakura dalam sebuah novel! [Di luar manga aslinya] novel ini merupakan novel yang ketiga dari seri novel Hiden.
Setelah akhir Perang Dunia Shinobi, Sasuke meninggalkan desa sekitar 2 tahun yang lalu. Sebagai ninja medis, Sakura mendirikan "Klinik Anak". Dia dikenal sebagai seseorang yang kehadirannya diakui secara superior oleh desa. Pada saat yang tak terduga, sosok Uchiha Sasuke muncul dalam pikirannya... Sekarang amatilah gambarang dalam gulungan cinta Sakura, satu per satu.

Judul

Prolog Novel Sakura Hiden: Perasaan Cinta, Berjalan Melalui Angin Musim Semi // Thoughts of Love, Riding Upon a Spring Breeze (思恋、 春風にのせて)

Halaman 2
全部 覚 え て る. サ ス ケ く ん に 言 わ れ た こ と.
Aku ingat semuanya. Hal-hal yang Sasuke-kun katakan (padaku).
- お 前, う ざ い よ.
- Kau menjengkelkan.
あ の と き は, シ ョ ッ ク だ っ た な あ.
Saat itu, aku merasa sangat terkejut.
でも、あのとき、いけなかったのは私。サスケくんの前で、なんか舞い上がっちゃって、言わなくていいことまで言っちゃって、それで、うざいよ。
Namun disaat yang sama, semua tak berjalan baik bagiku. Di depan Sasuke-kun, entah kenapa aku terbawa dengan kata-kataku sendiri, aku mengatakan hal-hal yang tidak perlu dikatakan. Karena itulah, (aku) menjengkelkan.


Halaman 3
う ん, 当 た り 前 だ よ.
Ya, itu adalah (respon) alami.
- や っ ぱ り ... お 前, う ざ い よ.
-Sesuai pikiranku, kau menjengkelkan.
こ れ は, サ ス ケ く ん が 里 を 抜 け る と き.
Saat itulah Sasuke-kun meninggalkan desa.
このときも、私、ショックだった。でも、このあとで、サスケくんは、こう続けてくれたんだ。
Sampai sekarang, aku masih shock. Tapi setelah itu, Sasuke-kun melanjutkan (ucapannya).
- サ ク ラ ...
--Sakura...
- あ り が と う ...
--Terimakasih...
すごく救われた。「ありがとう」って一言。あのあと、サスケくんは里を抜けて、ずーっと会えない日が続いたけど、私、あの「ありがとう」って一言があったから、サスケくんを信じていられた。
Aku terselamatkan (oleh kata-kata itu). (hanya dengan sepatah kata): "Terimakasih". Setelah itu, Sasuke-kun meninggalkan desa. Hari-hari terus berganti, dan kami tak bisa bertemu. Tapi karena sepatah kata itu tadi, yakni: "Terima kasih", aku percaya pada Sasuke-kun.

Halaman 4
大 変 な 戦 い ... う う ん, 大 変 な ん て 言葉 じ ゃ 言 い 尽 く せ な い,
(Ini adalah) pertempuran besar... Hhh, bisa dikatakan 'besar', namun sebenarnya sangat tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
この世界が滅びちゃうほどの戦いが起こって、そこにサスケくんは戻ってきてくれた。
Pertempuran sengit terjadi sampai dunia ini kacau. Sasuke-kun akhirnya kembali.
そ し て, 戦 い が 終 わ っ て, サ ス ケ く ん は 旅 に 出 た.
Lalu, saat pertempuran berakhir, Sasuke-kun pergi untuk melakukan perjalanannya.
そ の 旅 に つ い て い き た い っ て, 私, 言 っ た ら, サ ス ケ く ん,
Kubilang, "Bagaimana jika... Kukatakan kalau aku ikut dalam perjalananmu, Sasuke-kun". (Lalu dia ia menjawab):
- お 前 は オ レ の 罪 と は 関係 な い.
-Kau tak ada hubungannya dengan dosa-dosaku.
だ っ て
Meskipun kemudian.
. で も, そ の あ と に 続 け て,
(Kau) masih terus (melanjutkan ucapanmu) setelah itu.

Halaman 5
- ま た 今 度 な.
--Sampai bertemu kembali.
- あ り が と う
--Terimakasih
額 を, ト ン っ て し て く れ た.
Dia (mengetuk) dahi ku.
ま た 今 度 な. あ り が と う. 何 度 も, 胸 の な か で 繰 り 返 し て る よ. ト ン, の 感触 も.
"Sampai bertemu kembali". "Terimakasih". Aku sering mengulang (kata-kata) itu dalam dadaku. Dengan sensai ketukannya di dahiku.
「うざいよ」から始まって、「また今度な」まで来たんだ。そう思うと、なんか心があったかくなる。
Mulai dari kata「Kau menjengkelkan」 sempai dengan ucapan 「Sampai bertemu kembali」. Ketika aku berpikir (mengenai ucapan-ucapanmu itu), entah kenapa hatiku terasa hangat.
サ ス ケ く ん. 今 ど こ に い る の?
Sasuke-kun, di mana kau sekarang?
サ ス ケ く ん -
Sasuke-kun--
私, 今 ね -
Sekarang, Aku--

Prolog Berakhir... by H S M ---

Penerjemah
OrganicDinosaur dan Narutonian

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 05

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 05

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

Sinopsis ― Chapter Lima, Shikamaru bertemu dua orang ANBU yang akan menjadi anggota regunya. Mereka adalah orang-orang hebat. Namun, sebuah bayangan dari masa lalu menghantui Shikamaru. Dia harus tenang!

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by H S M ---

―Berdiri di hadapan Shikamaru, dua orang dengan wajah berwarna putih. Si Kucing dan si Kera.

Tentu saja, wajah-wajah tak lazim tersebut hanyalah sebuah topeng. Mereka mengenakan seragam berwarna hitam, dilapisi rompi Konoha berwarna hijau di atasnya. Mereka adalah dua orang ANBU.

Sekilas, apa yang mereka kenakan membawa aura nostalgia, nostalgia akan masa lalu. Ya, rompi yang mereka pakai adalah hasil pembaharuan. Dan berbeda dari yang lama, rompi Konoha saat ini tak lagi memiliki sepasang kantung yang dulunya digunakan oleh para Shinobi menyimpan gulungan atau senjata ninja mereka. Entahlah, mungkin itu juga salah satu imbas dari masa damai.

Namun tak semua hal berubah, topeng ANBU masih sama seperti dulu, kelam. Kontras dengan warnanya yang putih, sepasang lubang mata yang terukir di topeng tersebut tak ubahnya dua palung dalam yang gelap tanpa dasar. Sebuah garis tipis tergores dari satu ujung pipi ke ujung yang lainnya, membentuk sebuah mulut.

Topeng si Kucing memiliki tanda berwarna merah, melingkar di kedua lubang matanya. Sementara topeng si Kera memiliki sepasang alis tebal yang merah menyala, membuatnya seakan sedang terbakar amarah.

Kedua ANBU itu melipat kedua tangan mereka di belakang punggung, beristirahat di tempat. Celah mata di topeng mereka yang begitu gelap membuat Shikamaru seakan sedang diawasi oleh seseorang yang ingin membunuhnya. Inilah ANBU, keberadaan mereka saja sudah memberi sebuah teror tersendiri.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by H S M ---

“Mereka adalah para ANBU yang kubicarakan sebelumnya. Mereka sangat ahli, aku yakin mereka mampu menjalankan peran sesuai rencanamu, Shikamaru.” ucap Kakashi dari balik mejanya.

Bila diperhatikan, kedua ANBU yang berdiri di hadapan Shikamaru dan Kakashi tersebut memiliki perbedaan postur yang lumayan mencolok. Si Kera ―yang berdiri di sebelah kiri, memiliki tinggi badan sekitar 176 cm, sedikit lebih tinggi dari Shikamaru. Sementara si Kucing ―yang berdiri di sebelah kanan, tak lebih tinggi dari bahu Shikamaru.

Jadi, si Kera adalah seorang pria, sementara si Kucing adalah wanita. Meski tanpa perbedaan postur, struktur tubuh mereka telah menunjukkan cukup bukti.

“Kalian berdua, tolong lepas topeng kalian.” perintah Kakashi.

Bersamaan dengan perintah Kakashi, kedua anggota ANBU tersebut mulai membuka topeng mereka sedikit demi sedikit. Perlahan memperlihatkan sepasang wajah manusia dibaliknya.

Sudah menjadi ketentuan dalam ANBU, bahwa para anggotanya wajib memakai topeng ketika menjalankan misi. Tugas pokok ANBU kebanyakan bersinggungan dengan gelapnya bayangan, entah itu penculikan, pembunuhan, penyusupan, hingga sabotase di wilayah musuh. Kerahasiaan adalah segalanya bagi mereka. Bahkan, penduduk Konoha sendiri tak akan pernah tahu apakah orang yang berdiri, bercanda, atau makan Ramen di samping mereka itu adalah seorang ANBU atau bukan.

―Bila ada yang datang dan pergi dari desa tanpa membeli makanan satu apapun, hati-hati, mereka itu ANBU― bahkan rumor aneh seperti itu banyak tersebar di kalangan masyarakat Konoha. Entah benar entah tidak, yang pasti itu adalah bukti betapa misteriusnya organisasi ini.

“Yang laki-laki namanya Rou, sementara yang perempuan adalah Soku.”

Kedua ANBU tersebut membungkuk hormat ke arah Shikamaru, bersamaan dengan perkenalan yang diucapkan Kakashi.

“Gadis semuda ini berada di ANBU...”

“Kau tahu? Sulit dipercaya bukan?” ucapan Soku memotong ketakjuban Shikamaru. “Tapi kau tahu? Di dunia para Shinobi, kemampuan adalah segalanya, dan aku mendaftar di ANBU untuk membuktikan kemampuanku.”

“Dia benar.” Kakashi sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan Soku.

Terus terang, Shikamaru tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Soku masih sangat muda. Apabila dilihat dari garis wajahnya, kurang lebih Soku masih 5 atau 6 tahun lebih muda dibandingkan Shikamaru ―sebuah usia dimana normalnya seorang calon Shinobi baru lulus dari akademi dan menjadi Genin, atau dengan sedikit keberuntungan, Chuunin.

Soku memiliki wajah yang bulat, dengan pipi yang sekilas terlihat merona merah muda. Bibirnya tipis, senyumnya tergaris manis namun terkesan sinis, menyimbolkan sebuah determinasi yang menggebu-gebu. Sementara sepasang alisnya melengkung tegas, memayungi kedua mata angkuhnya yang penuh kepercayaan diri.

Sesuatu dari diri Soku membuat Shikamaru berpikir, mungkin seperti inilah rupa Temari waktu dia masih kecil.

“Kemampuan Hinoko telah dipantau sejak dia masih di akademi, dan begitu lulus, ANBU langsung merekrutnya. Usianya memang baru 14 tahun, tapi dia sudah menyelesaikan banyak sekali misi.” jelas Kakashi. “Dia sangat diandalkan di ANBU.” imbuhnya.

“Kau tahu? Tidak baik menilai seseorang hanya dari penampilannya.” ujar Soku, wajahnya sedikit cemberut. “Dan tuan Hokage, berapa kali saya bilang jangan pernah memanggil nama asli saya, anda tahu itu kan?”.

“Hinoko... Sebenarnya itu nama yang lumayan ba-...”

Belum sempat kata-kata itu terselesaikan, dalam sekejap mata, Soku telah menghilang dari pandangan Shikamaru. Dan sebelum Shikamaru sadar apa yang sebenarnya terjadi, sebuah jari telunjuk berselimut chakra yang menyala jingga telah menempel di keningnya.

“Kau tahu? Aku sangat benci dipanggil dengan nama itu. Jadi, tolong hati-hati dengan ucapanmu.”

Shikamaru membeku ditempat. Dia merasakan sensasi aneh di sekitar keningnya, chakra di jari telunjuk Soku itu seperti membakar kulitnya sedikit demi sedikit. Dilihat dari segi manapun, itu hampir seperti miniatur Raikiri milik Kakashi.

“Hentikan Soku, sopanlah sedikit!”

Ternyata itu si Kera yang membentak Soku, dan seperti yang diperkenalkan oleh Kakashi sebelumnya, namanya adalah Rou. Dia memiliki sepasang alis yang cukup tebal, rahang yang tercetak tegas, serta dua mata sipit yang menatap tajam ke arah Soku, sepertinya marah.

“Kau tahu? Aku harus membuat segalanya jelas sebelum kita mulai misi ini.” ujar Soku, membantah bentakan Rou. “Aku sangat tidak suka dipandang remeh sebagai anak kecil, kau tahu itu kan?”

“Ma-maafkan aku. Untuk selanjutnya aku janji akan lebih hati-hati.” Shikamaru meminta maaf. Dia tak ingin masalah sepele semacam ini berlarut-larut. Yang lebih tua harus mengalah, mungkin seperti itulah yang ada di pikirannya saat ini.

Soku memalingkan pandangannya dari Rou, kembali menatap Shikamaru.

“Kau tahu? Aku senang kau paham, ini awal yang bagus.” Soku berbalik arah, berjalan kembali ke tempat awalnya berdiri.

“Rou sangat ahli memanipulasi chakra, baik kualitas maupun kuantitasnya. Entah itu miliknya sendiri, ataupun milik orang yang menjadi targetnya.” ucap Kakashi, Rou hanya mengangguk.

“Apa itu berarti kau juga bisa meningkatkan jumlah chakra?” tanya Shikamaru.

“Pertanyaan cerdas.” Kakashi menanggapi.

“Saya hanya bisa mengubah persepsi pihak lain terhadap chakra seseorang.” ujar Rou. “Sebagai contoh. Bila saya meningkatkan chakra anda, tuan Shikamaru, chakra anda tidak akan benar-benar bertambah secara kuantitas. Namun orang lain akan merasakan bahwa chakra anda tumbuh semakin besar, padahal pada kenyataannya tidak.”

Cara bicara Rou bisa dibilang agak ketinggalan jaman. Itu, ditambah dengan bentuk tubuhnya yang kekar dan tegap, Rou lebih terlihat seperti seorang Samurai daripada ninja. Dari apa yang terlihat, usia Rou sendiri kurang lebih berada di kisaran 40 tahunan, jauh lebih tua dari Shikamaru.

Shikamaru mengangguk kecil, tanda bahwa dia mengerti akan penjelasan Rou.

“Kau bilang kau dapat meningkatkan jumlah chakra seseorang dalam persepsi orang lain, apa itu berarti sebaliknya, kau juga mampu menghapus chakra seseorang sehingga tak lagi bisa dirasakan oleh pihak lain?” Shikamaru kembali bertanya.

“Ya. Saya bisa membuat chakra seseorang menghilang dari pantauan orang lain. Saya juga mampu membuat chakra orang tersebut hanya bisa dirasakan oleh saya seorang, atau hanya oleh anda.” Jelas Rou.

“Kurasa kemampuannya sangat cocok untuk misi ini, bagaimana menurutmu Shikamaru?” Kakashi bertanya.

“Ya. Saya setuju. Lalu bagaimana dengan si kecil ini?” Shikamaru bertanya sembari mengalihkan pandangannya ke arah Soku.

Alis gadis itu mengrenyit mendengar kata “si kecil”. Sepertinya Soku memang tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia memang masih kecil.

“Sedikit peragaan mungkin akan membantu, benar begitu Soku?” Kakashi bertanya.

Soku hanya mengangguk. Dia lalu meregangkan lengan kirinya, dan mengarahkannya ke jendela yang terbuka di seberang kantor Kakashi. Dari situ, Shikamaru dapat melihat seekor burung walet yang sedang terbang di luar. Dia tahu, burung tersebut akan menjadi sasaran tembak Soku.

“Kau tahu? Jurusku adalah segalanya tentang jarum chakra.” gumam Soku, tak lama, sebuah kilatan chakra berwarna jingga meletup dari ujung jari telunjuknya.

Bersamaan dengan itu, burung walet yang tadi terbang diluar telah hinggap di balik sebuah pilar.

Bila Soku menembakkan chakranya sekarang, mustahil baginya untuk mengenai target. Jarum chakranya hanya akan menerpa pilar tempat burung tersebut hinggap.

Namun...

Tak ada satupun goresan di pilar tersebut, sebaliknya, samar-samar terdengar suara kesakitan dari si walet.

Shikamaru bergegas berlari ke arah jendela, lalu mengeluarkan kepalanya, menoleh kesana-kemari mencari keberadaan si walet. Ternyata burung tersebut telah jatuh ke tanah, dan sepertinya mati.

“Kau tahu? Aku tak mau ada kesalah pahaman di sini. Aku benci bila ada nyawa yang terbuang sia-sia.” ucap Soku.

Bersamaan dengan kata-kata Soku tersebut, burung walet yang tadinya terlihat sudah mati itu perlahan bergerak kembali. Dia bangkit, lalu mengepakkan sayap terbang kembali ke angkasa.

“Kau tahu? Chakra yang kutembakkan tadi adalah chakra penyembuhan. Aku sengaja melakukannya. Aku yakin saat ini burung itu merasa jauh lebih sehat dari sebelumnya.” imbuhnya.

“Bagaimana kau melakukannya? Bagaimana kau menembak melewati pilar itu?” Shikamaru bertanya, sembari memutar pandangannya ke arah Soku.

Soku tertawa puas mendengar pertanyaan Shikamaru. Dia bahkan mengejeknya dengan menjulurkan lidah ke arahnya. Untuk sekali ini saja, sikap Soku terlihat sesuai usianya.

“Kau tahu? Sekali aku membidik targetku, meskipun dia bersembunyi dari pandanganku sekalipun, jarum-jarum chakraku akan tetap mengikutinya kemana pun dia pergi. Mereka tak akan pernah berhenti sampai bisa mengenai sasaran.” Jelas Soku.

Jadi.

Kemampuan Rou akan menyembunyikan chakra dan hawa keberadaan kami, sehingga memungkinkan kami untuk menyusup ke wilayah musuh tanpa diketahui. Lalu bila Gengo telah ditemukan, dan dia berada dalam jangkauan, maka aku akan menggunakan Kagemane no Jutsu untuk membelenggunya. Setelah itu, eksekusi mati akan dilakukan oleh jarum-jarum chakra Soku.

Itu terdengar seperti sebuah rencana yang bagus.
Senyap, dan mematikan.
Tenang Shikamaru, semua akan baik-baik saja.
Ya, semua akan baik-baik saja.
―Setidaknya itulah yang ada di pikiran Shikamaru saat ini, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Oiya, boleh aku minta tolong sesuatu?” Shikamaru bertanya.

“Kau tahu? Kau boleh, katakan saja.” Soku menjawab dengan senyumnya yang penuh kepercayaan diri.

“Bisakah kau berhenti berkata “kau tahu” setiap kali kau bicara? Kau tahu? Mendengarnya sangat menyusahkan.” ujar Shikamaru.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by H S M ---

―Mereka datang. Para musuh, ninja-ninja Otogakure. Mereka orang-orang Orochimaru.

Tunggu sebentar... Sejak kapan aku dikejar? Seharusnya aku-lah yang mengejar seseorang.

Seseorang yang harus diselamatkan. Uchiha Sasuke...
Teman sekelas yang perilakunya menyusahkan. Tapi tetap, dia adalah seorang teman. Dia harus diselamatkan.

Aku memimpin sebuah regu untuk pertama kalinya. Kegagalan bukanlah sebuah pilihan. Tapi teman-temanku... Teman-temanku tumbang satu persatu...

Chouji, Kiba, Neji, lalu Naruto... Kami terkepung...
Maafkan aku...
Semuanya tolong maafkan aku...
Berikutnya, aku tak akan gagal lagi...
Jadi aku mohon... Aku mohon jangan mati...
Aku mohon jangan mati!―

Shikamaru terbangun. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Sepertinya dia bermimpi buruk. Mimpi buruk tentang misi pertamanya sebagai seorang Chuunin, yaitu mengejar dan mengembalikan Uchiha Sasuke yang meninggalkan Konoha karena pengaruh Orochimaru.

Rekan setim Shikamaru saat itu adalah beberapa teman sekelasnya, ditambah Neji. Mereka tumbang, satu persatu, seiring pengejaran. Pada akhirnya Sasuke tak dapat dikejar, dan semua rekan setim Shikamaru terluka sangat parah.

Sebagai seorang Chuunin, dan sebagai seorang pemimpin, Shikamaru merasa gagal. Shikamaru mengusap keningnya yang basah oleh keringat dingin, perlahan dia mengambil nafas. Mencoba menenangkan dirinya.

Mengapa aku sampai bermimpi seperti ini? Pertanyaan itulah yang muncul di benak Shikamaru saat ini. Sebelumnya belum pernah kejadian-kejadian tersebut muncul dalam mimpinya. Apakah ini sebuah pertanda akan sesuatu?

Entahlah, namun satu yang pasti. Kejadian di masa lalu tersebut menggoreskan luka yang teramat dalam di hati Shikamaru. Dia memandang kegagalannya saat itu sebagai hinaan terbesar baginya. Dia belum pernah tersudut separah waktu itu seumur hidupnya, setidaknya hingga saat ini.

“Semua baik-baik saja... Semua akan baik-baik saja, tenangkan dirimu Shikamaru...” Kata-kata itu meluncur deras dari mulut Shikamaru tanpa bisa dia hentikan. Jantungnya masih berdegup kencang.

Sepertinya dia tak akan bisa kembali tidur di sisa malam ini.
Dia akan berangkat pagi-pagi buta ke sana.
Ya, ke sana.
Shijima no Kuni, negeri yang selalu sunyi.

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 ---



Sumber DNI.

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 04

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 04

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

Synopsis ―Chapter Empat, pertentangan dalam diri Shikamaru masih terjadi. Namun sedikit demi sedikit dia telah mulai menemukan jawabannya. Sebuah alasan untuk berjuang.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by H S M ---

Shikamaru sedang berada di kantor Hokage. Sang Hokage sendiri dikelilingi oleh segunung dokumen yang menunggu untuk ditandatangani. Pekerjaan yang kesannya mudah memang, tapi bisa sangat melelahkan.

Jendela di seberang ruangan dalam keadaan terbuka. Dari sana Shikamaru dapat melihat jalanan Konoha. Ramai, karena memang cuaca cerah pagi ini, suasananya benar-benar damai.

“Maaf membuatmu menunggu. Ada perlu apa Shikamaru?” tanya Kakashi sembari merapikan tumpukan kertas dihadapannya.

“Shijima no Kuni.” jawab Shikamaru, singkat.

“Oh, soal itu ya...”

Shikamaru masih belum menyelesaikan laporannya terkait rapat Serikat Shinobi kapan hari. Memang tidak ada sesuatu yang terlalu istimewa terkait rapat tersebut, Shikamaru memilih mengabaikannya sejenak.

“Soal rapat di markas besar. Semua berjalan seperti biasa. Lagipula, banyak orang hebat di sana, tidak ada yang perlu dicemaskan.” jelas Shikamaru.

“Kau juga salah satu dari orang-orang hebat itu, Shikamaru.” tanggapan Kakashi, singkat.

Shikamaru diam.

“Apa kau benar-benar berniat pergi ke sana?” Kakashi bertanya.

“Ya.”

Kakashi menghela nafas mendengar jawaban Shikamaru.

“Apa memang harus seperti itu?”

“Sai tertangkap. Desa kita juga telah kehilangan sejumlah besar Shinobi, dan ternyata sebagian dari mereka ada di sana. Apakah mereka melakukannya atas keinginan sendiri ataukah ada sebab lain, saya ingin memastikan itu.” Shikamaru menjawab pertanyaan Kakashi dengan nada tegas.

“Kau sungguh-sungguh rupanya...”
Kakashi memejamkan matanya sejenak. Lalu tak lama, melihat ke arah Shikamaru kembali.

“Aku mengerti... Aku tidak akan menghalangimu. Siapa yang akan kau bawa? Kau tidak bermaksud pergi ke sana sendirian kan?” tanya Kakashi.

“Bisakah Anda merekomendasikan dua orang anggota ANBU?”

“Hmmm? Mengapa bukan Chouji dan Ino?” Kakashi kembali bertanya, kali ini dengan tatapan serius.

“Kombinasi InoShikaChou memang bisa digunakan dalam serangan diam-diam, namun menurut saya, itu kurang cocok dengan misi ini.” jawab Shikamaru.

“Karena ini misi pembunuhan, iya kan?”

“Terlebih lagi, ini adalah misi yang memerlukan penyusupan. Saya ingin orang-orang yang dapat menyembunyikan chakra mereka.” Shikamaru tak menjawab pertanyaan Kakashi sebelumnya.

Kakashi menutup matanya, mencoba memikirkan kandidat yang sesuai dengan apa yang diinginkan Shikamaru.

“Yang akan membunuh Gengo pastinya bukan dirimu, iya kan?” Kakashi kembali bertanya.

“Saya akan menggunakan Kagemane no Jutsu untuk menjerat target.”

“Kalau begitu kau butuh seseorang untuk mengeksekusi Gengo...” Kakashi menyimpulkannya sendiri, dia paham apa yang dipikirkan Shikamaru.

Dua orang ANBU. Satu yang ahli memanipulasi chakra dan menyembunyikan keberadaannya. Yang satu lagi, seseorang dengan keahlian eksekusi mati.

“Aku tahu orang tepat. Aku akan mengatur semuanya.” ucap Kakashi.

“Terima kasih. Anda tidak ingin mengatakan sesuatu tentang tugas saya yang lain?” Shikamaru bertanya.

“Tidak. Untuk saat ini tidak ada yang lebih penting dari ini.” Kakashi menjawab dengan pasti, sejenak terlihat jelas bahwa dia memang memiliki kualitas sebagai Hokage.

Dia mampu dengan tenang menilai sesuatu, dan menarik keputusan yang cepat ―dan tepat dalam segala situasi. Karena itulah, semua orang yang bekerja di bawah perintahnya sama sekali tidak memiliki kekhawatiran apapun, dan akan melakukan yang terbaik demi desa. Shikamaru berpikir bahwa desa tidak akan berfungsi dengan baik tanpa Kakashi.

Kakashi memang tidak memiliki pemikiran semacam “Aku ingin menjadi Hokage”, tapi itu tak mencegahnya untuk terus dan terus berkembang. Di depan seseorang seperti Kakashi, Shikamaru merasa masih hijau, merasa belum bisa dibandingkan dengannya.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by H S M ---

“Aku akan memerintahkan mereka untuk segera kembali. Kau bisa menunggu sebentar lagi kan?” Kakashi bertanya.

“Saya mohon Anda lakukan secepat mungkin.”

“Aku tahu.” tergores senyum di balik topeng sang Hokage. Dia lalu berdiri dan menghadap ke jendela. Menerawang jauh ke langit desa yang kini mendung.

“Kau tak harus membebani dirimu sendiri, Shikamaru.” ucapnya.

Shikamaru tak menjawab.

Membebani diri sendiri... Yah, kalau dipikir-pikir mungkin Shikamaru memang sedang melakukan itu.

Meskipun selalu menganggap semua hal menyusahkan, entah kenapa Shikamaru selalu bersikap sebaliknya. Dan tanpa dia sadari, sikapnya itu telah membuat dirinya memikul banyak sekali beban. Mungkin terlalu berat bila dirasakan, namun tak satupun yang sanggup Shikamaru lepaskan.

Shikamaru khawatir.

Shikamaru selalu merasa bahwa tanpa semua beban itu, dia akan kehilangan dirinya sendiri. Dia adalah orang yang selalu menganggap segalanya menyusahkan. Lalu bagaimana bila ternyata ketika sedetik saja Shikamaru melepas semua beban di pundaknya, dia akan merasa terlalu menyusahkan untuk menyandangnya kembali?

Pikiran itu membuat Shikamaru cemas.

“Aku akan memberitahumu apa yang sebenarnya ku pikirkan.” Ucap Kakashi sembari mengangkat tangan kirinya. Tiba-tiba aliran petir berwarna biru muncul dari ketiadaan, membungkus rapi tangan kiri sang Hokage.

“Saat ini, aku sangat ingin meninggalkan semua tanggung jawabku dan pergi ke Shijima no Kuni.”

Shikamaru terhenyak. Dia seakan mendengar dengan jelas jeritan hati seorang Kakashi yang sangat ingin meninggalkan posisinya dan membunuh Gengo dengan tangannya sendiri.

Tapi semua tahu, Hokage bukanlah tanggung jawab yang dapat ditinggalkan begitu saja.

“Sejujurnya...” ucap Kakashi. “Bukan sesuatu yang pantas bagiku untuk membebani dirimu dengan masalah ini.”

“Saya lalu Naruto,, serta semua teman-teman kami, masing-masing telah memiliki tanggung jawab dan bebannya masing-masing. Justru karena Anda seorang Hokage, Anda tidak perlu memikul segalanya sendirian.” Jawab Shikamaru.

“Begitu ya...”

Kakashi menghela nafas panjang. Aliran petir yang tadinya menyala sangat besar di tangannya itu perlahan memudar.

“Shikamaru...” Kakashi berbalik memandang Shikamaru. “Terkadang aku ingin tahu, bagaimana rasanya menjadi orang dewasa.”

“Mohon jangan tanyakan pertanyaan seperti itu kepada saya.” Shikamaru tersenyum.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by H S M ---

Pemakaman Konoha, senja itu.

“Aku janji aku akan kembali.” ucap Shikamaru pada sebuah makam. Nisannya tertulis sebaris nama ―Nara Shikaku.

Shikamaru memang berniat mengunjungi makam ayahnya setelah pertemuannya dengan Hokage berakhir.

Bagaimana rasanya menjadi orang dewasa... Yah, Shikamaru merasa dia bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan Kakashi tersebut di sini.

Di perang dunia shinobi keempat, Shikaku ditugaskan di markas besar aliansi Shinobi. Setelah kelima Kage maju ke garis depan, Shikaku dan ayah Ino ―Inoichi Yamanaka, mengambil alih langsung tanggung jawab untuk memberikan arahan bagi seluruh pasukan aliansi.

Dia melaksanakan tanggung jawabnya dengan sangat baik. Bahkan ketika detik-detik kematiannya menjelang, dia tetap fokus untuk memberikan strategi bagi para pasukan di garis depan.

Dia adalah Shinobi hingga akhir hayatnya. Bukan... Bagi Shikamaru, Shikaku hanyalah seorang ayah. Ayah yang sangat dia banggakan.

Bagaimana rasanya menjadi orang dewasa... Lagi-lagi pertanyaan itu melintas di pikiran Shikamaru.

Beranjak dari makam Shikaku, sepasang kaki Shikamaru melangkah ke arah orang berikutnya yang ingin ia kunjungi. Makam gurunya... Sarutobi Asuma.

Dia adalah orang yang menolak mentah-mentah kedudukan sebagai bangsawan, terlepas dari statusnya sebagai putra Hokage ketiga. Dia lebih memilih bertahan di garis depan, dekat dengan bahaya.

Asuma adalah orang yang membesarkan Shikamaru, Ino, dan Chouji hingga menjadi sehebat sekarang. Mereka telah menjalani misi yang tak terhitung, menghadapi banyak kesulitan bersama-sama.

Ya, Asuma... Pria yang menghadapi situasi segenting apapun dengan santai dan sulutan sebatang rokok di mulutnya. Shikamaru menjadikannya seorang panutan.

Dia gugur dalam sebuah pertempuran menghadapi Akatsuki. Asuma paham benar dia takkan bisa menang menghadapi kekuatan Akatsuki yang begitu diluar nalar. Dia sengaja mengorbankan nyawanya untuk melindungi Shikamaru dan yang lain.

Dia juga, sama seperti Shikaku. Masih saja memikirkan kepentingan orang lain, bahkan di saat-saat terakhirnya.

Sebaliknya, Shikamaru belum menemukan siapapun atau apapun untuk dilindungi, sesuatu yang mampu membuatnya melakukan pengorbanan seperti itu.

Bukan.. Bukan berarti para penduduk desa dan teman-temannya tidak cukup berharga bagi Shikamaru. Mereka sangat berharga, sangat-sangat berharga. Namun entah, seperti ada yang kurang.

Mungkin ini artinya Shikamaru belum sepenuhnya dewasa... Yah, mungkin.

Awalnya Shikamaru berpikir bahwa “orang dewasa”, yah, kata-kata rancu itu, maknanya adalah anak-anak yang jiwanya terperangkap di tubuhnya sendiri yang semakin menua.

Bila seperti itu... Kakashi juga seorang anak-anak.
Namun, Kakashi telah memiliki sesuatu untuk dia lindungi.

“Bagi seorang Hokage, semua orang di desa adalah anak-anaknya. Dan dia akan melakukan apapun untuk melindungi mereka semua.” Itu adalah kata-kata dari ayah Asuma, Sarutobi Hiruzen, sang Hokage ketiga.

Yah, mungkin detik ketika Kakashi memutuskan menjadi seorang Hokage, dia telah dewasa.

Entahlah, ini terlalu rumit. Menyusahkan saja...

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by H S M ---

“Shika-niichan!”

Shikamaru tersadar dari lamunannya oleh sebuah teriakan. Teriakan seorang anak kecil yang memanggil namanya.

Seorang balita perempuan berjalan terhuyung ke arah Shikamaru. Satu langkah, demi satu langkah, sepertinya dia memang baru belajar berjalan.

“Mirai?” Shikamaru tersenyum. Pikirannya yang sejak tadi kalut melayang entah kemana kini sudah kembali. Roman mukanya juga terlihat lebih tenang.

“Hyaaa.” Dengan susah payah, putri Asuma itu akhirnya tiba juga di tempat Shikamaru berdiri. Dengan senyum yang sedari tadi mengembang, Mirai memeluk kaki Shikamaru dengan tangan-tangan mungilnya. “Shika-niichan.”

Kepalanya mendongak ke atas, memandang wajah Shikamaru dengan sepasang matanya yang lebar. Senyumnya terasa hangat, sehangat matahari. Cukup untuk membuat pikiran dan hati Shikamaru yang beberapa hari ini membeku terasa lebih baik.

“Lama tak bertemu, Shikamaru...”

“Ah, guru Kurenai.” Shikamaru menyapa Kurenai, istri Asuma sekaligus ibu Mirai.

“Hahaha, aku bukan seorang guru lagi. Berhentilah memanggilku seperti itu.” Kurenai tertawa.

Sarutobi Kurenai...

Dia adalah mantan Jounin pembimbing, sama seperti Asuma dan Kakashi. Dia ditugaskan membimbing tim yang beranggotakan tiga orang teman sekelas Shikamaru ―Hinata Hyuga, Kiba Inuzuka, dan Aburame Shino. Namun sekarang dia telah pensiun, dan menghabiskan waktunya sebagai seorang ibu.

“Kau mengunjungi Asuma?” Kurenai bertanya.

“Iya.”

“Shikaku-san juga?” Kurenai lagi-lagi bertanya.

Shikamaru hanya mengangguk.

Masih memeluk kaki Shikamaru, Mirai mengangkat kepalanya.

“Shika-niichan! Bertemu ayah!”

Meski hanya sepatah-sepatah, kata-kata Mirai benar-benar tulus. Shikamaru memandanginya, entah kenapa hatinya terasa hangat.

Shikamaru teringat akan sumpahnya pada Asuma, Kurenai, dan dirinya sendiri. Dia akan menjadi guru yang menjaga dan membimbing Mirai.

“Ah iya... Jadi Mirai kesini mengunjungi ayah?” Shikamaru berlutut untuk berbicara pada Mirai.

Mirai mengangguk.

“Wah, Mirai pandai sekali ya, hahaha.” ucap Shikamaru sembari mengusap-usap rambut putri Asuma tersebut. Terasa sangat halus. Nyaman, perasaan itulah yang mengalir hingga hatinya. Begitu menenangkan.

“Cepat besar ya Mirai, hehe.” ujar Shikamaru.

Mirai lagi-lagi mengangguk. Masih dengan senyum-nya yang tak berhenti mengembang.

“Mirai sangat menyayangi Shika-niichan, iya kan?” tanya Kurenai sambil mengelus-elus rambut putrinya.

Mirai mengangguk keras sekali hingga hampir terjatuh, untung saja Shikamaru cukup cepat menggapainya.

―Demi anak ini... Pikiran itu seketika menyeruak dalam benak Shikamaru.

“Iyaaa.”

“Hahaha. Baiklah, kalau begitu. Terimakasih sudah menyayangiku.” ucap Shikamaru sembari menggendong Mirai, mengangkatnya tinggi-tinggi hingga putri Asuma itu tertawa lepas. Bermandikan cahaya senja.

“Ya, demi anak ini...”
“Aku sama sekali belum boleh mati!”

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 ---

Sumber DNI.

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 03

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 03

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---




Sinopsis ―Chapter Tiga, Shikamaru mengalami konflik batin. Orang-orang disekitarnya menyadari itu, namun tak banyak yang dapat mereka lakukan. Shikamaru akhirnya mengambil keputusan.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---

“Baiklah, dengan ini rapat bulan ini dapat dinyatakan selesai. Apa ada yang ingin bertanya?”

Shikamaru menutup matanya ―simbol kejenuhan mungkin, ketika suara tanpa semangat itu bertanya ke seluruh peserta rapat. Ternyata yang berbicara adalah seorang pemuda berkacamata ―Chojuro, Shinobi Kirigakure. Shikamaru mengenal Chojuro di perang dunia shinobi keempat sebagai salah satu pengawal Mizukage.

“Baiklah bila tidak ada... Shikamaru-san, silahkan...” kata Chojuro, masih dengan roman suara yang sama.

Shikamaru membuka sebelah matanya, dia melirik Chojuro. Tak kurang dari sepuluh Shinobi ―termasuk Shikamaru dan Chojuro, hadir pada rapat sore hari itu, semuanya duduk rapi di satu set meja berbentuk melingkar. Mereka semua kurang lebih seumuran dengan Shikamaru.

Saat ini mereka berada di Tetsu no Kuni, negara besi yang menjadi markas Serikat Shinobi.

Negara ini memiliki militer yang sangat kuat, namun bukan terdiri dari para Shinobi, melainkan Samurai. Menjelang perang dunia keempat, para Kage dari lima negara besar mengadakan pertemuan penting di negara ini. Dari pertemuan itulah terlahir aliansi Shinobi. Atas dasar itu, Tetsu no Kuni juga dipilih menjadi lokasi markas besar Serikat.

DI markas inilah, para perwakilan dari lima negara besar bekerja siang malam, demi perubahan yang lebih baik bagi dunia Shinobi.

Rapat hari ini dihadiri oleh para pemuda yang menanggung beban masa depan dunia Shinobi. Markas ini merupakan tempat dimana masa depan tersebut diperbincangkan. Shinobi yang dikirim untuk menghadiri rapat di markas besar adalah mereka yang paling berbakat di desanya masing-masing ―meski masih berusia muda. Bahkan beberapa diantaranya adalah kandidat Kage, maupun posisi-posisi penting lainnya.

Diantara mereka semua, Shikamaru dan Chojuro termasuk yang paling muda. Selain mereka berdua, disana juga terlihat Temari dari Sunagakure, serta Omoi dari Kumogakure.

Shikamaru mendapat amanat sebagai ketua dalam pertemuan dan rapat di markas besar. Sudah dapat dipastikan, bukan Shikamaru sendiri yang mengajukan diri untuk posisi tersebut. Ya, Shikamaru mengambil amanat tersebut setengah terpaksa, hanya karena memang ada banyak orang yang mencalonkan namanya.

“Shikamaru-san?” Chojuro terlihat heran melihat Shikamaru yang tak kunjung menanggapi kata-katanya.

Shikamaru tersadar dari lamunannya. Dia memandang sekeliling ruangan dengan tatapan setengah mengantuk, lalu mulai bicara.

“Baiklah... Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan dalam rapat hari ini. Aku harap pertemuan berikutnya juga bisa berjalan lancar seperti ini. Terima kasih, sampai jumpa bulan depan.”

Tanpa basa-basi, Shikamaru segera bangkit dari duduknya, mengemasi beberapa dokumen, dan langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan.

“Hei.” sebuah suara memanggil Shikamaru dari belakang.

Shikamaru berdecak, tanda tidak senang. Dia paham betul siapa pemilik suara itu. Dan dengan suasana pikiran Shikamaru saat ini, sudah jelas, dia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Termasuk dengan orang ini.

Shikamaru mempercepat langkahnya, berpura-pura tuli.

“Tunggu, Shikamaru!” kali ini dia berteriak.

“Ada apa sih?” Shikamaru menyerah, dia menoleh pada orang yang memanggilnya. Ternyata seorang perempuan.

Itu adalah Temari dari Sunagakure. Rambutnya tumbuh lebih pendek sejak dua tahun terakhir. Sementara wajahnya semakin dewasa, dengan roman muka yang jauh lebih kalem dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Harus diakui, dia telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.

“Kau ini kenapa?” tanya Temari.
“Apa maksudmu?” Shikamaru tak menjawab, malah balik bertanya.

“Tingkahmu aneh belakangan ini.” Temari meraih bahu Shikamaru, memaksa pemuda itu menghadap ke dirinya.

Menyusahkan... Kata itu sudah hampir terucap oleh bibir Shikamaru, namun ditelannya kembali di detik-detik terakhir.

“Seperti di rapat tadi, kau bersikap sangat dingin.” ujar Temari. “Tidak biasanya kau membuat keputusan tanpa banyak bicara dan menjelaskan semuanya. Tingkahmu membuat semua orang gugup, suasananya jadi aneh.” lanjutnya.

“Oh benarkah?” Shikamaru menanggapinya dengan singkat.

“Astaga, kau tidak menyadari itu? Katakan padaku, apa yang terjadi?” mata Temari sedikit melebar, dia benar-benar penasaran.
“Tidak ada...”

“Kau benar-benar tidak mau cerita pada siapapun? Bahkan padaku?” Temari masih menatap Shikamaru.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---

Sejak perang berakhir dua tahun yang lalu, Shikamaru telah bekerja bersama Temari di Serikat Shinobi. Temari adalah rekan yang baik dan pengertian. Mereka memiliki sentimen yang sama akan perdamaian. Mereka tak ingin, para Shinobi yang telah bersatu selama perang kembali terpecah belah.

“Jarang-jarang kau bersikap seperti ini. Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di Konoha.”

Firasat Temari memang ada benarnya, meskipun tak sepenuhnya tepat. Pikiran Shikamaru memang tentang Konoha, namun tidak di Konoha.

Bila ada perubahan paling drastis dalam dunia baru para Shinobi, itu adalah cara mereka menangani rahasia. Ya, rahasia. Seharusnya tak ada lagi ―atau tak banyak lagi rahasia antar desa Shinobi, apalagi bila rahasia tersebut menyangkut kepentingan bersama.

Namun tetap saja, Shikamaru sepertinya tetap tak punya niatan untuk memberitahu Temari yang sebenarnya. Menurutnya, melibatkan seluruh Serikat Shinobi dalam masalah dengan Shijima no Kuni bukanlah langkah yang bijaksana. Konoha harus menanganinya sendiri, begitu pikirnya.

“Sudah kubilang, tidak ada apa-apa..” jawab Shikamaru ketus.
“Oh, begitu ya.” Temari memejamkan matanya, tanda kesal.

―Buaakk!!
Tak lama, sebuah pukulan mendarat di wajah Shikamaru.

Wajah Temari yang tadinya kalem, berubah menjadi kesal, dan akhirnya memerah karena marah. Pukulan tadi datang begitu cepat, Shikamaru tak sempat menghindar. Ah, bahkan mungkin Shikamaru tak tahu apa yang sedang terjadi.

Tubuhnya tersungkur, pipinya bengkak. Dilihatnya Temari yang berada di depannya, wajahnya terlihat mengerikan.

“Aku benar-benar sudah salah menilai dirimu!” Temari berteriak. Kata-katanya bagai angin topan yang menerpa Shikamaru.
“Ma-maaf...” Sebuah permintaan maaf keluar tanpa disengaja.

Shikamaru teringat ayahnya. Terkadang Shikaku pulang terlalu larut meskipun tidak sedang dalam misi, sesampainya di rumah dia pasti dimarahi oleh istrinya sekaligus ibu Shikamaru, Nara Yoshino. Dan entah mengapa, saat dimarahi oleh Temari, Shikamaru merasa posisinya sama dengan ayahnya.

Temari berlalu, meninggalkan Shikamaru yang masih kesakitan. Kedua mata sayu-nya terlihat basah oleh air mata.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---

"Kau sudah berhenti makan?"
Suara itu datang dari Chouji yang duduk di depan Shikamaru, kedua pipinya sudah penuh dengan makanan. Sementara Ino duduk tenang di sampingnya. Mereka saat ini berada di Yakiniku-Q, restoran daging bakar terkenal di Konoha.

Sudah dua tahun sejak perang berakhir, dua teman Shikamrau itu telah tumbuh cukup dewasa. Chouji masih bertubuh tambun, sama seperti dulu. Namun sorot matanya terlihat lebih maskulin, dia juga memiliki jenggot yang lumayan lebat sekarang.

Sementara Ino, yang paling mencolok tentu saja perubahan di rambut pirangnya yang tumbuh semakin panjang dan indah. Dia tak lagi mengikat rambutnya, ditambah lagi tubuhnya yang semampai semakin membuatnya terlihat lebih dewasa.

“Apa kau sudah makan sesuatu sebelum kita datang ke sini, Shikamaru?” ujar Chouji, masih dengan mulut yang penuh.

“Masa pertumbuhan kami sudah lewat Chouji, itulah kenapa kami tidak makan sebanyak dirimu, hahaha.” sahut Ino.

"Hei!" mata Chouji melebar, dia sangat kesal.

Tawa Shikamaru meledak tanpa dikomando. Angin yang menenangkan berhembus di hatinya. Ah, sudah sekian lama sejak terakhir kali.

“Haha... Lagipula aku datang ke sini khusus untuk makan Yakiniku dengan kalian. Buat apa juga aku makan duluan.” masih tersisa tawa di wajahnya, Shikamaru mengulurkan sumpit untuk membakar daging di hadapannya.

Sumpitnya dihentikan oleh sepasang yang lain. Sudah bisa ditebak milik siapa.

“Heeey! Yang itu punyaku!!” itu Chouji yang menyela.
“Heehh.. Ya, ya, baiklah...” Shikamaru mengalah, dia mengambil daging yang lain.

“Sudah lama kita tidak keluar sama-sama ya, Shikamaru.” ujar Ino.
“Yah... Akhir-akhir ini kau susah sekali ditemui.” Chouji membenarkan.

“Shikamaru punya banyak tugas di Serikat. Dia juga tangan kanan Hokage. Wajar juga sih kalau dia susah ditemui, dia super sibuk sekarang.” Ino menimpali apa yang dikatakan Chouji.
“Yaaahh... Aku mengerti, tapi tetap saja...” Chouji menekuk kedua tangannya di meja, wajahnya tampak cemberut.

Separuh diri Shikamaru merasa lega mengetahui teman-temannya sadar kalau dia menghilang, tapi separuh diri lainnya merasa aneh, kesepian lebih tepatnya. Semua tak lagi sama dengan hari-hari di masa lalu, saat ini seperti ada jarak antara dirinya dan teman-temannya.

Sebenarnya bukan hanya Shikamaru yang sibuk. Ino dan Chouji sendiri juga telah tumbuh menjadi Chuunin yang sangat diandalkan Konoha. Yah, mereka juga sama saja sibuknya dengan Shikamaru.

Meski begitu, mereka tetap datang tanpa sedikitpun mengeluh ketika Shikamaru mengajak mereka berkumpul sejenak. Mereka adalah teman Shikamaru sejak kecil, teman terdekatnya.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---

“Shikamaru... Ada apa?” Ino memecah lamunan Shikamaru.
“Ah, tidak. Aku memang ingin bertemu kalian saja.” Shikamaru menjawab sekenanya, sembari tersenyum tipis.

Ino tak bertanya lebih jauh, meski mungkin dia ingin. Obrolan mereka berlanjut. Tentang apa saja. Tentang kisah Chouji dan makanan. Tentang kehidupan cinta Ino. Dan pastinya. Tentang kenangan guru mereka, mendiang Asuma...

Mereka masih sehangat yang dulu. Seperti waktu itu.
Waktu dimana dia masih sering mengeluh akan apapun. Ketika semua hal masih terasa, yah... menyusahkan.

Meski begitu, melihat seberapa mereka telah tumbuh dewasa, Shikamaru tahu, mereka tidak akan pernah dapat kembali ke masa-masa itu.

Shikamaru pulang sendirian. Pada akhirnya dia tetap tak bisa mengatakan apapun pada mereka.

Sebentar lagi dia akan berangkat untuk misi berbahaya di Shijima no Kuni, maka dari itu dia bermaksud mengajak Ino dan Chouji pergi bersamanya. Namun melihat tawa dan kebahagiaan di wajah mereka, Shikamaru tak mampu berkata apapun.

Jalan yang dia ambil sangat kelam. Demi Konoha, demi Serikat Shinobi, demi perdamaian dunia, seseorang harus dibunuh. Ini bukanlah kemenangan yang bisa didapatkan secara adil. Dia harus dibunuh diam-diam. Dibunuh, secara rahasia.

Itu bukanlah sesuatu yang asing bagi seorang Shinobi. Seiring waktu, Shikamaru menyadari bahwa hal-hal semacam itu memang diperlukan demi kelangsungan perdamaian dunia.

Tapi tetap saja... Semakin sedikit orang yang mengotori tangannya untuk pekerjaan semacam itu, maka semakin baik. Shikamaru merasa tak tega untuk menyeret Ino dan Chouji kedalam kegelapan bersamanya.

“Jadi, seperti inilah ANBU...” Shikamaru mendongak ke langit, tak ada satupun bintang malam itu.

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 ---



Sumber DNI.

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 02

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 02 "THE LAND OF SILENCE"

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---


Sinopsis ―Chapter Dua, Shikamaru berdialog dengan Hokage mengenai surat yang dikirim Sai. Banyak Shinobi menghilang secara misterius, dan sepertinya Sai menemukan sebuah petunjuk.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 "The Land of Silence" ---

“Kepada tuan Hokage keenam.

Sudah tidak ada waktu lagi, jadi saya harus menulisnya sesingkat dan sejelas mungkin. Penyelidikan kami telah selesai sesuai dengan apa yang telah anda perintahkan. Namun sepuluh orang anggota tim kami telah menghilang, dan saat in, hanya saya yang tersisa.

Saya tidak tahu pasti apakah mereka masih hidup atau tidak. Namun, saya bisa pastikan, saat ini musuh sedang mengincar kami. Karena itu, saya akan langsung menuju intinya.

Situasi internal di negeri ini jauh lebih buruk dari apa yang anda takutkan. Bila kita membiarkannya, maka Serikat Shinobi mungkin akan menemui akhirnya. Tidak, jauh lebih buruk, mungkin angin perubahan yang saat ini sedang terjadi di seluruh dunia, itu semua akan terhenti sepenuhnya.

Ada seseorang yang berada di balik layar. Namanya adalah Gengo. Negeri ini ada karena Gengo, dan Gengo berada di sini karena dia juga membutuhkan negeri ini. Agaknya bukan sesuatu yang berlebihan bila saya katakan bahwa satu-satunya alasan negeri ini tetap berdiri, adalah hanya demi kepentingan Gengo semata.

Kharismatik. Mungkin itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Gengo. Dia mungkin adalah seseorang yang mampu mengubah dunia ini sekali lagi.

Entah, saya tidak ingin melihat dunia kembali berubah. Tapi saya belum yakin. Kita para Shinobi sama sekali tidak pernah diberkati, iya kan? Kita adalah Shinobi, karena kita terus bertahan. Tapi apakah itu benar-benar sesuatu yang baik?

Tuan Hokage. Tidak, Kakashi-san.
Aku tak lagi mengenal siapa diriku...”

―Sai

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 by H S M ---

Shikamaru mengangkat pandangannya dari surat Sai, dibarengi dengan helaan nafas tanda keheranan.

Kakashi kembali duduk, kedua sikunya menekuk di atas meja. Dia masih mengenakan topi Hokage di atas rambutnya yang tumbuh semakin panjang beberapa tahun terakhir ini. Sementara sebagian besar dari wajahnya tertutup oleh topeng, sama seperti biasanya.

Sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya, Kakashi hening, mengamati reaksi Shikamaru.

“Bagaimana menurutmu?”, Kakashi bertanya dengan suara yang jelas terdengar.

Pertanyaan itu jelas untuk Shikamaru. Tidak ada orang lain di ruangan tersebut selain mereka berdua.

“Saya heran... Sai malah mengirim jutsunya kembali ke desa, mengapa bukan dia sendiri saja yang kembali?”

“Yah, itu memang sedikit mengherankan...”

Kakashi bersandar di kursinya, pandangannya menatap langit-langit ruangan. Dia menghela nafas yang lumayan panjang.

“Lagipula, coba lihat surat ini... sepertinya memang semua orang kita, kecuali Sai, sudah tertangkap oleh musuh. Atau lebih buruk lagi, mereka sudah terbunuh.”

“Sepertinya memang begitu”.

“Yang dipimpin Sai adalah sepuluh ANBU yang memiliki keterampilan dan jam terbang tinggi. Saya benar-benar tidak yakin bila mereka bisa berbuat sesuatu yang cukup ceroboh sampai-sampai musuh menemukan mereka. Yah, kecuali bila memang musuh yang kita hadapi ini sama hebatnya dengan orang-orang kita.”

“Yah...”

Lagi-lagi jawaban singkat dari Kakashi. Dia perlahan memutar kursinya hingga membelakangi Shikamaru. Terdiam sejenak, dia lalu berputar kembali ke posisi semula. Memang seperti itulah seorang Kakashi Hatake, orang yang berusaha sebisa mungkin tetap tenang di segala situasi.

Normalnya, bila seseorang dihadapkan dengan keadaan semacam ini, tubuh dan pikirannya akan kaku, membeku. Kakashi mencoba menepis hal tersebut dengan apapun yang dia bisa lakukan. Kakashi paham dia harus terus bergerak dalam situasi seperti ini agar tetap bisa berpikir jernih. Dia belajar dari pengalamannya bertahun-tahun menjadi Shinobi yang telah menyaksikan banyak sekali pertumpahan darah.

Shikamaru melihat apa yang dilakukan Kakashi dengan muka gelisah. Tak lama, dia kembali membuka mulutnya dan berbicara.

“Ketika Sai sadar bahwa dia telah kehilangan seluruh anggota timnya, hanya ada satu kemungkinan tindakan yang mungkin dan harus dia ambil.”

“Melarikan diri... benar kan?” ucap Kakashi, masih dengan tubuh bersandar.

“Benar.” Kakashi mengangguk kecil mendengar jawaban Shikamaru. Pandangannya masih menengadah ke langit-langit.

“Meski begitu, dia malah mengirim surat ini. Mengapa dia tidak melarikan diri saja dan kembali ke desa untuk melapor langsung kepada anda, tuan Hokage...”

“Berapa kali aku bilang padamu, jangan panggil aku tuan Hokage, Kakashi-san saja sudah cukup...” kata Kakashi, kali ini pandangannya tertuju langsung ke arah Shikamaru.

“Sejak kapan kau berubah menjadi begitu kaku. Seingatku, kau dulu tidak seperti itu.” demikian lanjutnya.

“Aku sudah bukan anak kecil lagi.”

“Bahkan setelah semua yang terjadi, Naruto saat ini masih bertingkah seperti anak kecil.” Kakashi kembali mendebat.

“Naruto ya Naruto. Aku bukan dia.” jawab Shikamaru tegas.
“Oh, baiklah, aku mengerti...” kali ini Kakashi menyerah.

Pandangan yang terkesan sendu terpancar dari mata Kakashi. Dia membentangkan gulungan Sai di atas meja, membacanya dengan teliti sekali lagi. Matanya terhenti pada satu kalimat.

“Situasinya lebih buruk dari yang aku perkirakan ya?”

“Sepertinya masuk akal bila kita simpulkan bahwa Shinobi-Shinobi yang menghilang di medan tempur ketika perang masih berlangsung, serta mereka yang menghilang akhir-akhir ini, semua berada di negara itu...”

“Sepertinya memang seperti itulah yang dikonfirmasi oleh Sai.” Shikamaru menimpali.

“Hmm, Shijima no Kuni. Negeri yang selalu sunyi.”

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 by H S M ---

Banyak jiwa yang terenggut selama Perang Dunia Shinobi keempat ―yang dimulai oleh Uchiha Madara dan Uchiha Obito― berlangsung. Berhadapan dengan banyak hal di luar nalar, para Shinobi dari lima negara besar akhirnya menyatukan kekuatan mereka dan berjuang bersama-sama hingga tetes darah penghabisan. Di puncak perang, seseorang yang memanipulasi Madara ―Kaguya Ootsutsuki, akhirnya dapat dikalahkan. Perang pun berakhir.

Dalam rangka setiap desa untuk memulihkan diri di masa damai, upaya untuk mengetahui secara detail siapa-siapa saja yang gugur, atau menghilang di medan perang, menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendesak. Perang yang terjadi begitu sengit, bahkan hingga merobek daratan benua. Alih-alih merinci daftar nama, bila jenazah seorang korban dapat ditemukan saja sudah menjadi sebuah keberuntungan.

Dibandingkan dengan jumlah korban yang telah diketahui pasti gugur di medan perang, jumlah korban yang nasibnya belum jelas masih jauh lebih banyak.

Lima negara besar telah kehilangan kurang lebih 10.000 orang Shinobi, sebanyak itulah nyawa yang direnggut dalam perang dunia keempat. Bahkan, bila melihat lawan dan situasi yang dihadapi, jumlah korban sebanyak itu masih tergolong sebuah keberuntungan.

Namun tidak seperti itu dalam pandangan Shikamaru. Baginya, bahkan satu saja korban sudah terlalu banyak.

Selain ayah, guru, serta orang yang dapat dia anggap sebagai paman, dalam perang ini, Shikamaru juga kehilangan salah satu sahabatnya ―Hyuga Neji. Dia yakin, rasa sakitnya ketika kehilangan sahabatnya tersebut juga dirasakan oleh semua yang ditinggalkan orang terdekatnya masing-masing.

Ketika jatuh korban dalam perang, di sana terdapat banyak kedukaan dan segala emosi yang takkan bisa hilang hanya oleh kata-kata. Itulah alasannya... Itulah alasannya, bagaimanapun caranya, perang tidak boleh kembali pecah sekali lagi.

“Aku ingin tahu, kira-kira berapa banyak dari Shinobi-Shinobi yang menghilang tersebut yang jatuh ke tangan Shijima no Kuni...” rupanya Kakashi sedang memikirkan sesuatu yang sama dengan Shikamaru.

Itulah yang Kakashi katakan. Maksudnya jelas, diantara seluruh korban yang masih menghilang, pasti ada beberapa di antara mereka yang masih hidup, namun entah bagaimana tetap berada di luar jangkauan.

Markas besar Serikat Shinobi adalah yang paling pertama menyadari hal tersebut. Mereka adalah yang menangani segala kontrak misi, permintaan tolong, dan hal-hal semacamnya, karena itulah mereka juga menjadi yang pertama menyadari sebuah pola. Pola yang kurang lebih mulai muncul setahun yang lalu.

Permintaan misi bagi para Shinobi menurun dengan drastis.

Sejak lima negara besar memutuskan untuk membentuk aliansi ―yang nantinya berkembang menjadi serikat, konflik semakin jarang terjadi. Dan konsekuensi logisnya adalah permintaan akan misi-misi berbahaya seperti tingkat A atau B juga ikut menurun.

Tak hanya berhenti disitu. Bahkan misi-misi mudah setingkat C atau D pun juga turut mengalami penurunan secara drastis.

Shikamaru mengetahui masalah ini cukup awal, karena memang dia memiliki jabatan lumayan di markas besar Serikat Shinobi. Namun tak banyak yang dapat dia dan rekan-rekannya lakukan dalam masalah ini. Mereka menganggap bahwa ini adalah bagian terelakkan dari perubahan yang sedang terjadi. Yah, sepertinya itu diterima sebagai satu-satunya penjelasan yang ada atas masalah ini

Sebenarnya, ada seseorang yang dikatakan mampu mengatasi permasalahan tersebut, dan juga masalah-masalah lain yang muncul pasca perang.

Orang itu adalah Hatake Kakashi.

Salah satu permasalahan yang coba diselesaikan oleh Kakashi adalah kasus hilangnya para Shinobi yang terjadi dalam setahun terakhir.

Setahun belakangan, desa-desa kehilangan kurang lebih satu Shinobi hampir setiap bulannya. Itu berarti 12 orang Nukenin untuk masing-masing desa, dan 60 orang total di seluruh lima negara besar. Dan yang lebih aneh, para Nukenin tersebut semuanya adalah Shinobi laki-laki berusia muda, dan lajang.

Masing-masing desa telah mencoba melakukan upaya pencarian, namun hasilnya nihil.

“Mungkin aku melakukan kesalahan dengan mengutus Sai untuk melanjutkan penyelidikan. Mungkin seharusnya aku menariknya mundur terlebih dahulu.” ucap Kakashi.

”Menyesali keputusan anda tidak akan mengubah apapun sekarang.” Shikamaru menyela.

“Yah, aku rasa kau benar.”

Sai, yang telah dikirim untuk menyelidiki kasus menghilangnya para Nukenin, telah mengirimkan laporan pertamanya sebulan yang lalu, mereka menemukan petunjuk. Kakashi percaya bahwa meningkatnya jumlah Nukenin dan menurunnya jumlah permintaan misi adalah dua hal yang saling berhubungan satu sama lain. Dia memerintahkan Sai untuk meneruskan penyelidikan, dan mengirimkan satu tim ANBU sebagai bala bantuan.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 by H S M ---

Petunjuk yang ditemukan Sai adalah Shijima no Kuni.

Negeri ini terletak di sebelah barat sebuah benua yang luasnya hampir sama dengan lima negara besar. Shijima no Kuni adalah sebuah negeri yang tidak pernah berinteraksi dengan negara lain manapun. Karena itulah, negeri itu disebut sebagai “tanah yang sunyi” oleh banyak orang. Satu-satunya detail yang diketahui dari negeri itu adalah keberadaan Samurai. Ya, Shijima no Kuni adalah negeri Samurai. Lebih dari itu, masih menjadi sebuah misteri.

Menurut informasi yang dikirim oleh Sai, beberapa Nukenin yang berasal dari Konoha, entah bagaimana, saat ini berada di Shijima no Kuni. Bukan hanya itu, bahkan beberapa Shinobi yang hilang dalam perang besar juga berada di sana.

Shijima no Kuni sedang mengumpulkan Shinobi-Shinobi yang hilang dalam medan perang, juga mereka yang sengaja meninggalkan desanya masing-masing. Dan sekarang pertanyaannya adalah...

Untuk apa?

Kakashi agaknya dapat melihat dengan sangat jelas apa jawaban pertanyaan itu, bukan sesuatu yang baik tentunya.

“Menurutmu, apa yang terjadi pada Sai?” tanya Kakashi.
“Dia masih hidup.” Shikamaru menjawab dengan pasti.

“Yah, aku setuju denganmu. Tapi... bila kau lihat cara dia melukiskan sosok Gengo dalam kata-katanya di surat ini...” Kakashi tak melanjutkan kata-katanya.

“Ini bukan sesuatu yang ingin saya percayai, tapi kita tidak boleh mengkesampingkan kemungkinan bahwa Sai, telah berpihak pada orang itu, Gengo.” Shikamaru menegaskan apa yang sepertinya dipikirkan Kakashi.

“Yah, lagipula Sai memang orang yang polos.”

“Namun bila ternyata benar Sai masih hidup, kita tidak boleh membiarkannya begitu saja. Kita harus menyelamatkannya.” tegas Shikamaru.

“Itu benar...” terlihat rona muram di mata sayu sang Hokage.

Sebenarnya Shikamaru tahu pasti, bahwa situasi menjadi jauh lebih rumit dari sekedar menyelamatkan seorang teman.

“Bila kondisi internal Shijima no Kuni benar-benar seperti apa yang dilaporkan oleh Sai, dan situasi di sana benar-benar seperti yang anda perkirakan, maka tidak ada pilihan lain. Kita harus segera mengambil tindakan.”

“Aku tahu, Shikamaru...”

“Sudah dua tahun berlalu semenjak perang berakhir. Desa-desa sudah mulai kembali stabil, namun kondisi negara secara keseluruhan masih belum seperti yang diharapkan.” lanjut Shikamaru.

“Bila perang kembali pecah, kita tidak akan sanggup bertahan.” Kakashi menjawab pelan.

“Tepat sekali.” Sambil menghela nafas yang begitu panjang, Kakashi beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah Shikamaru.

“Sepertinya kau memiliki pemikiran yang sama denganku, Shikamaru.” ucap Kakashi.
“Ya.” jawab Shikamaru, singkat.

“Kalau begitu apa kau tahu apa yang akan aku lakukan terkait masalah ini?”
“Tentu, anda bermaksud pergi ke sana sendirian bukan?” Shikamaru menjawab dengan yakin.

Kakashi memiliki pengalaman selama bertahun-tahun menjadi bagian dari ANBU. Tidak hanya itu, dia juga merupakan seorang ANBU yang luar biasa, spesialis dalam misi-misi berbahaya dan rahasia, termasuk misi pembunuhan.

Melihat gelagat di wajah sang Hokage, sepertinya tebakan Shikamaru memang tepat.

“Tuan Hokage. Saya mengerti perasaan anda. Tapi maaf, saya bisa pastikan anda tidak akan dapat melakukan itu.”

“Haha, kau membaca pikiranku secepat gerakan guru Minato, Shikamaru.” Kakashi mencoba mencairkan suasana, sementara Shikamaru hanya terdiam.

“Apapun itu, sudah jelas negeri tersebut dipimpin oleh seseorang bernama Gengo.”
“Ya, itu benar.”

“Kita harus melakukan sesuatu terhadapnya.”
“Saya juga berpikir hal yang sama.”

“Baiklah... Kalau begitu, kira-kira menurutmu siapa yang harus kita kirim kesana?” tanya Kakashi.

“Saya. Biar saya yang pergi.” Shikamaru menjawab dengan tegas.

“Apa?” kedua mata Kakashi melebar mendengar jawaban Shikamaru. “Kau itu adalah perwakilan Konoha. Kau memiliki banyak sekali tanggung jawab di Serikat Shinobi. Lagipula, ini adalah misi... pembunuhan.”

Ya, misi pembunuhan. Akhirnya kata itu terucap.

Apabila Serikat Shinobi dan negeri sunyi benar-benar berperang, maka perdamaian yang selama ini susah payah diusahakan oleh Serikat akan terganggu, bahkan mungkin runtuh. Jujur, tak ada satupun pihak yang mengharapkan perang.

Jika surat dan infromasi yang Sai kirim benar adanya, maka pembunuhan atas Gengo akan menjadi jalan yang tercepat dan paling efektif untuk menghentikan Shijima no Kuni.

“Kita harus menjaga rahasia ini sebisa mungkin. Tidak boleh ada yang tahu tentang ini selain orang-orang yang benar-benar kita percaya.” ucap Shikamaru.

“Itu benar. Tapi tidak harus kau sendiri yang pergi kesana...” Kakashi masih menentang keinginan Shikamaru.

“Salah satu teman saya sedang dalam bahaya. Mohon izinkan saya untuk pergi.”

Kakashi berhenti membantah, dia melihat determinasi yang begitu tinggi di mata Shikamaru.

Seperti Kakashi katakan sebelumnya, Shikamaru tidak harus melakukannya sendiri. Di desa, bahkan di Serikat Shinobi masih banyak orang-orang yang lebih cocok untuk menjalankan misi semacam ini.

Tapi Shikamaru telah mengajukan namanya sendiri.
Mungkin Shikamaru sendiri pun tidak tahu alasan pastinya.
Entah, tapi yang pasti, Shikamaru tak bisa hanya berdiam diri.

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 ---