NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 05
--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---
Sinopsis ― Chapter Lima, Shikamaru bertemu dua orang ANBU yang akan menjadi anggota regunya. Mereka adalah orang-orang hebat. Namun, sebuah bayangan dari masa lalu menghantui Shikamaru. Dia harus tenang!
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by H S M ---
―Berdiri di hadapan Shikamaru, dua orang dengan wajah berwarna putih. Si Kucing dan si Kera.
Tentu saja, wajah-wajah tak lazim tersebut hanyalah sebuah topeng. Mereka mengenakan seragam berwarna hitam, dilapisi rompi Konoha berwarna hijau di atasnya. Mereka adalah dua orang ANBU.
Sekilas, apa yang mereka kenakan membawa aura nostalgia, nostalgia akan masa lalu. Ya, rompi yang mereka pakai adalah hasil pembaharuan. Dan berbeda dari yang lama, rompi Konoha saat ini tak lagi memiliki sepasang kantung yang dulunya digunakan oleh para Shinobi menyimpan gulungan atau senjata ninja mereka. Entahlah, mungkin itu juga salah satu imbas dari masa damai.
Namun tak semua hal berubah, topeng ANBU masih sama seperti dulu, kelam. Kontras dengan warnanya yang putih, sepasang lubang mata yang terukir di topeng tersebut tak ubahnya dua palung dalam yang gelap tanpa dasar. Sebuah garis tipis tergores dari satu ujung pipi ke ujung yang lainnya, membentuk sebuah mulut.
Topeng si Kucing memiliki tanda berwarna merah, melingkar di kedua lubang matanya. Sementara topeng si Kera memiliki sepasang alis tebal yang merah menyala, membuatnya seakan sedang terbakar amarah.
Kedua ANBU itu melipat kedua tangan mereka di belakang punggung, beristirahat di tempat. Celah mata di topeng mereka yang begitu gelap membuat Shikamaru seakan sedang diawasi oleh seseorang yang ingin membunuhnya. Inilah ANBU, keberadaan mereka saja sudah memberi sebuah teror tersendiri.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by H S M ---
“Mereka adalah para ANBU yang kubicarakan sebelumnya. Mereka sangat ahli, aku yakin mereka mampu menjalankan peran sesuai rencanamu, Shikamaru.” ucap Kakashi dari balik mejanya.
Bila diperhatikan, kedua ANBU yang berdiri di hadapan Shikamaru dan Kakashi tersebut memiliki perbedaan postur yang lumayan mencolok. Si Kera ―yang berdiri di sebelah kiri, memiliki tinggi badan sekitar 176 cm, sedikit lebih tinggi dari Shikamaru. Sementara si Kucing ―yang berdiri di sebelah kanan, tak lebih tinggi dari bahu Shikamaru.
Jadi, si Kera adalah seorang pria, sementara si Kucing adalah wanita. Meski tanpa perbedaan postur, struktur tubuh mereka telah menunjukkan cukup bukti.
“Kalian berdua, tolong lepas topeng kalian.” perintah Kakashi.
Bersamaan dengan perintah Kakashi, kedua anggota ANBU tersebut mulai membuka topeng mereka sedikit demi sedikit. Perlahan memperlihatkan sepasang wajah manusia dibaliknya.
Sudah menjadi ketentuan dalam ANBU, bahwa para anggotanya wajib memakai topeng ketika menjalankan misi. Tugas pokok ANBU kebanyakan bersinggungan dengan gelapnya bayangan, entah itu penculikan, pembunuhan, penyusupan, hingga sabotase di wilayah musuh. Kerahasiaan adalah segalanya bagi mereka. Bahkan, penduduk Konoha sendiri tak akan pernah tahu apakah orang yang berdiri, bercanda, atau makan Ramen di samping mereka itu adalah seorang ANBU atau bukan.
―Bila ada yang datang dan pergi dari desa tanpa membeli makanan satu apapun, hati-hati, mereka itu ANBU― bahkan rumor aneh seperti itu banyak tersebar di kalangan masyarakat Konoha. Entah benar entah tidak, yang pasti itu adalah bukti betapa misteriusnya organisasi ini.
“Yang laki-laki namanya Rou, sementara yang perempuan adalah Soku.”
Kedua ANBU tersebut membungkuk hormat ke arah Shikamaru, bersamaan dengan perkenalan yang diucapkan Kakashi.
“Gadis semuda ini berada di ANBU...”
“Kau tahu? Sulit dipercaya bukan?” ucapan Soku memotong ketakjuban Shikamaru. “Tapi kau tahu? Di dunia para Shinobi, kemampuan adalah segalanya, dan aku mendaftar di ANBU untuk membuktikan kemampuanku.”
“Dia benar.” Kakashi sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan Soku.
Terus terang, Shikamaru tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Soku masih sangat muda. Apabila dilihat dari garis wajahnya, kurang lebih Soku masih 5 atau 6 tahun lebih muda dibandingkan Shikamaru ―sebuah usia dimana normalnya seorang calon Shinobi baru lulus dari akademi dan menjadi Genin, atau dengan sedikit keberuntungan, Chuunin.
Soku memiliki wajah yang bulat, dengan pipi yang sekilas terlihat merona merah muda. Bibirnya tipis, senyumnya tergaris manis namun terkesan sinis, menyimbolkan sebuah determinasi yang menggebu-gebu. Sementara sepasang alisnya melengkung tegas, memayungi kedua mata angkuhnya yang penuh kepercayaan diri.
Sesuatu dari diri Soku membuat Shikamaru berpikir, mungkin seperti inilah rupa Temari waktu dia masih kecil.
“Kemampuan Hinoko telah dipantau sejak dia masih di akademi, dan begitu lulus, ANBU langsung merekrutnya. Usianya memang baru 14 tahun, tapi dia sudah menyelesaikan banyak sekali misi.” jelas Kakashi. “Dia sangat diandalkan di ANBU.” imbuhnya.
“Kau tahu? Tidak baik menilai seseorang hanya dari penampilannya.” ujar Soku, wajahnya sedikit cemberut. “Dan tuan Hokage, berapa kali saya bilang jangan pernah memanggil nama asli saya, anda tahu itu kan?”.
“Hinoko... Sebenarnya itu nama yang lumayan ba-...”
Belum sempat kata-kata itu terselesaikan, dalam sekejap mata, Soku telah menghilang dari pandangan Shikamaru. Dan sebelum Shikamaru sadar apa yang sebenarnya terjadi, sebuah jari telunjuk berselimut chakra yang menyala jingga telah menempel di keningnya.
“Kau tahu? Aku sangat benci dipanggil dengan nama itu. Jadi, tolong hati-hati dengan ucapanmu.”
Shikamaru membeku ditempat. Dia merasakan sensasi aneh di sekitar keningnya, chakra di jari telunjuk Soku itu seperti membakar kulitnya sedikit demi sedikit. Dilihat dari segi manapun, itu hampir seperti miniatur Raikiri milik Kakashi.
“Hentikan Soku, sopanlah sedikit!”
Ternyata itu si Kera yang membentak Soku, dan seperti yang diperkenalkan oleh Kakashi sebelumnya, namanya adalah Rou. Dia memiliki sepasang alis yang cukup tebal, rahang yang tercetak tegas, serta dua mata sipit yang menatap tajam ke arah Soku, sepertinya marah.
“Kau tahu? Aku harus membuat segalanya jelas sebelum kita mulai misi ini.” ujar Soku, membantah bentakan Rou. “Aku sangat tidak suka dipandang remeh sebagai anak kecil, kau tahu itu kan?”
“Ma-maafkan aku. Untuk selanjutnya aku janji akan lebih hati-hati.” Shikamaru meminta maaf. Dia tak ingin masalah sepele semacam ini berlarut-larut. Yang lebih tua harus mengalah, mungkin seperti itulah yang ada di pikirannya saat ini.
Soku memalingkan pandangannya dari Rou, kembali menatap Shikamaru.
“Kau tahu? Aku senang kau paham, ini awal yang bagus.” Soku berbalik arah, berjalan kembali ke tempat awalnya berdiri.
“Rou sangat ahli memanipulasi chakra, baik kualitas maupun kuantitasnya. Entah itu miliknya sendiri, ataupun milik orang yang menjadi targetnya.” ucap Kakashi, Rou hanya mengangguk.
“Apa itu berarti kau juga bisa meningkatkan jumlah chakra?” tanya Shikamaru.
“Pertanyaan cerdas.” Kakashi menanggapi.
“Saya hanya bisa mengubah persepsi pihak lain terhadap chakra seseorang.” ujar Rou. “Sebagai contoh. Bila saya meningkatkan chakra anda, tuan Shikamaru, chakra anda tidak akan benar-benar bertambah secara kuantitas. Namun orang lain akan merasakan bahwa chakra anda tumbuh semakin besar, padahal pada kenyataannya tidak.”
Cara bicara Rou bisa dibilang agak ketinggalan jaman. Itu, ditambah dengan bentuk tubuhnya yang kekar dan tegap, Rou lebih terlihat seperti seorang Samurai daripada ninja. Dari apa yang terlihat, usia Rou sendiri kurang lebih berada di kisaran 40 tahunan, jauh lebih tua dari Shikamaru.
Shikamaru mengangguk kecil, tanda bahwa dia mengerti akan penjelasan Rou.
“Kau bilang kau dapat meningkatkan jumlah chakra seseorang dalam persepsi orang lain, apa itu berarti sebaliknya, kau juga mampu menghapus chakra seseorang sehingga tak lagi bisa dirasakan oleh pihak lain?” Shikamaru kembali bertanya.
“Ya. Saya bisa membuat chakra seseorang menghilang dari pantauan orang lain. Saya juga mampu membuat chakra orang tersebut hanya bisa dirasakan oleh saya seorang, atau hanya oleh anda.” Jelas Rou.
“Kurasa kemampuannya sangat cocok untuk misi ini, bagaimana menurutmu Shikamaru?” Kakashi bertanya.
“Ya. Saya setuju. Lalu bagaimana dengan si kecil ini?” Shikamaru bertanya sembari mengalihkan pandangannya ke arah Soku.
Alis gadis itu mengrenyit mendengar kata “si kecil”. Sepertinya Soku memang tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia memang masih kecil.
“Sedikit peragaan mungkin akan membantu, benar begitu Soku?” Kakashi bertanya.
Soku hanya mengangguk. Dia lalu meregangkan lengan kirinya, dan mengarahkannya ke jendela yang terbuka di seberang kantor Kakashi. Dari situ, Shikamaru dapat melihat seekor burung walet yang sedang terbang di luar. Dia tahu, burung tersebut akan menjadi sasaran tembak Soku.
“Kau tahu? Jurusku adalah segalanya tentang jarum chakra.” gumam Soku, tak lama, sebuah kilatan chakra berwarna jingga meletup dari ujung jari telunjuknya.
Bersamaan dengan itu, burung walet yang tadi terbang diluar telah hinggap di balik sebuah pilar.
Bila Soku menembakkan chakranya sekarang, mustahil baginya untuk mengenai target. Jarum chakranya hanya akan menerpa pilar tempat burung tersebut hinggap.
Namun...
Tak ada satupun goresan di pilar tersebut, sebaliknya, samar-samar terdengar suara kesakitan dari si walet.
Shikamaru bergegas berlari ke arah jendela, lalu mengeluarkan kepalanya, menoleh kesana-kemari mencari keberadaan si walet. Ternyata burung tersebut telah jatuh ke tanah, dan sepertinya mati.
“Kau tahu? Aku tak mau ada kesalah pahaman di sini. Aku benci bila ada nyawa yang terbuang sia-sia.” ucap Soku.
Bersamaan dengan kata-kata Soku tersebut, burung walet yang tadinya terlihat sudah mati itu perlahan bergerak kembali. Dia bangkit, lalu mengepakkan sayap terbang kembali ke angkasa.
“Kau tahu? Chakra yang kutembakkan tadi adalah chakra penyembuhan. Aku sengaja melakukannya. Aku yakin saat ini burung itu merasa jauh lebih sehat dari sebelumnya.” imbuhnya.
“Bagaimana kau melakukannya? Bagaimana kau menembak melewati pilar itu?” Shikamaru bertanya, sembari memutar pandangannya ke arah Soku.
Soku tertawa puas mendengar pertanyaan Shikamaru. Dia bahkan mengejeknya dengan menjulurkan lidah ke arahnya. Untuk sekali ini saja, sikap Soku terlihat sesuai usianya.
“Kau tahu? Sekali aku membidik targetku, meskipun dia bersembunyi dari pandanganku sekalipun, jarum-jarum chakraku akan tetap mengikutinya kemana pun dia pergi. Mereka tak akan pernah berhenti sampai bisa mengenai sasaran.” Jelas Soku.
Jadi.
Kemampuan Rou akan menyembunyikan chakra dan hawa keberadaan kami, sehingga memungkinkan kami untuk menyusup ke wilayah musuh tanpa diketahui. Lalu bila Gengo telah ditemukan, dan dia berada dalam jangkauan, maka aku akan menggunakan Kagemane no Jutsu untuk membelenggunya. Setelah itu, eksekusi mati akan dilakukan oleh jarum-jarum chakra Soku.
Itu terdengar seperti sebuah rencana yang bagus.
Senyap, dan mematikan.
Tenang Shikamaru, semua akan baik-baik saja.
Ya, semua akan baik-baik saja.
―Setidaknya itulah yang ada di pikiran Shikamaru saat ini, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
“Oiya, boleh aku minta tolong sesuatu?” Shikamaru bertanya.
“Kau tahu? Kau boleh, katakan saja.” Soku menjawab dengan senyumnya yang penuh kepercayaan diri.
“Bisakah kau berhenti berkata “kau tahu” setiap kali kau bicara? Kau tahu? Mendengarnya sangat menyusahkan.” ujar Shikamaru.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by H S M ---
―Mereka datang. Para musuh, ninja-ninja Otogakure. Mereka orang-orang Orochimaru.
Tunggu sebentar... Sejak kapan aku dikejar? Seharusnya aku-lah yang mengejar seseorang.
Seseorang yang harus diselamatkan. Uchiha Sasuke...
Teman sekelas yang perilakunya menyusahkan. Tapi tetap, dia adalah seorang teman. Dia harus diselamatkan.
Aku memimpin sebuah regu untuk pertama kalinya. Kegagalan bukanlah sebuah pilihan. Tapi teman-temanku... Teman-temanku tumbang satu persatu...
Chouji, Kiba, Neji, lalu Naruto... Kami terkepung...
Maafkan aku...
Semuanya tolong maafkan aku...
Berikutnya, aku tak akan gagal lagi...
Jadi aku mohon... Aku mohon jangan mati...
Aku mohon jangan mati!―
Shikamaru terbangun. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Sepertinya dia bermimpi buruk. Mimpi buruk tentang misi pertamanya sebagai seorang Chuunin, yaitu mengejar dan mengembalikan Uchiha Sasuke yang meninggalkan Konoha karena pengaruh Orochimaru.
Rekan setim Shikamaru saat itu adalah beberapa teman sekelasnya, ditambah Neji. Mereka tumbang, satu persatu, seiring pengejaran. Pada akhirnya Sasuke tak dapat dikejar, dan semua rekan setim Shikamaru terluka sangat parah.
Sebagai seorang Chuunin, dan sebagai seorang pemimpin, Shikamaru merasa gagal. Shikamaru mengusap keningnya yang basah oleh keringat dingin, perlahan dia mengambil nafas. Mencoba menenangkan dirinya.
Mengapa aku sampai bermimpi seperti ini? Pertanyaan itulah yang muncul di benak Shikamaru saat ini. Sebelumnya belum pernah kejadian-kejadian tersebut muncul dalam mimpinya. Apakah ini sebuah pertanda akan sesuatu?
Entahlah, namun satu yang pasti. Kejadian di masa lalu tersebut menggoreskan luka yang teramat dalam di hati Shikamaru. Dia memandang kegagalannya saat itu sebagai hinaan terbesar baginya. Dia belum pernah tersudut separah waktu itu seumur hidupnya, setidaknya hingga saat ini.
“Semua baik-baik saja... Semua akan baik-baik saja, tenangkan dirimu Shikamaru...” Kata-kata itu meluncur deras dari mulut Shikamaru tanpa bisa dia hentikan. Jantungnya masih berdegup kencang.
Sepertinya dia tak akan bisa kembali tidur di sisa malam ini.
Dia akan berangkat pagi-pagi buta ke sana.
Ya, ke sana.
Shijima no Kuni, negeri yang selalu sunyi.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 ---
Sumber DNI.
No comments:
Post a Comment