Friday 22 May 2015

Daftar Isi Konoha Hiden

NARUTO―木ノ葉秘伝 祝言日和
NARUTO―Konoha Hiden: Shūgenbiyori
NARUTO―Konoha Hiden: The Perfect Day for a Wedding

Penulis: Shō Hinata
Ilustrasi: Masashi Kishimoto
Tanggal rilis: 1 Mei 2015
Detail: 240 Halaman
Penerbit: Jump J Books, Shueisha

Daftar Isi
. Chapter 01 Rock Lee Chapter
. Chapter 02 Tenten Chapter
. Chapter 03 ( Part 1 )  ( Part 2 ) Shikamaru Chapter
. Chapter 04 ( Part 1 )  ( Part 2 ) Teuchi Chapter
. Chapter 05 ( Part 1 )  ( Part 2 ) Sakura Dan Ino Chapter
. Chapter 06 Umino Iruka Chapter
. Chapter 07 ( Part 1 )  ( Part 2 ) Kiba Dan Shino Chapter, Final Mission
. Chapter 08 ( Part 1 )  ( Part 2 ) Kiba Dan Shino Chapter, End
. Chapter 09  Pernikahan Dimulai



Isi dari Novel ini per-chapternya akan diupdate tentu saja dengan yang sudah ditranslate ke dalam Bahasa Indonesia
Mohon maaf kalau ada perbedaan atau pun yang sulit dimengerti.

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 08

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 08

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

--- H S M ---

―Shijima no Kuni.
Setelah berlari selama genap tiga hari tiga malam, regu pimpinan Shikamaru akhirnya mencapai tujuan mereka, Shijima no Kuni.

Shijima no Kuni merupakan sebuah negeri yang tak terlalu besar, terletak di ujung paling barat benua. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan dan bentangan hutan, sementara sisanya adalah dataran rendah yang dihiasi oleh beberapa kota kecil. Tak ada satupun kota di dataran tersebut yang ukurannya sebesar desa-desa di Hi no Kuni. Shijima no Kuni akan terasa seperti wilayah pedesaan masa lampau bagi siapapun yang pertama kali menginjakkan kakinya di sini.

Pusat pemerintahan negeri ini berada di ibu kota mereka, desa Tirai. Sebuah kota kecil yang terletak tepat di tengah-tengah negeri. Shikamaru dan regunya harus menyelinap melewati perbatasan tanpa terdeteksi, sehingga rute yang mereka lalui bukanlah rute biasa. Mereka harus rela keluar masuk hutan, menembus barisan bukit, dan menyusuri lembah. Tepat hari keempat sejak melangkah keluar dari gerbang Konoha, mereka akhirnya tiba di desa Tirai.

Meski Shijima no Kuni adalah negeri yang tergolong miskin, kemegahan ala kota besar masih dapat dilihat di ibu kota mereka. Di saat sebagian besar rumah di wilayah lain negeri ini masih beratapkan jerami, di desa Tirai, bahkan rumah paling sederhana sekalipun telah memiliki atap berlapiskan genting. Banyak pula bangunan yang terbuat dari beton, sementara jalanan mereka terlihat bersih dan tertata dengan baik.

Rangkaian jalan menyebar ke seluruh wilayah desa, membentuk pola menyerupai jalinan jaring laba-laba. Pola tersebut bergerak melingkar, menjadikan pusat desa sebagai pangkalnya. Di sepanjang sisi jalan itulah, banyak berdiri apartemen-apartemen serta barisan rumah yang tertata rapi, terlihat sangat teratur.

Yang paling mencolok dari tata kota desa Tirai ini adalah sebuah gedung besar yang berdiri tepat di pusat desa. Bila dipandang dari kejauhan, gedung ini terlihat menjulang tinggi melebihi bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Tingginya sekitar 10 lantai, dengan atap yang berwarna merah keunguan, sementara kedua sisinya berhiaskan sepasang patung singa yang terbuat dari emas. Sangat megah ―untuk ukuran sebuah desa kecil.

“Aha, itu pasti istana yang kita cari.”

“Kau tahu? Tidak usah sok pintar, itu kan sudah jelas.”

Shikamaru mengamati bangunan megah tersebut dengan seksama, tentu saja sembari menguping percakapan antara Rou dan Soku. Saat ini mereka sedang berjalan di jalanan utama desa. Pakaian mereka telah berganti, tak lagi mengenakan seragam ANBU dan rompi Konoha.

Setiap negara memiliki budaya dan tradisi yang berbeda satu sama lain, termasuk pula dalam hal cara berpakaian. Oleh sebab itulah, Rou dan Soku menyarankan agar mereka menggunakan pakaian penduduk setempat, supaya tak terlihat mencolok selama melakukan penyusupan. Shikamaru hanya menurut, karena bagaimanapun mereka berdua adalah ANBU yang lebih senior darinya, sekaligus memiliki segudang pengalaman menjalankan misi semacam ini.

Dalam perjalanan menuju desa Tirai, mereka bertiga sempat berhenti di rumah orang kaya setempat, dari sana lah mereka mendapatkan pakaian-pakaian tersebut. Bisa jadi mereka membeli, meminta, atau mungkin juga... mencuri, entahlah.

Busana yang dikenakan orang-orang Shijima no Kuni sangatlah sederhana, tanpa pola apapun yang khas. Tubuh bagian atas terbalut jubah sederhana yang terbuat dari kain ―disebut Uwagi, kemudian diikat dengan Obi, untaian ikat pinggang yang juga terbuat dari kain.

Sementara dari pinggang ke bawah, para penduduk Shijima no Kuni mengenakan celana yang lumayan lebar ―Hakama. Bagian bawah Hakama mereka dimasukkan ke dalam sepasang sepatu bertali yang membungkus kaki mereka hingga setinggi betis. Melihat mereka berlalu-lalang benar-benar serasa kembali ke era lampau.

Warna pakaian mereka pun sama hambarnya dengan cara mereka berbusana. Hampir semua orang di desa Tirai mengenakan pakaian berwarna suram, entah itu hitam, cokelat tua, atau abu-abu gelap. Bahkan di sepanjang jalanan utama ini, tak ada satupun toko yang memiliki lampu penerangan yang memadai, alih-alih papan iklan yang berpendar cahaya neon. Semua tampak suram, membosankan.

Ya, suram. Seakan tak ada satupun hal cerah yang dapat ditemukan di desa ini.

“Apa anda menyadarinya, tuan Shikamaru?” Tanya Rou yang berjalan paling depan.

Shikamaru sendiri berada di tengah-tengah, Rou berjaga di depan, sementara Soku mengawasi dari belakang. Posisi seperti ini juga atas saran dari mereka berdua.

Pertanyaan Rou sangat bias. Dia tak menyebutkan secara pasti apa hal yang seharusnya Shikamaru sadari.

“Kita sama sekali belum melihat satupun pengawal Daimyo.” ujar Rou lagi, kali ini lebih rinci.

“Oh, itu. Ya, kau benar.” Shikamaru sepertinya sependapat dengannya.

Sembari berbincang, mereka berjalan menuju ke arah istana. Tidak ada maksud untuk melaksanakan pembunuhan itu sekarang, mereka hanya mengikuti arus orang-orang di sekitar yang juga berjalan menuju bangunan megah tersebut. Shikamaru sama sekali tak ingin bertindak buru-buru dan gegabah, dia tak ingin mempertaruhkan keberhasilan misi sepenting ini. Semua harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan.

“Sejauh ini, semua orang yang kita temui di jalan hanyalah penduduk biasa, kita belum melihat ada satupun pengawal atau pembantu Daimyo. Ini aneh sekali.”

Pengamatan Rou sepertinya memang benar, ada yang tidak beres di negeri ini.

Seakan seperti telah menjadi sebuah ketentuan umum, penguasa daerah atau pimpinan sebuah negara hampir selalu adalah seorang Daimyo. Memang, persatuan dunia Shinobi telah berkembang sangat pesat, namun para Shinobi tidak pernah, dan tidak akan pernah mampu mengambil peran utama dalam urusan politik. Itu adalah bagian Daimyo.

Para Daimyo berdiam di ibu kota negara mereka masing-masing, dan tempat tinggal mereka hampir pasti selalu dijaga ketat oleh ratusan atau bahkan ribuan pengawal kerajaan selama dua puluh empat jam tanpa jeda. Tempat itu pastinya juga dipenuhi oleh para bawahan yang bertugas melayani sang penguasa daerah setiap saat.

Para pengawal dan bawahan Daimyo tersebut seringkali memandang dirinya sendiri berada di atas penduduk biasa. Terlihat jelas dari cara mereka berpakaian yang sangat mencolok, dan tentunya perilaku serta cara bicara mereka yang terkesan arogan. Keseharian mereka lebih sering dihabiskan di ibu kota tempat Daimyo tinggal, hanya pergi ke luar wilayah bila memang diperintahkan.

Namun tetap saja, Shikamaru dan regunya sama sekali belum menemui satupun dari para pengawal dan bawahan Daimyo tersebut di Shijima no Kuni.

--- H S M ---

“Kau tahu? Mungkin negeri ini memang tidak punya Daimyo.” Ujar Soku.

Kata-kata Soku juga ada benarnya. Terkadang, beberapa negara kecil sengaja mencitrakan dirinya sendiri seakan-akan mereka memiliki seorang penguasa, padahal sebenarnya para penduduk negara tersebut menangani urusan daerah mereka secara swadaya, tanpa bergantung pada sosok sentral semacam Daimyo.

Mungkin Shijima no Kuni adalah salah satu yang seperti itu. Tapi entah kenapa, Shikamaru merasa sangat tidak yakin akan hal tersebut.

Shikamaru berbalik, matanya menerawang ke arah istana tersebut yang saat ini telah mereka lewati.

“Surat Sai dengan jelas mengatakan bahwa negeri ini berada di bawah kendali seseorang bernama Gengo.” ujar Shikamaru.

“Kau tahu? Itu benar, tapi bisa jadi dia bukan seorang Daimyo.” Soku menambahkan.

“Yah, mungkin kau benar.” ujar Shikamaru. Bersamaan dengan itu, pandangan matanya seketika beralih pada sosok seorang pria yang berjalan melewati mereka.

Pria itu mengenakan jubah hitam panjang, tatapan matanya sangat tajam. Cara dia berpakaian terlihat sedikit lebih mencolok dibandingkan orang-orang di sekitarnya.

Desain jubah pria itu mengingatkan Shikamaru pada jubah Akatsuki. Meski sebenarnya, jubahnya tak memiliki lukisan awan merah, atau kerah tinggi khas organisasi kriminal itu. Jubah tersebut juga tak memiliki resleting atau lapisan penguat apapun, hanya ada lima buah kancing baju yang terbuat dari perak. Ukurannya cukup besar, berbaris rapi di bagian tengah jubah, urut dari atas ke bawah.

“Kalian lihat pria yang di sana itu... Kita sudah bertemu beberapa orang yang berpakaian sama dengannya. Apa tidak mengingatkanmu akan sesuatu?” tanya Shikamaru.

“Saya juga menyadarinya, tuan Shikamaru.” jawab Rou.

“Kau tahu? Biasanya orang akan melihat lebih jelas dulu baru setuju tentang sesuatu.” Soku mengomentari Rou yang langsung menjawab pertanyaan Shikamaru dengan sangat yakin, padahal dia sedang melihat ke arah lain.

“Uhmm... Pakaian itu, pakaian itu benar-benar membuat mereka jadi sasaran empuk.” Rou kembali mengeluarkan lawakan kurang bermutu nya.

“Kau tahu? Lebih baik kau ini diam saja.” Soku mengomel.

Tak menggubris kelakar mereka berdua, Shikamaru kembali bertanya.

“Rou, bagaimana dengan pria di seberang jalan itu, apa dia terlihat tidak asing bagimu?” Tanya Shikamaru, sembari memandang sebuah kedai teh di seberang jalanan yang ramai.

Rou menoleh, mengikuti arah pandangan Shikamaru. Matanya memicing, mencoba melihat lebih jelas.

“I-Itu... Ini tidak mungkin...”

“Ehh, ada apa sih ini... Kau tahu? Aku sama sekali tidak paham apa yang kalian berdua bicarakan.” ujar Soku, sepertinya dia belum menyadari apapun.

“Jadi dugaanku memang benar.” ucap Shikamaru lirih. “Pantas aku merasa tidak asing dengan wajah-wajah ini.”

Pria tersebut memanggil si pemilik kedai. Tak lama, seorang laki-laki paruh baya keluar dari dalam ruangan, dia segera membungkuk berkali-kali, memberi hormat sekaligus meminta maaf kepada pria itu. Lucunya, itu adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh penduduk biasa kepada para bawahan Daimyo.

“Di-Dia... Dia dulu seorang ANBU, namanya Minoichi.” ujar Rou yang masih belum hilang rasa terkejutnya.

“Orang itu...”

“Kau tahu? Orang itu adalah salah satu yang menghilang dalam perang besar, iya kan?” tebak Soku, memotong kata-kata Shikamaru.

Mereka bertiga terus berjalan melewati kedai itu, sembari tetap memperhatikan pria yang menurut Rou bernama Minoichi tersebut. Mereka melakukannya sehati-hati mungkin agar si target tak merasa sedang diamati.

“Hanya ada satu cara memastikan itu.” ujar Shikamaru, dia tersenyum. “Mari kita tanyakan langsung padanya...”

--- H S M ---

“Kau sudah tak bisa bergerak lagi.” ujar Shikamaru pada seorang pria yang gemetaran di hadapannya.

Mereka berada di sebuah gang sempit di antara dua bangunan beton. Tempat ini sangat sepi, bahkan di tengah hari seperti ini.

Rou dan Soku berjaga di ujung gang yang mengarah ke jalan utama. Mereka bersembunyi dalam kegelapan, tanpa ada gerakan sedikitpun, berkonsentrasi penuh terhadap tugas mereka. Benar-benar menunjukkan diri sebagai para ANBU yang berpengalaman.

Bayangan yang sangat gelap, lebih gelap dari bayang-bayang matahari tengah hari itu, bergerak memanjang dari kaki Shikamaru. Merangkak sepanjang lorong gang tersebut layaknya ular berwarna hitam kelam, bayangan tersebut melilit erat tubuh pria di hadapan Shikamaru. Ujung-ujungnya berubah menjadi sebuah tangan yang melingkar di leher si korban, seakan siap mencekiknya kapan saja.

“Konoha Hiden, Kage Kubishibari no Jutsu...”

Keluarga Shikamaru, klan Nara, adalah pengguna teknik bayangan dari generasi ke generasi. Kubishibari no Jutsu memungkinkan penggunanya untuk membelenggu pergerakan lawannya. Teknik bayangan klan Nara adalah sesuatu yang sifatnya nyata. Mereka tak hanya dapat menghentikan, atau membelenggu seseorang, klan Nara juga dapat melukai orang lain menggunakan bayangan mereka.

“Aku katakan padamu... Aku bisa mematahkan lehermu dengan mudah menggunakan bayanganku ini.” ujar Shikamaru dengan roman suara yang terdengar parau.

“Ba-bagaimana bisa... Kau... Kau ini siapa dasar sial!”

“Oh, kau tidak mengenalku?” tanya Shikamaru. “Tapi aku mengenalmu... Minoichi-san.”

“A-apa yang kau bicarakan... Siapa itu, aku tidak kenal nama itu...”

“Berhentilah berlagak bodoh. Kau mantan Shinobi Konoha, bukan?” tanya Shikamaru lagi.

“Su-sudah ku... bilang, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Lepaskan aku!”

Seketika, bayangan Shikamaru bergerak semakin dekat ke arah tenggorokan pria tersebut. Tangan-tangan gelap itu mencekik erat leher Minoichi.

“Urgghh...” Dia mengerang kesakitan.

“Kau terlahir di Konoha.” ujar Shikamaru. “Pastinya kau pernah mendengar tentang teknik bayangan klan Nara, bukan?”

“Kalau kau terus menerus bertingkah seperti ini, maka jangan salahkan aku...”

“...AKAN KUPATAHKAN LEHERMU.”

Ancaman itu yang keluar dari mulut Shikamaru. Suara paraunya membuatnya terdengar lebih menakutkan.

“Jadi, sebelum terlambat... katakan padaku sekarang juga. Kenapa Shinobi Konoha sepertimu berada di sini dan memakai pakaian seperti itu?” tanya Shikamaru sekali lagi.

“A-aku bukan lagi seorang Shinobi...” ucap Minoichi terbata-bata. “Aku... adalah orang yang tercerahkan!” lanjutnya.

“Orang yang tercerahkan? Apa maksudmu?”

“Heh... O-orang-orang lamban... yang hidup di dunia Shinobi yang tak pernah berkembang... orang-orang seperti kalian... tidak akan pernah mengerti tekad mulia kami!”

“Berhenti bicara tidak jelas. Yang aku tanyakan, apa yang kau maksud dengan ‘mereka yang tercerahkan’ itu?” tanya Shikamaru, sembari menguatkan cengkraman bayangannya.

“Ergghh!!” Minoichi semakin kesakitan.

“Bicaralah...” Ancam Shikamaru lagi, masih dengan suaranya yang parau. Auranya begitu dingin, seakan hati Shikamaru telah dirasuki kegelapan.

“Hahhh... Tidak mungkin! Kalian tidak mungkin bisa mengerti ―Eurghhhh!!”

Cengkraman bayangan itu semakin erat.

“Baiklah, bila memang itu pilihanmu... Akan kubunuh kau sekarang juga.”

Pupil Shikamaru melebar, membuat mata cokelatnya itu terlihat lebih gelap, sama gelapnya dengan bayangannya. Raut wajahnya terlihat sangat dingin, dia bersiap mengakhiri hidup tawanannya tersebut.

“Tu-tunggu! A-aku mengerti!”

“Hmm?”

“Aku... akan bicara...” ujar Minoichi.

Shikamaru melonggarkan belenggunya. Minoichi jatuh berlutut, terbatuk-batuk, air mata menetes deras dari kedua matanya.

“Baiklah, sekarang jawab aku. Apa atau siapa sebenarnya ‘yang tercerahkan’ itu? Dan kenapa banyak sekali mantan Shinobi yang berada di negeri ini?” Tanya Shikamaru.

Minoichi menghela nafas sejenak, lalu mulai bicara.

“Kami adalah Kakusha, ‘mereka yang tercerahkan’. Kami adalah penguasa di negeri ini. Di sini tidak ada orang rendahan yang kalian sebut Daimyo itu. Gelar ‘mereka yang tercerahkan’ diberikan kepada kami, para Shinobi yang telah membuka mata terhadap ideologi mulia tuan Gengo.”

“Tujuan kami adalah mengobarkan api revolusi yang sebenarnya di dunia ini, dan kami akan melangkah maju bersama tuan Gengo. Apapun yang orang-orang rendahan seperti kalian rencanakan, akan sia-sia saja di hadapannya.”

“Heh, lagipula... Apapun yang kau dengar dariku, tak akan membuat kalian mengerti tentang kebenaran negeri ini... Hahahahaha!!”

Minoichi berteriak dan mulai tertawa liar. Dia membuka rahangnya lebar-lebar, berusaha menggigit lidahnya sendiri. Minoichi ingin bunuh diri.

“Berhenti! Dasar bodoh!” Shikamaru panik.

Terlambat. Pria itu tumbang.

Untuk sesaat, Shikamaru berpikir Minoichi telah benar-benar mati, namun tak lama, Shikamaru menyadari keadaan sebenarnya. Ada sesuatu yang menusuk leher Minoichi sesaat sebelum dia tumbang.

“Kau tahu? Aku menembakkan jarum chakra pelumpuh padanya. Dia tak akan bisa bergerak selama... entah, mungkin tiga hari, atau lebih.”

Itu Soku yang berbicara. Ternyata dia telah berdiri di samping Shikamaru tanpa disadarinya.

“Huh, lagipula... apanya ‘yang tercerahkan’. Kau tahu? Itu terdengar sangat menjengkelkan.” ujar Soku, sembari menatap Minoichi yang sudah tak sadarkan diri.

Wajah mantan Shinobi itu terlihat tenang dalam tidurnya.

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 09 ---



Kembali Ke daftar Isi
 Klik



Sumber DNI.

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 10

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 10

--Penulis: Akira Higashiyama
--Ilustrasi: Masashi Kishimoto

--- H S M ---
Sementara Kakashi terus merangkak di saluran ventilasi, Ino melaporkan kepadanya tentang niat Tsuchikage. Dia hampir tiba di pintu saluran ventilasi ruang kendali. Dalam waktu sekitar dua menit lagi, eksekusi akan dilanjutkan.

Mengingat hal itu, Kakashi memikirkan Aobiko yang dimuat di kapal. Kakashi berpikir pada dirinya sendiri, "Sial, di mana orang-orang itu menyelundupkan Aobiko?" Kemudian Ino melanjutkan komunikasi dengannya:

“カカシ先生、すぐにその船から逃げてください……綱手様は本気です、なにかあったら、本気で飛鯱丸を撃ち落とすつもりです”
"Kakashi-sensei, tolong segera tinggalkan kapal... Tsunade-sama serius: jika sesuatu terjadi, dia benar-benar bermaksud menembak jatuh Tobishachimaru"

“ありがとう、いの”ダクトの中を這い進みながら、カカシは答えた。”だけど、そんなわけにはいかないよ”
"Terima kasih, Ino" Sambil terus merangkak, Kakashi menjawab. "Tapi, itu mustahil."

"で も!"
"Tapi-!"

“お前がオレのことを心配してくれているように、この船に取り残された人たちにも、どこかで心配してくれている人がいる”
"Mirip dengan rasa khawatirmu padaku, di suatu tempat, ada orang-orang yang juga peduli kepada orang-orang yang tertinggal di kapal ini"

"...."

“そんな人たちを簡単に見捨てるようじゃ、オレは火影になっても里の人たちを守れないよ”
Jika aku meninggalkan mereka, jika nanti aku jadi Hokage, artinya aku tidak akan mampu melindungi rakyat dari desa "

Kakashi kemudian melompat turun dari pintu saluran ventilasi. Dia tanpa suara menyergap musuh yang mengawasi ruang kendali. Kedua pilot, merasa heran, mereka berbalik untuk melihat apa yang beru saja terjadi. Dengan jari telunjuk di mulutnya, Kakashi menyuruh mereka diam. Dia kemudian memperkenalkan dirinya sebagai shinobi Konoha. Si Pilot mengangguk. Melalui jendela di depan, mereka bisa melihat lautan awan kelabu yang meluas di sekitar mereka. Kakashi menyuruh mereka untuk menjaga ketinggian kapal saat ini sebisa mungkin. Kakashi mengatakan kepada mereka meskipun musuh memerintahkan mereka untuk menurunkan ketinggian kapal, dengan cara apapun pilot harus menipu mereka: "Apapun yang terjadi, tolong jaga ketinggian saat ini!"

Alasan permintaan Kakashi adalah karena Aobiko. Jika Aobiko benar-benar disimpan di kapal, kemungkinan musuh ingin meledakkan Aobiko tersebut di Houzukijyou (Blood Prison). Musuh pastinya sudah mempersiapkan skenarionya. Ada anggota Aliansi Persenjataan Ryuuha yang bersiaga di tanah. Mereka akan mengambil keuntungan dari kekacauan yang ditimbulkan, dan dengan segera menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan Garyo. Dengan demikian, kemungkinan besar mereka akan berusaha menjatuhkan Aobiko dari langit, dari atas Houzukijyou. Dengan kata lain, dalam rangka untuk meningkatkan tingkat akurasi keberhasilan mereka, mereka harus menurunkan ketinggian kapal dengan cara apapun.

--- H S M ---

Kakashi kemudian mendengar keributan dari arah ruang makan. Ada suara wanita yang menjerit dan menangis meminta pertolongan! Wanita itu mengatakan bahwa anaknya punya penyakit asma sejak lahir. Kakashi diam-diam mendekati ruangan itu, ia bersembunyi di samping pilar. Anak dan wanita itu sepertinya memang ingin naik ke Tobishachimaru, meski kondisinya seperti itu.

Wanita itu memohon kepada mereka: Jika mereka ingin melanjutkan eksekusi, maka silakan pilih dia sendiri. Sebagai gantinya, dia ingin anaknya selamat. Ibu itu memeluk anaknya.

Kakashi ingat bahwa anak itu adalah anak yang sama dengan yang pernah Guy selamatkan dari lemparan Piano. (= Baca lagi Chapter 7)

Sejak Kahyo menciptakan sebuah lubang di lambung kapal, tekanan udara dalam kapal otomatis turun. Udaranya menipis... Kakashi kemudian mengerti: itulah penyebab anak itu asmanya kambuh dan kejang-kejang.

Kakashi megamati lingkungannya sekitar. Karena keributan sebelumnya, sekitar sepertiga penumpang dikeluarkan dari kapal. Dan seharusnya ada 12 musuh, tapi sebagian telah keluar, sekarang tersisa 7 personil. Barusan, Kakashi menyingkirkan seorang musuh yang ada di ruang kendali, jika orang itu bangun, maka totalnya masih ada 8 musuh.

Ibu itu dengan panik menarik-narik musuh. Dari gangguan sebelumnya, obat asma itu jatuh dan hilang. Pada tingkat ini, anak itu tidak akan bisa bernapas lagi. Dia akan mati! Rahyo terlihat tanpa emosi, melihat anak itu dengan mata yang dingin. Dia hanya melihat saja. Sang ibu terus memohon kepadanya. Namun, Rahyo menyatakan bahwa mereka tidak bisa mendaratkan kapal hanya demi bocah itu. Dia bertanya padanya apakah mereka berasal dari Negara Ombak, dan apa pekerjaan nya. Dia menjawab bahwa suaminya adalah seorang dokter. Wajah Rahyo kemudian menunjukan raut kejam, sambil mengulangi jawaban ibu itu.

Rahyo mengatakan bahwa keponakannya meninggal karena ia ditinggalkan oleh dokter dari Nagara Ombak. Rahyo mengatakan pada ibu itu untuk melihat wanita yang berdiri di dekatnya, yang tak lain adalah Kahyo, adinya sendiri. Rahyo mengatakan padanya bahwa anak yang telah meninggal tersebut adalah anaknya Kahyo. Mata ibu yang terus menglirkan air mata melihat Kahyo. Kahyo menundukkan wajahnya.

Rahyo tertawa, dan mengatakan bahwa ini bisa jadi suatu bentuk pembalasan. Bedanya, kali ini, sekarang anak merekalah yang akan dibiarkan mati. Rahyo penuh semangat tertawa, suaranya menyakitkan telinga Kakashi. Kakashi kemudian membuka lebar matanya yang (biasanya) hanya terbuka setengah untuk memperjelas pandangannya kepada Kahyo.

--- H S M ---

Kahyo tidak bergeming. Karena ia tidak memakai topeng, rambut panjang dan keriting menutupi wajahnya dan menimbulkan bayangan hitam di wajahnya. Sebelum melangkah keluar dari balik pilar, Kakashi melihat ke luar jendela. Dia melihat bayangan burung yang lewat.

「そ の 子 を 助 け て や れ」
"Lepaskan anak itu"

「は た け カ カ シ!?」 羅 氷 が, 殺 気 を み な ぎ ら せ た. 「貴 様, ま た 性 懲 り も な く ......」
"Hatake Kakashi!?" Rahyo marah. "Dasar kau *****, sangat tidak bisa dimaafkan...."

「華氷」カカシはそれを無視して、呼びかけた。「お前はさっきオレに言ったな、『お前なんかに、子を殺された親の気持ちが分かってたまるか』と……だけど、お前には分かるはずだ」
"Kahyo!" Kakashi mengabaikan pernyataan Rahyo, dan berbicara kepada Kahyo. "Beberapa waktu yang lalu, kau berkata kepadaku, 'Kalau soal itu, Kau tidak bisa memahami perasaan orang tua yang anaknya telah tewas!' Namun, kau seharusnya paham (nasib ibu ini)."

華 氷 の 体 が, ビ ク ッ と 強 張 っ た.
Tubuh Kahyo tiba-tiba tegang.

「頼 む, そ の 子 を 助 け て や っ て く れ」
"Aku minta lepaskan anak ini"

「バ カ か, お 前 は!」 羅 氷 が 怒 鳴 っ た. 「今 度 こ そ, あ の 世 へ 送 っ て や る!」
"Dasar idiot!" Teriak Rahyo. "Kali ini, aku akan mengirimmu ke dunia lain!" (/Aku akan membunuhmu)

「黙 れ」
"Diam kau"

「!」

カ カ シ の 眼力 に 圧 さ れ て, 羅 氷 が 固 ま っ た.
Rahyo tangang karena ada kekuatan luar biasa di mata Kakashi.

「船を着陸させる必要はない」カカシは華氷に眼を戻し、「オレの仲間が、この船について飛んでいる。そいつに、この子をあずけるだけでいい。。。その代わりオ レ が 処刑 さ れ て や る 」
"Tidak perlu mendaratkan kapal." Mata Kakashi kembali melihat Kahyo. "Rekanku sedang terbang di sekitar kapal ini. Tidak apa-apa, percayakan saja anak ini ke orang itu... Kalau sudah, silakan eksekusi aku."

長 い 髪 の 下 か ら, 華 氷 が に ら み つ け て く る.
Dari balik rambutnya yang panjang, Kahyo cemberut.

「だったら、まずお前が死んでみせろ」横から口を出してきたのは、またしても羅氷だった. 「ガ キ を 釈 放 し た と た ん, お 前 の 気 が 変 わ ら な い と も か ぎ ら ん」
"Jika begitu, pertama-tama, buktikan dengan bersedia mati." Rahyo berkata lagi, "Begitu anak nakal ini dilepaskan, ada kemungkinan kan, kau akan berubah pikiran."

「...」

襲 撃 犯 た ち が, 下 卑 た 声 で 笑 っ た.
Para pelaku serangan itu tertawa terbahak-bahak.

カカシは躊躇しなかった。一瞬にしてチャクラを右手に集め、紫に放電する手刀を、自分の首筋にたたきつけた。
Kakashi tidak ragu-ragu. Seketika, dia mengumpulkan chakra di tangan kanannya. Dengan pedang petir di tangannya ia memukul tengkuknya sendiri.

羅 氷 が, ハ ッ, と 息 を 呑 む.
"Haa" Rahyo menahan napas.

が, 一番 驚 い た の は, カ カ シ 本人 だ っ た.
Namun, orang yang paling terkejut adalah Kakashi sendiri.

「...!?」

たしかに、紫電を発動した。なのに、手刀はぴしゃりと首を打っただけで、 血 も 出 な け れ ば, 首 が ゴ ロ ン と も げ る こ と も な か っ た.
Tentu saja, ia telah melepaskan Shiden (Petir Ungu). Namun, dia (berpikir bahwa ia) barusaja dipukul dengan suara 'pishari' (/suara pukulan) di lehernya dengan ujung tangannya sendiri. Darahnya belum keluar, itu artinya kepalanya belum terpotong.

白熱 し て い た 右手 が, た ち ま ち 冷 え て ゆ く.
Tangan kanannya yang berpijar. Tiba-tiba terasa dingin.

それどころか、足元から白い冷気が立ちのぼり、血管の中を氷の棘がこすっているかのような痛みが、全身に走った。
Dari tempatnya berdiri, benda putih dan dingin tengah merayap ke atas mulai dari kakinya. Bagian dalam pembuluh darahnya seolah-olah terasa sedang digosok oleh duri es. Raaa sakit meyebar di seluruh tubuhnya.

氷 が ビ キ ビ キ ビ キ と 足 を 這 い 上 が っ て く る.
Es terus merayap ke atas mulai dari kakinya dengan suara 'bikibikibiki' (/Krkkrkrkrk).

--- H S M ---

「!?」

カカシはとっさにチャクラを全身に巡らせた。すると、すでに膝まで這い上がってきていた氷が、たちまち雲散霧消した。
Dengan cepat Kakashi menyelimuti seluruh tubuhnya dengan chakranya. Di saat yang bersamaan, es sudah merangkak naik sampai lutut. Tiba-tiba, (es di sekitar tangannya) lenyap barkabut.

「お 前 が 死 ぬ 必要 は な い」 華 氷 が 静 か に 言 っ た. 「こ の 子 は 助 け る」
"Kau tak perlu mati!" kata Kahyo dengan pelan. "Aku akan mengampuni anak itu".

Rahyo jengkel karena Kahyo mengikuti kata-kata Kakashi sendiri. Dia menyela dan memintanya untuk tutup mulut saja, karena bukan tujuan mereka untuk membunuh orang dengan pandang bulu. Dia kemudian melirik mata Kakashi. Dia mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang bisa Kakashi lakukan lagi.

Kakashi dengan hati-hati mengeluarkan chakranya. Dia bertanya kepada Kahyo sejak kapan dia menaruh jutsu es pada dirinya? Dia menjawab, ketika mereka pertama kali bertemu. Saat akan naik Tobishachimaru, ia berlari menuju kapal, mengenakan gaun biru panjang. Kakashi menduga dia meletakkan jutsu esnya saat ia menangkap Kahyo karena tersandung, Kahyo sengaja melakukannya dengan menjebaknya dalam godaannya.

Kahyo kemudian mendekati ibu dan anak itu. Ibu hendak mengangguk, dan mengangkat anaknya dengan tangan. Saat itu juga, bayangan Kahyo tercermin dalam mata Kakashi, seolah-olah Kahyo sedang merangkul anak itu. Kakashi bisa melihat raut wajah Kahyo yang sedih. Anak kecil itu nafasnya terengah-engah. Kahyo mengayunkan lengannya, ia menciptakan celah pada es yang menutup lubang di lambung kapal. Lubang tersebut cukup untuk dilewati satu orang. Karena tekanan udara dalam kapal hampir sama dengan tekanan atmosfer di luar, orang maupun barang dalam kapal tidak tersedot keluar.

Angin dingin bertiup ke dalam kapal, Sai mendekati kapal dengan menaiki punggung burung raksasa yang terbuat dari jutsu Chouju Giga. Sai memasang posisi tubuh siaga, mempersiapkan diri untuk menyerang jika diperlukan. Sambil membawa anak itu keluar, Kahyo berkata kepada Sai: Jika dia melihat Sai lagi, dia akan membunuh sandera. Sai tanpa ekspresi menatap kambali ke arah Kahyo. Dia membungkuk ke depan perlahan meraih anak itu.

Kahyo kemudian menghadap ke ibu itu lagi lalu memanggilnya. Dia mengatakan kepada ibu itu bahwa ia bisa pergi dengan anaknya. Sang ibu menangis, air mata mengalir deras di wajahnya, sembari mengulangi ucapan 'Terima kasih' kepada Kahyo. Dia maraih uluran tangan Sai, dan mengeluarkan kepalanya dari kapal. Namun, ada ketidakpuasan dan gerutuan di antara penumpang yang masih tertinggal di kapal. Salah satunya berteriak bahwa pengecualian ini tidak adil bagi mereka.

--- H S M ---

Pria itu marah karena ibu dan anak tersebut mendapatkan perlakuan istimewa. Dia mencemooh bahwa ia juga membawa anak yang sakit. Kahyo kembali menutup celah Es itu. Kahyo menyatakan bahwa sudah waktunya untuk eksekusi selanjutnya. Dia membekukan orang yang mengeluh tadi. Setelah itu, tidak ada yang berani membuka mulutnya lagi.

「お前にかけた地鎖連氷を発動した」華氷はカカシに向き合った。「凍りつきたくなければ、ずっとチャクラを練って、その熱を全身に巡らせるしかない」
"Mengenai pengaktifan Jisarenhyou yang menyelimutimu..." Kahyo (berbalik) ke arah Kakashi. "Jika kau tidak ingin membeku, kau harus selalu mengeluarkan chakra. Kau tak punya pilihan lain selain (menggunakan chakra untuk) mengelilingi seluruh tubuhmu dalam suhu seperti itu."

「なるほど……だから、チャクラを練ることのできない一般人は、ああもたやすく凍りつい て し ま う っ て わ け か 」
"Begitu ya... Oleh karena itu, jika kau seorang warga sipil biasa yang tidak dapat mengolah chakra, maka kau dengan mudah akan cepat membeku."

「チャクラを使って地鎖連氷を抑えているかぎり、お前はほかの術にチャクラを回せなくなる。つまり、はたけカカシ。。。」言葉を切る。「いまのお前は、ただの人だ」
"Untuk (menghentikan perkembangan) Jisarenhyou, chakramu harus disibukkan . Dengan demikian, kau tak bisa menggunakan chakra untuk mengaktifkan jutsu lain. Dengan kata lain, Hatake Kakashi... " Kata-katanya terputus. "Kau yang sekarang, sama saja dengan warga sipil biasa"

「お前だったんだな……みんなを凍らせていたのは、羅氷じゃなくて、お前だったんだな」
"Jadi kau... orang yang telah membekukan semuanya. Bukan Rahyo. Itu Kau."

「地 鎖 連 氷 を 使 え る の は, 私 だ け だ」
"Hanya aku yang dapat menggunakan Jisarenhyou"

「な ぜ い ま ま で オ レ に 発 動 し な か っ た?」
"Kenapa kau baru mengaktifkannya padaku?"

少しためらったあとで、華氷の口から、ぽつリ、まつり、と言葉が滴った。
Setelah sedikit merasa ragu, Kahyo mengucapkan sepatah-patah kata dari mulutnya.

そ の 声 は, 苦 悩 と, 痛 み と, 悲 し み に ま み れ て い た.
Suaranya (mencerminkan) penderitaan, rasa sakit, dan kesedihan.

(--- Tanda page Break dalam Novel ---)
--- (Kahyo memulai ceritanya) ---

さっき、お前は言ったな、はたけカカシ。『生きていくことそれ自体が、いつでも命がけの戦いなんだ』と。
Kau bilang beberapa waktu yang lalu, Hatake Kakashi: "Karena (usaha) untuk bertahan hidup itu sendiri, selalu dan kapanpun, pasti ada pertempuran di mana salah satu risikonya adalah hidupnya sendiri."

し か し, そ の 戦 い に 参加 す ら さ せ て も ら え な い 者 も い る.
Namun, ada juga orang-orang yang bahkan tidak bisa berpartisipasi dalam pertempuran itu.

私 た ち が 逃 げ 出 し た 霧 隠 れ の 里 が そ う だ っ た.
Kirigakure, desa yang kami tinggalkan contohnya.

あ まり知られてはいないが、霧隠れには、むかしから身分制のようなものがあった。一番偉いのは、先祖代々霧隠れで生まれ育った者の家系。その次は、長い戦い の歴史の中で、霧隠れに味方した者の家系。そして一番下が、私の家のように、霧隠れに倒されてやむなく併呑された家系だ。
Aku tidak begitu mengerti, tapi di Kirigakure, ada suatu sistem kasta sosial yang mirip sistem masa lalu. Kasta Pertama adalah mereka yang memiliki leluhur, keluarga dan keturunan yang lahir dan dibesarkan dalam desa Kirigakure. Kasta ini terdiri dari garis keturunan keluarga yang bersekutu dengan Kirigakure selama sejarah panjang peperangan. Tingkat paling rendah seperti keluargaku adalah bagian kasta yang telah kalah dalam pertempuran, kami tidak dianggap di desa Kirigakure.

木ノ葉では、請け負った任務を、忍の実力に応じてふり分けているはずだ。
Di Konoha, kontrak misi diberikan berdasarkan kemampuan shinobi.

霧隠れでは、違う。もっとも危険な汚れ仕事は……いつも、私のような最下層の者に回ってくる。実力など、まったく関係ない。
Di Kirigakure berbeda. Misi-misi kotor yang ada, selalu diberikan kepada orang-orang sepertiku, yang berada di kasta terendah. Hal seperti itu benar-benar tidak ada hubungannya dengan kemampuan seseorang atau semacamnya.

里にしてみれば、私たちはいつ霧隠れを裏切るか分からない、いわば危険分子だ。だから、危険な任務を割り当てる。
Dari sudut pandang desa, mereka tidak tahu seperti apa dan kapan kita akan mengkhianati Kirigakure. Kami dikatakan anggota berbahaya (dalam masyarakat). Oleh karena itu, kami ditugaskan pada misi berbahaya.

首尾 よ く 任務 を こ な せ ば, そ れ に 越 し た こ と は な い.
Meskipun kita dengan mudah dan berhasil menyelesaikan misi, semua tidak akan ada bedanya.

--- H S M ---

たとえ不首尾に終わって、私たちが命を落としたとしても、それはそれで結構なことだというわけさ。
Bahkan jika (misinya) berakhir dengan kegagalan, dan jika kita tewaspun, (desa akan berpikir) kalau itu adalah hal yang baik.

いまの水影になって、状況はずいぶんよくなったようだが、少なくとも、私の時代はそうだった。先代の水影は、うちはマダラに操られていたという噂もある。とにかく、そんな霧隠れに愛想を尽かして、里を捨てた者も多い。
Dengan kepemimpinan Mizukage yang sekarang, keadaan desa tampaknya membaik. Setidaknya, bisa memperbaiki keadaan di eraku. Mizukage sebelumnya dikabarkan telah dimanipulasi oleh Uchiha Madara. Pokoknya, orang-orang merasa muak dengan kepemimpinan (periode) Kirigakure itu. Bahkan ada banyak orang yang meninggalkan desa.

桃 地 再不 斬 と い う 名 を, お 前 も 聞 い た こ と が あ る だ ろ う.
Namanya adalah Zabuza Momochi. Kau mungkin juga sudah mendengar nama itu sebelumnya.

霧 隠 れ の 鬼 人 と 呼 ば れ た 男 だ.
Pria itu dikenal sebagai Iblis dari Kirigakure.

いち早く里を抜けた者のひとりだ。子供のころの彼は、とてもやさしい子だったと聞く。知ってるか?霧隠れは、その昔、血霧の里と呼ばれていた。私たちは忍者になるために、ある試験を受けなければならないんだ。
Dia adalah salah satu orang yang segera melarikan diri dari desa. Ketika ia masih kecil, kudengar dia baik hati. Apa kau tahu soal itu? Sebelum Kirigakure "Hiden Mist Village", dulunya adalah "Bloody Mist Village". Untuk menjadi seorang ninja, kita harus mengikuti ujian tertentu.

忍者 学校 の 生 徒 同 士 の 殺 し 合 い さ.
Para siswa dari akademi Ninja harus membunuh sesama teman mereka.

たぶん、お前もここまでは知っているはずだ。でも、その試験を受けさせられるのは、 私 た ち 最 下層 の 忍 だ け だ と い う こ と は 知 る ま い.
Mungkin kau sudah pernah diinformasikan tentang (ujian) ini. Kau tak tahu bahwa hanya orang-orang dari kita shinobi kasta terendah yang dipaksa untuk mengikuti ujian itu.

その卒業試験で、まだ子供だった桃地再不斬は、百人を超す忍者予備軍の少年たちを皆殺しにした。
Dalam ujian kelulusan, saat Zabuza Momochi masih kecil, ia membantai lebih dari seratus Ninja laki-laki.

そこからさ、彼が鬼人と呼ばれるようになったのは。そして、抜け忍となってからは……生きていくために、金で人を斬るようになった。最後は、どこの馬の骨とも分からないやつに、不意打ちを食らって死んだと聞いている。
Dan dengan demikian, itulah sebabnya kemudian dia disebut sebagai Iblis. Sejak menjadi Nukenin... untuk bertahan hidup, dia membunuh orang demi uang. Pada akhirnya, aku mendengar bahwa dia telah dibunuh oleh seseorang yang asalnya tidak diketahui, orang itu katanya telah menyerangnya secara dadakan.

私の夫は、桃地再不斬の失敗を教訓にしようとした。里を抜けるのはいい。あんなところにいても、私たちのような者に未来はない。しかし、抜け忍たちが生活に困らないように、彼らが生きていける場所を波の国に作ろうとした。
Suamiku mencoba untuk mengambil pelajaran dari kegagalan Zabuza Momochi. Tak apa melarikan diri dari desa. Karena jika tinggal pun, orang-orang seperti kami tak punya masa depan. Oleh karena itu, kami mencoba untuk menjadikan Negara Ombak sebagai tempat kami hidup, hidup sebagai Nukenin tanpa ada kesulitan.

知 っ て の と お り, 波 の 国 に は 隠 れ 里 が な い.
Seperti yang telah kau ketahui, tidak ada desa tersembunyi di Negara Ombak.

私の夫はそこに眼をつけた。隠れ里がないのは、忍が必要じゃないということではない。波の国が忍五大国に依頼していた任務を、私たちが請け負うことができれば、抜け忍たちはそこで人間らしい生活ができるはずだと考えた。
Suamiku telah menetapkan matanya (/niatnya) disana. Tapi masalahnya bukan karena shinobi diperlukan. Negara Ombak mendapat misi dari Lima Negara Besar Shinobi. Jika kita mampu menyelesaikan (misi mereka), maka para Nukenin akan merasa aman, kemudian akan merasa mampu untuk hidup (dalam Negara Ombak) dengan kondisi yang manusiawi.

夫 の 読 み は, 半 分 だ け 当 た っ た.
Analisa suamiku itu, hanya setengah-benar.

波の国の連中は、私たちに仕事を依頼するようになった。そのおかげで、私たちは生活ができるようになった。
Orang-orang dari Negara Ombak menganggap kami datang hanya untuk bekerja. Oleh karena itu, tampak seolah-olah kita bisa hidup dengan tenang.

だけど、汚れ仕事を請け負う抜け忍の集団に、敬意を払う者はいなかった。
Namun, tetap saja tidak ada rasa hormat bagi kelompok yang melakukan misi kotor.

私の夫は、だんだん心が蝕まれていった。そう、あの桃地再不斬のように。
Perlahan, sikap mereka telah termakan dalam hati suamiku. Sekarang, dia sudah mirip dengan Zabuza Momochi.

彼が桃地再不斬と違うのは、怒りを外に向けるのではなく、自分自身に向けたこと。
Namun dia tetap berbeda dari Zabuza Momochi. Alih-alih untuk menahan amarahnya, ia malah membalikkan (amarah tersebut) pada dirinya sendiri.

夫 は, 酒 に 溺 れ る よ う に な っ た.
Suamiku mulai minum-minuman alkohol.

ここから先は……ありきたりの話だ。酒を飲んで、飲んで、飲んで……ついに、ある夜、 海 に 落 ち て 溺 れ 死 ん で し ま っ た.
Dari sanalah kemudian... cerita berakhir dengan cara yang sama. Karena minum alkohol, terus-terusan minum, akhirnya, pada suatu malam, ia terjatuh ke laut. Dia tenggelam sampai mati.

--- H S M ---

夫の死をきっかけに、私は抜け忍の村を去った。小さな息子をかかえて、どうにか波の国の人間として生きていこうとした。
Dipicu oleh kematian suamiku, aku meninggalkan desa Nukenin. Aku membawa anakku yang masih kecil sendirian, dengan berbagai macam cara, aku mencoba untuk hidup sebagai manusia biasa di Negara Ombak.

いろんな仕事をした。つまらない仕事ばかりだったが、だれのことも傷つけることのない仕事に、私は満足していた。貧しいけれど、息子とふたりで人生を立て直せたと思った。
Aku melakukan berbagai pekerjaan membosankan, tapi pekerjaan tersebut tidak merugikan siapa pun. Aku merasa puas dengan pekerjaan itu. Meskipun kami miskin, aku berpikir kalau aku bisa membangun kambali kehidupanku dengan anakku, ya, hanya kami berdua.

そ う 思 っ て い た の に .......
Dan juga, aku berpikir...

息 子 の 薄氷 は, 私 の 血 継 限界 を 受 け 継 い で い た.
Anakku, Hakuhyo, mewarisi Kekkei Genkai milikku.

ある日、友達と遊んでいるときに、その友達が、おそらくふざけてスズメバチの巣に石を投げた。
Suatu hari, ketika ia sedang bermain, salah satu temannya main-main dengan melemparkan batu ke sarang lebah.

怒 っ た ス ズ メ バ チ が 襲 っ て き た.
Para lebah pun marah kemudian menyerang mereka.

薄氷は、友達を救いたい一心で、だれにも教わらなかったはずの術を繰り出した。必死に友達を守ろうとした。
Hakuhyo sepenuh hati ingin menyelamatkan temannya. Dia melepaskan jutsu yang tidak pernah diajarkan kepadanya oleh siapa pun. Dia panik berusaha menyelamatkan temannya.

薄氷は、彼の血に書き込まれている方法に従って氷の剣を作り出し、スズメバチから友達を守った。
Menurut arti garis keturunannya, ia bisa menghasilkan pedang es. Dia melindungi temannya dari lebah.

自分がいくら刺されても、友達に襲いかかるハチを退治しようとした。そのおかげで、 そ の 友 達 は, ほ ん の 数 か 所 刺 さ れ た だ け で 済 ん だ.
Tidak peduli berapa kali dia sendiri disengat Lebah, (Hakuhyo) mencoba untuk memusnahkan lebah yang menyerang temannya. Karenanya, temannya cukup beruntung karena hanya tersengat sedikit.

だ け ど, 薄氷 は 全身 を 刺 さ れ て い た.
Namun, Hakuhyo tersengat diseluruh tubuhnya.

そ れ か ら, ど ​​う な っ た と 思 う?
Dan, manurutmu apa yang terjadi selanjutnya?

そ の 友 達 は, 薄氷 を 見 捨 て て, ひ と り で 逃 げ 帰 っ て し ま っ た ん だ.
Teman-temannya meninggalkan Hakuhyo. Dia bergegas pulang sendirian.

日が暮れても家に帰ってこない薄氷を探しに、私はその子の家に行った。すると、まるで化け物でも見るような眼で見られたよ。薄氷が抜け忍の子だと分かっていたら、うちの子を遊ばせたりしなかった……母親にそんなことまで言われた。
Matahari sudah terbenam, Hakuhyo tak kunjung kembali ke rumah. Aku pergi mencarinya; Aku pergi ke rumah temannya. Ketika aku tiba, aku benar-benar dinilai dan dilihat seolah-olah seperti seorang monster raksasa. Sejak Hakuhyo dikenal sebagai anak Nukenin, para orang tua tidak memperbolehkannya untuk bermain dengan anak mereka. Para Ibu bahkan (secara terang-terangan) mengatakan hal itu kepadaku.

そ れ で も, 私 は 子 供 た ち が ど こ で 遊 ん で い た か, ど う に か 聞 き 出 し た.
Namun demikian, disana aku mendapat informasi mengenai tempat anak-anak biasanya bermain.

薄氷を見つけたのは、すっかり陽が落ちてからだった。薄氷は……息子は、ひとりぼっちで森の中に倒れていた。
Ketika saya menemukan Hakuhyo, matahari sudah sepenuhnya tenggelam. Hakuhyo... Anakku... dia sudah roboh sendirian di tengah hutan.

体中が膨れてて……顔なんか、見る影もないほどだった。それでも、うわ言のように、 腫 れ な 唇 で つ ぶ や い て い た.
Seluruh tubuhnya bengkak... wajahnya juga bengkak, sampai-sampai ia terlihat seperti bayangan orang lain. Tapi dia masih bisa mengigau, ia bergumam dengan bibir yang bengkak.

スズメバチの巣に石なんか投げちゃダメだよ……早く逃げて……早く逃げて……ぼくがハチをやっつけてあげるから。。。
"Kau seharusnya jangan melempari sarang lebah dengan batu... Cepat lari... Cepat kabur... Aku akan menghabisi lebahnya... " Gumam anak Kahyo.

(--- Tanda Page Break dalam Novel---)
--- (Kahyo mengakhiri ceritanya) ---

華氷が言葉を詰まらせると、食堂ラウンジが、水を打ったように静まりかえった。 カ カ シ に は, か け る べ き 言葉 が 見 当 た ら な か っ た.
Kahyo seakan tersedak dengan kata-katanya sendiri. Ruang makan menjadi sunyi senyap. Kakashi tak kuasa untuk bicara.

子供を持ったことがないうえに、オレは火影に……木ノ葉隠れの里の父親になることにも、二の足を踏んでいる。そんなやつの言葉なんて、 偽善 以外 の な に も の で も な い.
Disamping itu, (aku belum pernah) punya anak sebelumnya, tapi aku akan menjadi Hokage... Jadi, aku akan menjadi ayah bagi desa Konohagakure. Aku merasa ragu. (Jika aku menjadi) seorang pria yang mengatakan hal-hal seperti itu, aku bisa berkata apa-apa lagi selain kemunafikan.

--- H S M ---

華 氷 の 眼 は, 乾 い て い た.
Mata Kahyo kering.

涙 が 流 れ る よ り も, カ カ シ に は, そ の 乾 い た 眼 の ほ う が ず っ と 悲 し か っ た.
Dimata Kakashi, mata kering telihat lebih sedih daripada mata yang mengeluarkan air mata.

胸が締めつけられるほど虚ろな華氷の眼は、いくつもの見たくもない結末を見てきた者の眼だった。
Dada Kahyo sesak, matanya kosong. (Kondisi itu sama dengan) orang yang tidak ingin melihat (kisah keluarganya yang begitu singkat).
そ し て, あ れ は, 桃 地 再不 斬 の 最 期 を 思 い 出 し た.
Kemudian, (Kakashi) teringat saat-saat terakhir Zabuza Momochi.

あ れ は, 第七 班 と し て の, 最初 の 任務 だ っ た. ナ ル ト, サ ク ラ, そ れ に, サ ス ケ も い た っ け.
Ini adalah misi pertamanya sebagai Tim 7. Naruto, Sakura dan terlebih Sasuke masih ada di sana.

大工のタズナが無事に波の国へ帰るための護衛という、簡単な任務のはずだった。
Mereka menjadi pendamping bagi Tazuna si tukang kayu untuk kembali dengan aman menuju ke Negara Ombak. Sebuah misi yang seharusnya sederhana.

そこへ、海運会社の大富豪・ガトーという男が、再不斬と白を殺し屋として差し向けてきたのだ。
Ada seorang yang sangat kaya bernama Gato. Zabuza dan Haku dikirim untuk membunuh (Tazuna).

再不斬も白も、手強い敵だった。あのサスケが、死にかけたほどの強敵だった。
Zabuza dan Haku, keduanya adalah musuh yang tangguh. Musuh yang tangguh sampai membuat Sasuke berada di ambang kematian.

な の に, ま さ か あ ん な 幕 切 れ に な る な ん て ......ガトーの手下の雑魚どもに寄ってたかって刺し殺された鬼人・桃地再不斬、その最期の願いは、ただ白のそばで眠ることだけだった.
Meskipun begitu, bukan berarti cerita itu terakhir... anak buah rendahan Gato mengeroyok Zabuza Momochi sang Iblis sampai mati. Keinginan di saat-saat terakhirnya hanya untuk mati di samping Haku.

あのときの情景が。。。地面にならんで横たわる再不斬と白の姿が、死んだ息子を抱いて途方に暮れている華氷の姿と、重なった。
Scene saat itu... Saat Zabuza berbaring di tanah dalam pelukan Haku. Scene tersebut berganti dengan scene Kahyo yang sedang kehilangan kata-kata merangkul anaknya yang sudah mati.

「なぜお前にすぐ術を発動しなかったのか……」華氷の唇が薄く動いた。「もしかすると、 私 は お 前 に 私 た ち を 止 め て も ら い た か っ た の か も し れ な い 」
"Jadi kenapa aku tidak segera mengaktifkan jutsu itu padamu..." bibir Kahyo dengan lemah mengucap. "Mungkin... Karena aku inginkan dirimu untuk menghentikan kami"

「......」

「も う 遅 す ぎ る が な」
"Tapi sudah terlambat"

オレになにができるだろう?カカシは、指の関節が白くなるほど、拳を強く握り締めた. ど う す れ ば, こ の 女 の 心 を 救 う こ と が で き る だ ろ う?
Aku ingin tahu apa yang bisa kulakukan? Kakashi sangat erat menggenggam kepalannya sampai jari-jarinya memutih. Aku bingung bagaimana caranya mengobati hati wanita ini?

「昔話はそこまでだ……」羅氷が命じた。「こいつをどこかへ閉じ込めておけ!」
"Sang Legenda berakhir di sini..." Rahyo memerintah. "Kurung orang ini di suatu tempat!"

忍 た ち が, カ カ シ を 取 り 押 さ え た.
Para Shinobi meringkus Kakashi.

華 氷 は も う, こ ち ら を 見 て さ え い な か っ た.
Kahyo bahkan sudah tidak melihat ke arahnya.

Bersambung ke Chapter 11...



Kembali Ke Daftar Isi
Klik



Penerjemah
OrganicDinosaur dan Narutonian
Sumber Arya R.