Sunday, 17 May 2015

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 07

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 07

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

Sinopsis ― Chapter Tujuh, sikap aneh Shikamaru membuat orang-orang terdekatnya khawatir. Bahkan beberapa dari mereka merasakan sebuah firasat tidak enak.

--- Shikamaru Hiden --- Chapter 07 --- H S M ---

―Temari berdiri di belakang Gaara, memandangi rambut merah tuanya yang menari tertiup angin. Adik kecilnya ini benar-benar telah tumbuh dewasa, begitu pikir Temari.
Mereka berdiri di puncak sebuah bukit, dengan pemandangan indah Sunagakure yang terhampar jelas di bawahnya. Penduduk desa setempat menamai bukit ini sebagai ‘titik membaca angin’, karena angin tak pernah seharipun berhenti bertiup di sini, sepanjang tahun. Temari sangat paham, Gaara adalah satu-satunya orang yang sering datang ke sini hanya untuk menikmati pemandangan desa, tanpa mempedulikan betapa kerasnya angin bertiup.

“Ada perlu denganku, kak?” Gaara bertanya, sembari menoleh kebelakang, melihat ke arah kakak perempuannya itu. Temari dapat dengan jelas melihat kanji ‘Ai’ ―cinta, yang terlukis di kening adiknya.

Bertahun yang lalu, apabila seseorang dari desa mendengar nama ‘Gaara’, satu-satunya reaksi mereka adalah rasa takut yang amat sangat. Namun lihatlah dia saat ini. Dia adalah pemimpin Sunagakure, salah satu pilar utama yang menjaga persatuan para Shinobi tetap utuh. Gaara telah menjadi sosok penting bagi dunia Shinobi.

Itu semua berkat Naruto.

Sama seperti dia, Gaara juga telah memiliki Bijuu di dalam tubuhnya sejak dia di lahirkan ke dunia. Dulunya, Gaara hanya memiliki cinta bagi dirinya sendiri dan menganggap seluruh dunia adalah musuhnya, dia tak ingin siapapun dekat dengannya. Gaara yang dulu bahkan tak ingin membuka hatinya bagi kedua saudaranya, Temari dan Kankuro. Meskipun tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, namun gerak-gerik tubuhnya, ketika rasa haus akan darah membuatnya kehilangan dirinya, semua yang dia lakukan, telah berteriak jauh lebih lantang dari sekedar kata-kata.

Naruto tak pernah sanggup meninggalkan Gaara, sesama Jinchuuriki yang menjalani kehidupan sekeras dirinya. Setelah saling baku hantam dalam sebuah pertempuran yang sangat sengit, keduanya perlahan saling mengenal satu sama lain. Ketika Bijuu Gaara direbut oleh Akatsuki dan dia berada di ambang kematian, Naruto memberikan chakranya sebanyak yang dia bisa untuk menyelamatkan Gaara, tanpa sedikitpun keraguan. Gaara akhirnya menganggapnya sebagai seorang, teman.

Sejak bertemu Naruto, Gaara mulai berubah. Sikap dinginnya perlahan menghilang, termasuk terhadap Temari dan Kankuro. Cara pandang Gaara terhadap desa dan para penduduknya sedikit demi sedikit juga ikut berubah.

Dan pada akhirnya, Gaara dapat diterima oleh semua orang.

Temari akan selamanya berterima kasih pada Naruto atas semua itu. Dia berpikir bahwa Konoha merupakan desa yang sangat menyenangkan. Penduduk desa mereka memiliki kebanggaan yang besar sebagai shinobi, dan sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang berpikir logis.

Bersamaan dengan lamunannya tentang Konoha, tiba-tiba wajah ‘orang itu’ melintas di benak Temari. Dadanya terasa sakit seketika itu juga, lidah Temari mendecak, tanda kesal.

“Ada masalah, kak?”

“Eh? Ti-tidak ada...” jawab Temari terbata-bata.

Gaara memandanginya, dia terlihat khawatir. Temari tahu itu dan lekas membuang pandangannya dari mata adiknya.

Desa Sunagakure selalu mengalami kekeringan. Berada tepat ditengah-tengah sebuah padang pasir, hujan hampir tak pernah turun. Angin yang bertiup pun bercampur dengan butiran halus pasir di dalamnya.

“Mataku cuma kemasukan pasir...”

“Tidak biasanya.” ucap Gaara pelan.

“I-iya, itu benar...”

Mereka yang terlahir di Suna telah terbiasa dengan keadaan anginnya yang berpasir. Bahkan selama badai gurun sekalipun, tak ada satupun Shinobi desa ini yang matanya pedih karena pasir.

Kata-kata Temari soal matanya yang kemasukan pasir hanyalah sebuah kebohongan belaka.

“Shikamaru...” Gaara tiba-tiba menyebut nama ‘orang itu’, Temari hanya terdiam mendengarnya.

Meski kakaknya terdiam seakan sedang berhadapan dengan seorang musuh, Gaara tidak menghiraukannya, dan terus bicara seolah tak terjadi apa-apa.

“Sikapnya aneh belakangan ini. Kali terakhir aku bertemu dengannya di markas Serikat, pikiran dan tindakannya seperti sedang tidak berada di satu tempat. Sepertinya dia bekerja terlalu keras.”

“Kau berpikir seperti itu juga ya.” ujar Temari.

Gaara mengangguk. “Dulunya aku tidak pernah peduli pada orang lain, tapi sekarang sebaliknya, aku mencoba sebisa mungkin memperhatikan sikap dan penampilan seseorang. Mungkin karena itulah aku jadi sedikit lebih peka terhadap suasana hati orang lain.”

Tentu saja. Adik Temari itu pada dasarnya adalah seorang yang sangat serius. Sekali dia ingin melakukan sesuatu, dia akan melakukannya dengan sangat sungguh-sungguh. Oleh sebab itulah, pada akhirnya dia mampu membuka hatinya sepenuhnya untuk orang lain. Sesuatu yang dulu kesannya mustahil dia lakukan.

Bukan sebuah kejutan bila Gaara juga mampu merasakan perubahan sikap Shikamaru.

“Dia menyembunyikan sesuatu.”

“Mmm...” Temari mengangguk setuju.

“Dia adalah seseorang yang memikirkan masa depan Serikat dan dunia Shinobi lebih serius dari siapapun.” ujar Gaara. “Aku yakin, dia tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan Serikat.”

Gaara merujuk pada fakta bahwa setiap desa yang berpartisipasi dalam Serikat memiliki kewajiban untuk melaporkan semua permasalahan yang mereka ketahui, baik yang berada di dalam, maupun di luar yurisdiksi mereka. Dia juga merujuk pada fakta lain bahwa baik dia sendiri, maupun Temari, menyadari bahwa Shikamaru sengaja tidak melaporkan beberapa hal terkait situasi di Konoha, entah apa. Namun yang pasti, masalah apapun yang sanggup membuat Shikamaru bertindak seperti itu, kemungkinan besar adalah sesuatu yang dapat berimbas pada seluruh desa Shinobi.

“Kira-kira apa yang dia sembunyikan... Kau punya pendapat, kak?”

“Entahlah, aku tidak yakin...”

Sesuatu yang normal bila Gaara bertanya padanya. Temari adalah orang yang paling sering bekerja bersama Shikamaru dibanding siapapun di dalam Serikat.

“Sebenarnya ada sesuatu yang kupikirkan... Tapi seperti kubilang, aku tidak benar-benar yakin.” ujar Temari.

Gaara hanya mengangguk, lalu mendengarkan dengan seksama.

“Dia sedang serius menyelidiki tentang Shinobi-Shinobi yang menghilang dalam perang, dan juga yang akhir-akhir ini sering terjadi, kasus para Nukenin.”

Gaara berbalik setelah mendengar jawaban Temari, pandangannya kembali menerawang jauh ke arah desa. Sebuah guratan tipis muncul di antara kedua matanya.

Dia sedang berpikir.

Angin berhembus kencang. Butiran-butiran pasir menerpa dahi mereka, rasa sakit yang terasa begitu familiar.

“Mari kita tanya Naruto...” ujar Gaara lirih. “Apa kau mau pergi ke Konoha, kak?”

“Ya, tentu saja.” jawab Temari, tergores senyum tipis di bibirnya.

“Kakak juga harus bertanya pada Kakashi-san, tapi aku tidak yakin dia akan memberikan jawaban. Jadi kakak harus bertanya pada Naruto terlebih dahulu.” ujar Gaara. “Bila ternyata Shikamaru sedang dalam bahaya, maka kita harus ikut menyelamatkannya dengan segenap tenaga kita. Bila memang dibutuhkan, kakak bisa membawa serta Shinobi Suna sebanyak yang kakak mau.”

“...Shikamaru... Dia itu Shinobi Konoha, kau tahu itu kan?”

“Kita telah melupakan era itu, kak. Era lama di mana perbedaan antara ‘Shinobi Suna’ atau ‘Shinobi Konoha’ masih menjadi sesuatu yang penting, itu sudah lewat. Shikamaru adalah sosok penting bagi Serikat. Kita harus mendukungnya sebisa mungkin.”

“Terima kasih, Gaara...” ucap Temari, lirih.

“Kau tak perlu berterimakasih padaku untuk hal semacam ini, kak.” Gaara tersenyum.

Setetes air mata mengalir turun di sela pipi Temari. Dia bergegas menghapusmya, lalu menatap ke arah Gaara.

“Entah kenapa hari ini pasirnya masuk terus ke mataku, hehe...” Gadis itu tersenyum manis.

--- H S M ---

“Hei Sakura-chan, apa kau mendengarkanku?” tanya Naruto, sembari menyandarkan sikunya di atas tumpukan buku yang menggunung setinggi dadanya. Dia bicara pada Sakura yang sedang sibuk menelusuri rak buku yang memanjang menutupi dinding.

“Kau tahu kan, Sai sudah menghilang sebulan ini, sekarang ditambah lagi Shikamaru yang sikapnya jadi aneh. Apa kau pikir dia menyembunyikan sesuatu dari ku?” lanjutnya.

“Aku tidak tahu!”

Sakura terdengar jengkel.

“Bagaimana misi mu Naruto?” tanya Sakura, masih dengan roman suara yang sama.

“Sudah selesai hari ini.”

“Kalau begitu sana pergi ke Ichiraku, makan Ramen yang banyak, pulang, lalu tidur!” teriak Sakura.

“Haaaaah? Tapi sudah lama sekali sejak terakhir kau berada di Konoha, aku cuma ingin ngobrol sebentar, mumpung kau masih di sini. Kau kan anggota Tim 7 sama sepertiku, sikapmu itu dingin sekali, huh...” ujar Naruto, mukanya terlihat cemberut.

Mendengar itu, Sakura segera berbalik menatap sahabatnya itu.

“Dengar ya Naruto. Sekarang ini aku sedang kewalahan dengan pekerjaanku bersama Nona Tsunade untuk mengembangkan sistem jutsu medis. Aku juga sedang sibuk di Serikat Shinobi. Selain itu aku juga harus mempelajari ribuan dokumen yang ditinggalkan oleh Nona Tsunade semasa masih menjabat sebagai Hokage! Kau lihat kan? Aku tidak punya waktu luang untuk mendengarkanmu bergosip! Mengerti?”

Sakura mengalihkan pandangannya kembali ke arah rak buku setelah mengomel panjang lebar. Sepertinya dia memang sedang sangat suntuk.

“Lagipula, bukannya kau sedang dekat dengan Hinata akhir-akhir ini? Bukankah akan lebih baik kalau kau memintanya mendengarkan masalahmu?”

“Ooooohhh... Kau cemburu yaaa?” goda Naruto.

―Duaakk!

Sebuah pukulan mendarat di kepala Naruto.

“Siapa yang cemburu... Kau kan tahu, aku sudah memutuskan untuk menunggu Sasuke-kun kembali.”

“Iya-iyaaaa... aku paham Nona.” Naruto menjawab sembari mengelus-elus kepalanya yang masih terasa sakit. Namun tak lama, pandangan matanya berubah serius. Sakura juga menyadarinya.

“Meski begitu... Kau tahu? Perasaanku belakangan ini benar-benar tidak enak.”

“Apa Kyuubi yang merasakannya?” tanya Sakura.

Rubah ekor sembilan ―Kyuubi masih hidup di dalam tubuh Naruto, bersama sebagian kekuatan dari 8 Bijuu yang lain. Sehingga bisa dibilang bahwa Naruto merupakan manusia yang menjadi pilar bagi kekuatan monster berekor sepuluh ―Juubi. Di perang besar sebelum ini, Obito menjadikan dirinya Jinchuuriki Juubi dan mendapatkan chakra yang bahkan menandingi sang resi enam jalan, Rikudo Sennin. Sementara Naruto sendiri yang telah mendapatkan kepercayaan dari kesembilan Bijuu, saat ini juga memiliki kekuatan yang diberikan langsung oleh Rikudo.

‘Perasaan tidak enak’ dari seseorang seperti Naruto berbeda dari kebanyakan manusia biasa, dan tidak boleh dianggap sepele. Sakura sangat paham akan hal itu.

“Apa kau yakin kau tidak salah mengira, Naruto?”

“Ahhh, kau kejam sekali Sakura, kau tidak percaya sama sekali padaku...” Naruto bergumam, sembari membaringkan dirinya sendiri ke lantai.

“Bukan begitu... Kau tidak perlu khawatir. Sai dan Shikamaru, keduanya adalah Shinobi yang hebat. Meskipun semisal mereka berada di situasi yang tidak bisa mereka tangani sendiri, mereka pasti akan segera meminta bantuan. Bilapun keadaan mereka begitu buruknya hingga tak bisa meminta bantuan, maka Kakashi-sensei pasti akan memerintahkan kita untuk segera menyelamatkan mereka.”

“Ehhh... Aku sama sekali tidak yakin Kakashi-sensei tahu kapan harus melakukan itu.” ujar Naruto.

“Kakashi-sensei tidak bodoh sepertimu, Naruto...” Sakura terlihat semakin kesal.

“Berhenti bicara hal-hal yang tidak penting, dan konsentrasilah pada misimu. Itu yang Sai dan Shikamaru ingin kau lakukan. Terutama Shikamaru. Dia telah bekerja keras di Serikat Shinobi hanya supaya kau bisa jadi Hokage. Jangan sia-siakan itu!” lanjutnya.

“Justru karena itu, Sakura... Aku mengkhawatirkannya karena dia sangat berjasa bagiku.”

Sakura menghela nafas panjang.

“Tenangkan dirimu Naruto... Mereka itu teman-teman yang telah mempercayaimu selama ini, tidak akan terjadi apa-apa pada mereka. Kalaupun... mereka gugur, mereka tidak akan gugur tanpa makna.” ujar Sakura, sedikit menahan diri.

“Jangan bicara sembarangan tentang kematian, Sakura! Itu menakutkan, hiii...”

“Ya ampuuuun, aku bicara ini salah, aku bicara itu juga salah. Kau ini menyusahkan sekali Naruto.” Sakura mengucapkan kalimat yang biasa diucapkan Naruto padanya. “Sekarang pulang sana dan istirahatlah!”.

Sakura melempar sahabatnya itu keluar ruangan.

Ya, melempar...

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 08 ---





Kembali Kedaftar Isi
Klik









Sumber DNI.

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 08

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 08 : 5.000 meter diatas langit

--Penulis: Akira Higashiyama
--Ilustrasi: Masashi Kishimoto

Sinopsis
Setelah Perang Dunia Shinobi Ke-4, Kakashi menunggu (/sedang mempersiapkan) untuk pelantikan Hokage. Mengenai teknologi baru milik Negara, 5.000 meter diatas langit, apa yang akan terungkap dalam misi besar ini? Menunjukan gambaran kejadian "setelah manga aslinya", sebuah proyek rahasia yang baru sedang di kerjakan, pada tahap pertama.

--- Kakashi Hiden --- Chapter 08 --- H S M ---

天空に投げ出されたカカシのまわりには、同じようになす術もなく落下してゆく搭乗客が散らばっていた。
Disekitar Kakashi, yang tengah terlempar ke langit, ada juga penumpang yang jatuh dan terlempar keluar (dari kapal) dengan cara yang sama dan berserakan.

ガ イ と 眼 が 合 う.
Mata (Kakashi) saling pandang dengan Guy.

うなずきかけてくるガイを見て、やつもまた死を覚悟したことを、カカシは悟った。
Dia melihat Guy mengangguk setuju. Kakashi sadar bahwa ia juga pasrah untuk mati.

いくら忍といえど、高五千メートルから地上にたたきつけられれば、行き着くところはひとつしかない。
Setelah mengatakan hal demikian, jika mereka harus terjun ke tanah dari ketinggian 5.000 meter, memang tidak ada pilihan lain. Hanya ada satu tempat bagi shinobi untuk mati.
く そ ...
Sial...

眼 を 閉 じ る と, 青 い ロ ン グ ド レ ス を 着 た 華 氷 が 見 え た.
Menutup matanya, Kakashi membayangkan Kahyo yang mengenakan gaun panjang berwarna biru.

あ な た た ち が 迷 え ば 迷 う ほ ど,犠牲者は増えるわ。。。厨房に隠れていたとき、彼女はすがるような眼でそう言った。
"Jika kalian ragu-ragu akan keputusan kalian, maka (jumlah) korban akan meningkat..." Saat dia bersembunyi di dapur, wanita itu berkata seperti itu sambil berdekatan mata dengannya (Kakashi).

お 前 な ん か に, 子 を 殺 さ れ た 親 の 気 持 ち が 分 か っ て た ま る か!
"Kalau soal itu, kau takkan pernah mengerti perasaan dari orang tua yang anaknya telah dibunuh!"

... 仮 面 の 下 で, 彼女 は 全身 で そ う 叫 ん だ.
...di bawah topeng, nampak dia berteriak sekuat tenaga.

オ レ に な に が で き た? 彼女 に な に を し て や れ た? そ こ ま で 考 え て, ふ と 可笑 し さ が 込 み 上 げ て き た.
Apa yang bisa kulakukan? Apa yang bisa kulakukan untuk wanita itu? Berpikir demikian, ada hal aneh yang tiba-tiba timbul dalam pikirannya.

よ そ う ... も う 終 わ り だ.
Sudah di duga... Semua telah berakhir.

死 が つ い に ... 訪 れ る. オ ビ ト や 父 さ ん や, 戦 の 中 で 散 っ て い っ た 仲 間 た ち の と こ ろ へ, オ レ も 行 く ん だ.
Akhirnya, kematian... akan datang. Ke tempat mereka (pergi): Obito, Ayah, dan teman-teman yang telah tewas dalam pertempuran. Aku juga akan pergi ke sana.

だから、体が重力に逆らってふわりと浮かび上が俄たとき、カカシにはなにが起こったのか、分からなかった。
Saat tubuhnya tiba-tiba terasa melawan gravitasi dan dengan lembut mengambang di udara, Kakashi tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
「...?」
「間 に 合 っ て よ か っ た」
"Timming yang tepat."

眼 を 開 け る と, 自 分 を 見下 ろ し て い る サ イ が, に っ こ り 笑 っ た.
Saat (Kakashi) membuka matanya, Sai sudah menghadap dirinya. Dia tersenyum dan tertawa.

「忘 れ た ん で す か? カ カ シ 先生 が, ぼ く を 呼 ん だ ん で し ょ?」
"Apakah kau lupa? Kakashi-sensei memanggilku, kan? "
「!」

ガ バ ッ と 身 を 起 こ す. そ こ は, サ イ の 描 い た 鴻 の 背 の 上 だ っ た.
(Kakashi) segera bangun. Dia menaiki burung besar Sai.

上下 左右 を 見 渡 す.
Dia melihat-lihat keadaan sekitar.

はるか上空の飛鯱丸の下で、超獣偽画の鴻の大群が、まるで黒い雲のように旋回していた。
Mereka terbang jauh dari Tobishachimaru. Ada kawanan besar burung besar yang terbuat dari Choujyuu Giga. Mereka terbang berputar bagaikan awan.

鴻 の 足 に ぶ ら 下 が っ て い る ガ イ が, ニ カ ッ と 笑 っ て 親 指 を 立 て て く る.
Guy menggantung di kaki burung besar itu. Dia tersenyum dan tertawa sambil mengacungkan jempol.

--- H S M ---

それから、悪いほうの足を持ち上げた。ギプスの足の裏には、〈青春〉の二文字があった。
Setelah itu, ia mengangkat kaki yang sakit. Pada gips yang berada di telapak kakinya, ada dua karakter Kanji tertulis di sana yang berbunyi: "Youth//Pemuda".

飛鯱丸から投げ出された搭乗客たちも、ある者は鴻にくわえられ、またある者は鴻の足にガッチリと掴まれている。
Para penumpang yang juga keluar dari Tobichachimaru, mereka juga tampak menaiki burung besar. Dan juga, terlihat masih ada orang-orang yang baru saja di tangkap oleh kaki burung itu.

「大丈夫 で す」 サ イ が 言 っ た. 「全員 救助 し ま し た」
"Tenang saja." kata Sai. "Semua orang telah diselamatkan."

「い ま, 高度 が ど れ く ら い か, 分 か る か?」
"Apa kau tahu berapa ketinggian sekarang?"

「そうですねえ。。。」飛鯱丸を見上げるカカシの視線を、サイが追った。「ざっと五千五百か、六千メートルでしょうか」
"Sepertinya..." Sai ikut Kakashi menatap Tobishachimaru. "Kukira... Sekitar 5.500 atau 6.000 meter? "

食堂ラウンジの調度や人々が投げ出されたぶん、飛鯱丸は身軽になっている。カカシは考えた。おそらく、そのせいで少し高度が上がっているんだ。
Karena perabotan dan penumpang di ruang makan telah terlempar keluar, Tobishachimaru menjadi lebih ringan. Kakashi memikirkannya. Mungkin karena itu, ketinggiannya meningkat.

午前中には雲ひとつなかったが、いまや数切れの黒い雲が、西のほうから流れてきている。空気はかすかに、水のにおいをはらんでいた。
Pagi hari yang sebelumnya tanpa awan, kini telah berubah menjadi pagi berawan hitam. Asap-asap itu terbang ke arah barat. Udara agak penuh dengan aroma air.

「襲 撃 犯 の 身 元 は 分 か っ て る の か?」
"Apakah kau tahu identitas pelaku serangan itu?"

「い い え. 綱 手 様 が ほ う ぼ う に 当 た っ て い る の で す が ...」
"Tidak. Tapi, Tsunade-sama sekarang sedang menghubungi mereka. "

「主犯 は, 羅 氷 と い う 男 だ.」 少 し た め ら っ て か ら, 付 け 加 え た. 「そ れ と, そ の 妹 の 華 氷」
"Pelaku utama bernama Rahyo." Dengan sedikit keraguan, ia menambahkan jawabannya. "Dan juga adik perempuannya, bernama Kahyo."

サ イ が, う な ず い た.
Sai mengangguk.

カ カ シ は, 上空 に 浮 か ぶ, 飛 鯱 丸 を 見上 げ た.
Kakashi melihat ke atas di Tobishachimaru, yang masih mengambang di langit.

進 路 は, 西北 西.
Kapal itu bergerak menuju Barat-barat Laut.

そ っ ち に な に が あ る?
Kenapa menuju ke arah Barat-barat Laut?

カ カ シ は, 頭 を フ ル に 回 転 さ せ た.
Pikiran Kakashi sepenuhnya berubah.

龍波武装同盟の要求は、我龍の釈放。人質と引きかえに、やつらは目的を果たそうとしている。
Permintaan Aliansi Persenjataan Ryuuha adalah untuk melepaskan Garyo. Untuk di tukarkan dengan para sandera, orang-orang itu berusaha untuk mencapai tujuan mereka.

しかし、当然、木の葉がそう簡単に取り引きに応じるとは、考えていないはずだ。だとしたら、やつらは交渉が決裂した場合に備えて、ほ か に 手 を 打 っ て い る か も し れ な い.
Namun, tentu saja Konoha tidak akan menerima permintaan itu dengan mudah. Jika itu terjadi, maka orang-orang itu (mungkin) telah menyiapkan situasi jika negosiasinya gagal. Selain itu, mungkin mereka akan mengambil beberapa tindakan tertentu (untuk memastikan berhasilan mereka sendiri).

や つ ら の 切 り 札 は, 華 氷 だ. そ れ は, 間 違 い な い.
Tidak diragukan lagi, kartu Truf mereka adalah Kahyo.
自 ず と 答 え が 出 た.
Itulah jawaban pastinya.

「やつらは鬼燈城へ向かっている」カカンは口を開トた。「木ノ葉につっぱねられた場合に備えて , 上空 か ら 我 龍 を 救出 す る 作 戦 だ. 鬼 燈 城 の 守 り を 固 め る ん だ 」
"Mereka menuju Houzukijyou (Blood Prison). Mulut Kakashi terbuka. "Orang-orang itu telah mempersiapkan rencana lain jika negoisasinya ditolak oleh Konoha. Strategi mereka adalah untuk menyelamatkan Garyo dari langit. Untuk melewati pertahanan Houzukijyou. "

「...!」

華氷の術を使って、我龍を上空へ押し上げる。地鎖連氷のつららを使えば、充分に可能だ。 あ と は 飛 鯱 丸 で 我 龍 を 回収 す る だ け だ.
Menggunakan jutsu Kahyo, Garyo akan didorong ke arah sana. Jika mereka menggunakan es dari jutsu Jisarenhyou, hal itu mungkin saja bisa dilakukan. Dan setelah mereka akan kembali melindungi Garyo dengan Tobishachimaru.

"い の" カ カ シ は 心 の 中 で, 呼 び か け た. "聞 こ え る か, い の?"
"Ino". Kakashi memanggil dalam pikirannya. "Kau bisa dengar aku, Ino?"

"聞 こ え ま す" す ぐ に 返 事 が あ っ た. "ご 無 事 で な に よ り で す, カ カ シ 先生"
"Ya, aku bisa mendengarmu." Ino segera merespon. "Kau aman, Kakashi-sensei."

--- H S M ---

"飛 鯱 丸 は 鬼 燈 城 へ 向 か っ て い る"
"Tobishachimaru sedang menuju Houzukijyou"

"!"

"た ぶ ん, や つ ら は 我 龍 を 空 か ら 救出 す る つ も り だ"
Mungkin orang-orang itu berniat untuk menyelamatkan Garyo dari langit "

"分 か り ま し た, す ぐ 綱 手 様 に 知 ら せ ま す"
"Dimengerti. Aku akan segera memberitahu Tsunade-sama."

「サ イ」
"Sai"
「は い」
"Iya."

「オ レ を 飛 鯱 丸 に 戻 し て く れ」
"Tolong bawa aku kembali ke Tobishachimaru"

「...」

「胸騒ぎがする」カカシは言った。「それに、残ってる人質を、ほうってはおけない」
"Aku merasa khawatir." ucap Kakashi. "Selain itu, masih ada para sandera yang tersisa, kita tidak bisa meninggalkan mereka."

上昇 気 流 に 乗 っ て, サ イ の 鴻 は 雨雲 を 突 き 破 り, ま た た く 間 に 飛 鯱 丸 の 上空 へ 出 た.
Bagai mendaki udara, burung besar Sai menembus melalui awan hujan. Dalam sekejap, mereka muncul di langit dekat dengan Tobishachimaru.

船体 に あ い た 穴 は, す で に 氷 が ふ さ い で い る. 華 氷 の 地 鎖 連 氷 に よ っ て で き た つ ら ら が, あ ふ れ ん ば か り に 垂 れ 下 が っ て い た.
Lubang di lambung sudah ditutupi dengan es. Itu mungkin jutsu Jisarenhyou milik Kahyo. Es itu meluap dan teruntai.

彼女 は 無 事 だ.
Dia (wanita itu) baik-baik saja.

ホ ッ と す る と 同時 に, カ カ シ は 気 を 引 き 締 め た.
Bersamaan dengan perasaan leganya, Kakashi fokuskan pikirannya.

そ れ に し て も, 空 気 が 薄 い.
Namun demikian, tekanan udara disini rendah.

約六千メートルというサイの読みは、たぶん正しいだろう。飛鯱丸への侵入口を探しながら、カカシは計算した。七千メートルくらいまでなら、たとえ空気を圧縮して船内の気圧を上げなくても、搭乗客がすぐに意識を失うことはない。
Sai mengatakan bahwa ketinggian saat ini sekitar 6.000 meter. Ya, mungkin benar setinggi itu. Sambil mencari lubang untuk menembus masuk ke dalam Tobishachimaru, Kakashi juga menghitung (ketinggiannya). Kakashi menghitung sampai dengan 7.000 meter, jika tekanan udara dalam kapal tidak berubah lagi, para penumpang tidak akan kehilangan kesadaran dengan cepat.

が、酸素が足りなくなるのは、時間の問題だ。しかも、カカシの見るところ、飛鯱丸は少しずつ上昇している。
Namun, oksigennya pasti akan berkurang. Ini hanya masalah waktu. Selain itu, dari sudut pandang Kakashi, Tobishachimaru sedikit demi sedikit terus bertambah ketinggiannya.

操舵室の計器類が壊れたのかもしれない。だから、操縦士は機体の上昇に気づかないのか。。。
Mungkin alat-alat dalam ruang kendali ada yang rusak. Jadi sang pilot tidak menyadari kalau pesawat itu terus naik?

「あ そ こ」 サ イ が 指 さ し た. 「客室 の ゴ ン ド ラ の 上 に, 穴 が あ い て ま す」
"Sebelah sana." Sai menunjuk. "Pada gondola ruang tamu. Ada lubang yang terbuka."

カカシはサイの指し示す方角へ、身を乗り出した。流れゆく雲の切れ間から、侵入口を見きわめようとした。
Kakashi menghadapkan tubuhnya ke arah yang Sai tunjukan. Berada diantara awan yang bergerak, ia berusaha memastikan ada celah untuk menembus.

気嚢の下部、ちょうど鯱の胸びれの付け根のあたりに、人ひとりが抜けられる穴があいていた。
Pada bagian bawah kantung udara, tepatnya di dasar sirip pada dada (bentuk) orca itu, ada lubang (yang cukup besar) untuk dilewati satu orang.

「よ し, あ そ こ か ら 侵入 す る」
"Baiklah, aku akan masuk lewat sana."

サ イ が う な ず く と, 鴻 は 翼 を 傾 け, 空 を 斜 め に 滑 り 落 ち て 穴 の そ ば で ピ タ リ と 止 ま っ た.
Sai mengangguk. Memiringkan sayap burung besar itu, mereka meluncur secara diagonal di langit. Lalu, mereka tiba-tiba berhenti di dekat lubang.









Penerjemah
OrganicDinosaur dan Narutonian
Sumber Arya R.

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 03 Part 1

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 03 Part 1

--- Penulis: Tomohito Ōsaki ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

--- Sakura Hiden - Chapter 03 Part 1 H S M ---

"Satu setengah tahun telah berlalu sejak perencanaan, perkenalan dan pembangunan 'klinik perawatan kesehatan mental anak-anak' yang dipelopori oleh Sakura Haruno telah mencapai keberhasilan yang konsisten. Untuk anggaran selanjutnya aku pikir sebaiknya kita menginvestasikan lebih banyak disini."

Daimyo yang sedang menempati kursi kehormatannya mengangguk-angguk mendengar pengajuan Kakashi. Untuk beberapa alasan, ekspresi wajahnya terlihat seolah-olah dia sedang mempertimbangkannya. Akan tetapi, pada kenyataannya dia tidak terlalu memikirkannya. Kakashi bahkan dapat membaca gayanya. Rapat yang membosankan itu seharusnya segera diakhiri. Barangkali itulah yang sedang dia pikirkan.

Rapat itu diadakan di kediaman Daimyo. Agenda pokok rapat ini adalah tentang pembagian anggaran. Orang-orang yang hadir pada rapat itu adalah orang-orang dengan peringkat dibawah Daimyo, petinggi-petinggi negara. Mereka terdiri dari: Hokage Kakashi, anggota dewan penasehat desa yang dihormati - Homura dan Koharu, dan eksekutif ANBU. Sebagai badan eksekutif perawatan medis, Shizune juga ikut hadir dalam rapat itu.

"Aku ingin mendengarkan laporan yang lebih terperinci dari Sakura Haruno. Tetapi saat ini gadis itu sedang tidak berada di desa."

Koharu angkat bicara.

Kakashi mengangguk, menegaskan pernyataan itu.

"Dia pergi bersama dengan Yamanaka Ino ke Sunagakure. Mereka memberitahukan arus perkembangan 'klinik kesehatan dan perawatan mental anak-anak' . Mereka ingin bertukar ide dan pendapat maupun berbicara secara personal."

"Jika kita memperkenalkan infrastruktur yang sama kepada Suna, atau bahkan mungkin ke desa yang lainnya, barangkali kita akan dapat melakukan suatu hal, penelitian gabungan misalnya. Jika itu terjadi dari sekarang dan untuk kedepannya, aku pikir jika klinik perawatan mental itu akan jauh lebih diperkaya."

Shizune kemudian menambahkan pernyataan sebagai pendukung. Dia duduk di sebelah Kakashi.

"Bagaimana dengan anggaran untuk ANBU?"

Seseorang menyela pembicaraan dan meningkatkan volume suaranya. Dia adalah laki-laki yang duduk berlawanan, berarah diagonal dari Kakashi.

--- H S M ---

Namanya Tsumiki Kido. Dia adalah eksekutif dari ANBU yang mengatur beberapa grup ANBU. Usianya sebaya dengan Kakashi. Kido memiliki karakteristik wajah dengan hidung yang bengkok dan tatapan mata yang tajam. Disebelah Kido terdapat seseorang bernama Magire, ajudannya.

Kido kemudian melanjutkan....

"Anggaran yang diberikan untuk klinik sebelumnya sudah lebih dari cukup. Jika kita mengamati secara konsisten keefektifannya, aku berpikir kita tidak perlu menambah anggarannya lagi."

Perubahan suara yang dingin di akhir kalimat itu terdengar kasar di telinga peserta rapat.

"Anggaran itu perlu untuk kepentingan perawatan dan perkembangan pada sistemnya."

Shizune berbicara dengan suara yang tajam.

"Jika kau mengatakan itu, aku ingin kau mempertimbangkan pemeliharaan dan perkembangan ANBU juga."

Sambil berbicara, Kido melihat kearah Kakashi.

"Kakashi-san -- Permisi. Rokudaime dua tahun yang lalu anggaran yang diberikan kepada ANBU cenderung mengalami penurunan. Kemudian aku bertanya-tanya apakah ini memang pilihan yang tepat."

"Setidaknya aku berpikiran jika ini memang tepat."

Mendengar respon Kakashi, Kido meninggikan volume suaranya. Dengan sombong dia tertawa, 'Ahahahahah'

"Kata-kata tuan Hokage tidak terlihat benar bukan? ANBU adalah organisasi dibawah kontrol langsung dari Hokage. Hokage sendiri malah sedang mencoba menurunkan anggaran untuk ANBU. Dan sebelumnya bukankah dirimu juga seorang anggota ANBU?"

"Aku mengatakan jika ini adalah tentang prioritas."

"Tentang kepedulian terhadap anak-anak. Apakah kau mengatakan jika hal tersebut lebih penting daripada ANBU? Tidak bisa dimengerti."

Pertama-tama Kido menekankan nada suaranya.

"Mengenai rehabilitasi anak-anak yang mengalami trauma mental melalui konsultasi (melalui percakapan) dengan mereka, itu adalah metode yang lamban. Oleh karena itu orang-orang ahli dilatih secara khusus untuk memberikan perawatan. Sesungguhnya ini hanya akan berputar-putar pada hal-hal yang menyangkut perawatan. Tetapi jika kau merawat mereka, memaksa mereka minum obat, kegelisahan dan gejala mereka akan dapat disembuhkan dengan cepat."

"Aku kira obat adalah metode yang lain. Tetapi tanggung jawab itu akan lengkap jika melalui rehabilitasi. "

"Magire-san."

Shizune memanggil orang yang sedang duduk di samping Kido.

"Kau adalah ninja medis bukan? Apakah kau mempunyai jalan pikiran yang sama dengan Kido-san?"

Magire mendengarkannya, kemudian memalingkan mukanya kearah Shizune. Magire adalah pria berkulit cerah, dia memakai monokel (kacamata untuk satu mata). Memberikan kesan seperti seorang yang terpelajar.

"....... Percakapan akan melegakan anak-anak dari kekhawatiran mereka. Aku tidak bermaksud untuk menolak metode ini. Akan tetapi jika aku mempertimbangkannya dalam batas efisiensi dan kepastiannya. Jika aku simpulkan iya atau tidaknya, perawatan melalui resep obat akan lebih beralasan, itu akan lebih baik daripada rehabilitasi melalui percakapan dengan mereka. Aku rasa begitu."

Setelah Magire selesai dengan perkataannya, dia memalingkan mukanya kedepan lagi. Untuk beberapa alasan, dia terlihat seperti kugutsu. Dia bergerak tidak seperti manusia pada umumnya.

Setelahnya Kido melanjutkan lagi.

"Keefisienan dan beralasan. Itu adalah pernyataan yang luar biasa. Perawatan medis dan anggaran tampak menjadi ideal. Tentang anggaran, Ya! Itu memang terbatas. Sebenarnya aku berpikir jika seharusnya itu dibatasi demi kepentingan desa."

"Sekarang ini adalah saat-saat yang penuh kedamaian. Keadaan negara juga tidak sedang genting. Dengan keadaan yang seperti ini, aku merasa jika itu perlu, menurunkan anggaran untuk ANBU."

"Ada sebuah ungkapan: 'Disaat damai, bersiap-siap untuk perang.' ―― Memang sekarang ini keadaan sedang damai. Perlu mengantisipasi kekacauan yang akan terjadi di dunia ―― "

Kido tampaknya menemukan celah untuk memotong kalimatnya.

"Sesungguhnya sekarang ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah kondisi yang damai. "

Kido berbicara disertai tawa yang mengejek.

--- H S M ---

―― Baru-baru ini, tuan Daimyo dan tuan Homura telah diserang oleh seseorang. Semua orang tahu tentang insiden itu. Tentu ANBU tidak mampu memenuhi tanggung jawab untuk mengawal daimyo. Kita seharusnya bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri. Karena itulah kita harus memperkuat ANBU. Aku rasa itu adalah masalah yang penting untuk dipertimbangkan sekarang. Bagaimana?"

'Presentasi yang pintar! Benarkah?'

Kakashi berpikir bahwa dia merasa gentar. Tetapi isi pembicaraannya adalah argumen-argumen yang beralasan. Kakashi tidak menemukan kesalahan didalamnya.

"Ya! Bagiku.. Aku baik-baik saja dengan apa yang Kido bicarakan."

Ketika Daimyo berbicara, dia melirik ke arah Homura. Tersirat sesuatu di wajahnya, seolah dia ingin berkata 'Tolong putuskan untuk kami.'

Homura melipat lengannya, wajahnya menunjukkan sebuah ekspresi yang suram. Dia mengambil nafas, kemudian mulai berbicara.

"Kita telah menunda penyelidikan soal penjahat dan sejenisnya. Aku bahkan menderita luka-luka. Jadi aku bertanggung jawab untuk itu. Akan tetapi ini tampak seperti sebuah alasan. Tentang seseorang yang menyerangku, mereka tentunya memiliki kemampuan yang patut dipertimbangkan. Kenyataan ini adalah sesuatu yang buruk yang sedang terjadi di desa."

Homura melirik kearah Kido dan Kakashi. Dia kemudian melanjutkan lagi.

"Untuk anggaran selanjutnya, perkuat sistem pada ANBU. Aku telah memutuskan jika masalah ini adalah prioritas yang maksimum. Tidak masalah kan?"

--- Bersambung ke Novel Sakura Hiden Chapter 03 Part 2 ---





Kembali Ke Daftar Isi
Klik




Sumber DNI.

Daftar Isi Gaara Hiden

Cover Novel Gaara Hiden: A Standstorm Mirage 「砂塵幻想」

• Terbit: 4 Juni 2015
• Penulis: Ukyō Kodachi
• 5th of the Naruto Hiden Series

Sinopsis: Novel kelima dari seri Naruto Hiden sangat populer, kisah cinta Gaara yang tidak diketahui! Sambil mempersiapkan pernikahan saudaranya Temari dengan Shikamaru, juga dipenuhi dengan suasana perayaan di desa Konohagakure... Bahkan ada proposal pernikahan yang dibawa oleh Kazekage Gaara sendiri.

Chapter 01  ( Part 1 )  ( Part 2 ) Sunagakure
Chapter 02  ( Part 1 )  ( Part 2 ) Hakuto
Chapter 03  ( Part 1 )  ( Part 2 ) Moon Light
Chapter 04  ( Part 1 )  ( Part 2 ) Sandstrom
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10

NB. Next chapter klik masing chapter....

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 06

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 06

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

Sinopsis Chapter 6 , Shikamaru yang memulai langkahnya menuju Shijima no Kuni, tanpa sengaja bertemu seseorang di tengah perjalanan, seseorang yang sangat dia banggakan.

--- Shikamaru Hiden --- Chapter 06 --- by H S M ---

Segerombolan anak kecil berlarian di sepanjang jalanan, tertawa riang seakan kegembiraan mereka tak mengenal batas. Tak jauh, terlihat seorang pria paruh baya berjalan terburu-buru, entah menuju kemana.

Ah iya, anak-anak itu adalah murid-murid Akademi yang sedang menuju tempat mereka menimba ilmu. Sementara si pria paruh baya sepertinya hendak berangkat bekerja.

Di sisi jalan, ada sebuah toko penjual lauk pauk yang buka sepagi ini. Ramai sekali, toko itu dikerubungi belasan ibu rumah tangga yang sedang bergunjing satu sama lain, entah soal apa.

Seperti itulah pemandangan Konoha di setiap paginya.

Pagi yang damai, memayungi Shikamaru yang melangkah pelan di sepanjang jalan utama Konoha. Jalan tersebut dimulai di gerbang depan desa, berlanjut lurus hingga bermuara di kediaman Hokage, tepatnya di tebing tempat wajah para pimpinan Konoha terdahulu terpahat.

Dan tempat itulah tujuan Shikamaru pagi ini. Dia memiliki beberapa urusan di sana.

Awamnya, saat seorang Shinobi menerima misi keluar desa, mereka akan berangkat meninggalkan Konoha melalui gerbang utama. Itu telah menjadi sebuah tradisi, meskipun sebenarnya tidak ada satupun peraturan resmi yang mewajibkan hal tersebut.

Para ANBU adalah satu-satunya pengecualian, mereka menangani urusan-urusan yang memiliki tingkat kerahasiaan tinggi. Oleh sebab itu, untuk menyembunyikan keberangkatan mereka dari penduduk Konoha, para ANBU seringkali meninggalkan desa melalui gerbang belakang. Sebuah gerbang yang tersembunyi di balik tebing pahatan wajah para Hokage.

Shikamaru sedang menuju gerbang tersebut. Misi Shikamaru kali ini sengaja dirahasiakan dari hampir semua orang di Konoha, hanya segelintir orang yang tahu tentang ini. Selain sang Hokage Kakashi, hanya para tetua desa dan beberapa Jounin senior yang mengetahui perihal misi ini. Ah, dan tentunya Shikamaru sendiri serta kedua anggota timnya, Rou dan Soku.

Untuk perkara menutup-nutupi hilangnya dia dari desa, Shikamaru mempercayakan segalanya pada Kakashi. Bila ada yang bertanya dimana dirinya, Kakashi akan membuat alasan bahwa Shikamaru sedang menjalankan misi dari Serikat Shinobi yang berada di luar kewenangan desa. 

Meskipun begitu, tetap saja, skenario paling ideal adalah pergi dari desa secara diam-diam tanpa seorang pun yang tahu, lalu segera kembali pulang sebelum ada yang menyadari ketidakhadiran dirinya.

--- H S M ---

“Hmm?” Di tengah perjalanannya menuju gerbang belakang, Shikamaru melihat seseorang dengan rambut pirang berjalan ke arahnya. Sepertinya mereka saling kenal.

“Yooo, Shikamaru! Mau kemana terburu-buru?” sapa orang itu.

Sekilas, mungkin tak akan ada yang percaya bahwa mereka berdua seumuran. Dengan senyum lebar yang khas, orang itu berlari ke arah temannya, Shikamaru. Dia memiliki semacam ―entahlah, mungkin jambang, berjumlah tiga pasang yang melintang di masing-masing sisi pipinya. Sementara matanya yang berwarna biru terlihat berseri, memancarkan semangat tanpa sedikitpun keraguan di dalamnya.

“Yang seharusnya tanya begitu itu aku, tumben sekali kau keluar sepagi ini, Naruto?”

Uzumaki Naruto... Ya, itulah namanya.

Dia adalah pahlawan yang memimpin para Shinobi memenangkan perang dunia keempat. Menariknya, dia juga adalah putra dari Hokage keempat, suatu kebetulan-kah? Entah. 

Sejak dia dilahirkan, monster rubah berekor sembilan ―Kyuubi, telah tersegel di dalam tubuhnya. Naruto tumbuh besar di tengah-tengah segala pandangan miring dan kebencian terhadap dirinya, namun tak satupun dari hal itu yang membuatnya menyerah pada impiannya menjadi seorang Hokage. Dia terus melangkah maju tanpa keraguan. Seperti itulah seorang Uzumaki Naruto.

Saat ini, dia merupakan kandidat terkuat untuk menjadi penerus Kakashi sebagai Hokage berikutnya.

“Huaah, semalam aku susah tidur...” ucap Naruto sembari menguap. “Jadi aku bangun sepagi ini untuk makan ramen di Ichiraku, sekarang aku mau pulang.”

“Kau makan ramen sepagi ini?”

“Yup, Ichiraku sekarang buka 24 jam.” Naruto terlihat sangat bersemangat.

“Bukan itu maksudku, apa benar kau sudah makan ramen sepagi ini?” Shikamaru kembali bertanya.

“Yosh! Entah pagi, siang, sore, atau malam, aku memang jagonya makan ramen!”

“Hhm, menurutku itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.”

“Bahkan mungkin separuh tubuhku ini terbuat dari ramen, hahahaha!” Naruto tertawa lebar, sembari menepuk-nepuk dadanya dengan bangga.

Shikamaru menghela nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu.

“Dengar Naruto. Kau ini dikenal sebagai seorang pahlawan yang mengakhiri peperangan. Dewasalah sedikit, jaga tubuhmu, kesehatanmu.”

“Haaah? Pahlawan ya pahlawan, ramen ya ramen, sudah beda urusannya!” sanggah Naruto, dia lantas tertawa.

“Logikamu itu sama sekali tidak masuk akal.” ucap Shikamaru.

“Hehehe.” Naruto masih saja tertawa, sembari menggosok-gosokkan jari ke hidungnya.

Sifat dan perilakunya sama sekali tak berubah sejak dulu. Tak peduli apapun yang terjadi, Naruto selalu menjalani hidupnya dengan pandangannya yang tulus dan murni, tanpa basa-basi. Pandangan hidup seperti itulah yang berhasil mengubah orang-orang di sekitar Naruto, termasuk Shikamaru sendiri.

Naruto. Seseorang yang hampir separuh masa hidupnya dipandang sebagai kutukan bagi desa, tetap mampu mempertahankan kemurnian hatinya. Sesuatu yang perlahan namun pasti, mampu membuat Naruto memiliki semakin banyak teman yang berdiri di sampingnya. 

Bahkan, pada akhirnya Naruto mampu menyelamatkan sahabatnya yang telah terjatuh jauh ke dalam kegelapan dan dipenuhi kebencian terhadap dunia ―Uchiha Sasuke. 

Menyelamatkan orang seperti itu bukan perkara yang mudah bagi siapapun. Ah, bukan. Lebih tepatnya itu memang sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Naruto.

--- H S M ---

Hanya ada satu impian yang selama ini digenggam benak Naruto, bahkan sejak dia masih sangat kecil, yaitu menjadi Hokage.

Dia sama sekali tak memiliki keluarga maupun kerabat yang dapat memberinya perhatian sebagaimana seharusnya, sesuatu yang akhirnya coba Naruto dapatkan lewat segala ulah badungnya. Tak peduli seberapapun warga desa membencinya karena hal itu, tetap saja, Naruto yakin suatu saat dia akan menjadi Hokage.

Awalnya tak ada seorang pun yang percaya Naruto mampu mewujudkan impiannya tersebut. Namun saat ini, sebaliknya, tak ada satupun orang di Konoha yang berpikir ada kandidat lain yang lebih layak menjadi Hokage selanjutnya, selain Naruto.

Naruto adalah sang mentari.

Mentari yang memiliki api yang bersinar terang di dalam dirinya, yang tak pernah satu kalipun redup, tekad yang terus menerus berkobar. Sebuah tekad yang bercahaya begitu benderang, hingga dapat membuka hati semua yang melihatnya.

Sekarang, saat ini, dan selamanya, Shikamaru yakin bahwa Naruto akan terus melangkah maju dengan segala kobaran tekad dan binar terang cahayanya.

Memang seperti itulah seharusnya. Suatu saat nanti, Naruto akan menjadi Hokage yang memikul begitu banyak kepercayaan dari seluruh penduduk desa. Bila saat itu tiba, dia harus terus bercahaya, lebih terang, dan jauh lebih terang lagi.

Dan demi cahaya itu, sang mentari tak boleh tahu betapa dunia masih memiliki sisi gelapnya.

Hingga saat ini, Naruto telah bertemu dan berurusan dengan begitu banyak orang yang hatinya telah terenggut kegelapan. Namun Naruto sendiri belum pernah merasakan hal yang sama dengan mereka.

“Tak peduli seberapa dalam seseorang tenggelam dalam kegelapan, selalu ada bagian dari hatinya yang rindu akan cahaya.”

Naruto selalu bertempur dengan keyakinan itu menempel di kepalanya. Dan Shikamaru telah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, betapa keyakinan itu telah membuat Naruto berhasil mengubah hati lawan-lawannya. Tak hanya sekali, namun berulang kali.

Tak peduli seberapa pekat kegelapan yang berada di sekitarnya, Naruto sama sekali tak pernah kehilangan cahayanya sedikitpun.

Ya, mungkin karena itulah, Naruto tak benar-benar pernah tahu makna sesungguhnya dari sesuatu yang disebut, kegelapan.

Selalu ada sisi gelap di hati semua manusia. Berpikir bahwa kita bisa menyelamatkan semua orang adalah keyakinan yang hampir mustahil. Tak peduli seberapapun lengan kita coba merengkuh semua orang dan menuntun mereka menuju cahaya, akan selalu ada segelintir dari mereka yang luput dari jangkauan kita, terperosok ke dalam kegelapan. Ya, memang seperti itulah dunia.

Namun Naruto tak sependapat dengan itu. Tak peduli seberapa putus asanya sebuah keadaan, dia tak akan pernah menyerah untuk menyelamatkan seseorang dari takdir kelamnya.

Seperti itulah seorang Uzumaki Naruto. Dan Shikamaru tak ingin dia berubah.

Naruto adalah seseorang yang memang harus tetap murni, sang mentari yang bersinar terang. 

Semakin terang cahaya yang bersinar, semakin kelam pula kegelapan yang akan tumbuh. Namun selama ada pundak yang mampu menanggung beban kegelapan tersebut, rasanya semua akan baik–baik saja.

Shikamaru berpikir bahwa itu adalah tugasnya untuk menjadi pundak yang menopang kegelapan tersebut. Bukankah dia sendiri adalah pengguna jurus bayangan? Rasanya bukan sesuatu yang aneh bila seorang pengguna bayangan juga berurusan dengan apa yang disebut kegelapan. Seperti itulah yang ada di benak Shikamaru.

Naruto akan menjadi Hokage, dan Shikamaru akan mendukungnya sebagai tangan kanan. Berdiri di samping Naruto, lalu menyerap segala macam bayangan yang dapat menghalangi cahayanya. Itulah impian Shikamaru.

Sesaat setelah pikiran itu melintas di kepalanya, tiba-tiba Shikamaru merasa dia mengerti dirinya sendiri. Tentang alasan mengapa dia begitu keras kepala mengajukan dirinya sendiri untuk pergi ke Shijima no Kuni.

Ya, demi Naruto.

Bila Shijima no Kuni terus tumbuh semakin kuat, perang akan kembali pecah. Naruto pasti akan sangat menderita melihat perdamaian yang dia usahakan mati-matian runtuh begitu saja. Shijima no Kuni akan menjadi rintangan besar bagi Naruto.

Itulah mengapa Shikamaru akan pergi ke sana dan menghentikannya sejak awal.

Lagipula, dia memang telah memutuskan untuk menanggung seluruh kegelapan yang mencoba menghalangi cahaya Naruto. Itu termasuk berhadapan dengan apa yang akan menjadi halangan bagi Naruto di masa depan.

--- H S M ---

“Jadi, kau sendiri sedang apa Shikamaru?” Naruto bertanya, memecah lamunan Shikamaru.

“Oh, aku cuma jalan-jalan.”

“Jalan-jalan? Sepagi ini?” Naruto kembali bertanya.

“Naruto.” Shikamaru berucap tanpa ekspresi. “Aku, jalan-jalan, kadar keanehannya tidak lebih tinggi dari dirimu yang makan ramen pagi-pagi buta seperti ini.”

“I-iya juga sih...” ucap Naruto.

Sesaat hening, tawa mereka berdua pecah tak lama setelahnya.

“Kau sedang libur, Naruto?” tanya Shikamaru.

“Tidak, aku ada misi, nanti siang aku berangkat. Yah, kau tahu sendiri kan, karena ada seseorang yang terus menerus memberiku misi, aku jadi tidak bisa libur satu hari pun. Sudah hampir setengah tahun ini aku lupa rasanya libur.” ujar Naruto sembari melirik Shikamaru.

Ya, ‘seseorang’ itu adalah Shikamaru.

“Berhentilah mengeluh. Misi-misi itu aku berikan juga demi kepentinganmu.” Shikamaru menanggapi.

“Iya aku paham, aku cuma ingin istirahat sebentaaaar saja.”

“Kau dipandang sebagai kandidat Hokage yang selanjutnya. Waktumu terlalu berharga untuk sekedar beristirahat. Dewasalah sedikit, Naruto.”

“Iyaaa, aku paham soal itu, tapi aku benar-benar ingin istirahat satu ha-“

“Tidak ada tapi-tapian.” potong Shikamaru, layaknya sedang memarahi seorang anak kecil. “Semua orang di desa telah mengakuimu. Tapi justru karena itulah, kau perlu menjalankan lebih banyak misi lagi, jadi orang-orang bisa berpikir ‘ahhh, apa yang akan kita lakukan bila Naruto tak ada di sini’. Sudah dua tahun sejak perang berakhir, kau tidak bisa dengan begitu naifnya berpikir bahwa pengakuan semua orang terhadapmu telah terjamin hanya karena jasa-jasamu pada waktu itu.”

“Iya-iya-iya, baiklah, aku paham...” Naruto meregangkan kedua tangannya, wajahnya sedikit cemberut. “Perutku kenyang sekali, jadi kupikir lebih baik aku pulang dan tidur sebentar.”

Shikamaru memicingkan matanya, menatap Naruto. “Ingat, jangan tidur terlalu lama.”

“Aku usahakan.” Naruto tertawa melihat roman serius Shikamaru, lalu mulai melangkah pergi. 

“Hei, Naruto.” Shikamaru memanggilnya.

“Apa?” Naruto berbalik.

“Kau adalah orang yang akan menjadi Hokage. Jangan lupakan itu.”

“Tenang saja, aku tidak akan pernah menarik kata-kataku.” Naruto menjawab Shikamaru dengan wajah penuh keyakinan. “Itu adalah jalan ninjaku.”

“Ya, jangan pernah tarik kata-katamu. Karena itu adalah jalan ninjaku juga.” ujar Shikamaru.

“Yeah, sampai jumpa.” Naruto mengangkat tangan kanannya, melambai ke arah Shikamaru, dan kembali berlalu.

Shikamaru terdiam sejenak, memandangi Naruto yang telah melangkah semakin jauh.

“Ya, aku pasti akan menjadikanmu seorang Hokage.”

Shikamaru tersenyum kecil, lalu melanjutkan langkahnya menuju gerbang belakang.

--- H S M ---

“Aku membuat kalian menunggu ya.”

Kata-kata itu Shikamaru tujukan pada kedua rekannya, Rou dan Soku.

Misi kali ini mengharuskan mereka menyusup ke dalam sebuah negara, lalu mengeliminasi target. Itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sepenuhnya secara diam-diam, mereka harus sebisa mungkin membaur. Itulah kenapa, baik Rou maupun Soku tidak ada yang mengenakan topeng mereka.

“Kita memiliki beberapa sasaran dalam misi ini.” ujar Shikamaru. “Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai situasi Shijima no Kuni, pencarian terhadap Sai dan 10 orang anggota ANBU yang menghilang, dan yang menjadi prioritas kita, membunuh orang bernama Gengo.”

Rou dan Soku mengangguk, tanda paham.

Kakashi tidak datang untuk melepas mereka. Shikamaru, Rou, dan Soku adalah satu-satunya yang berada dekat gerbang belakang yang masih tertutup itu. Gerbang tersebut tersembunyi di balik pepohonan yang menyelimuti kaki tebing. Meskipun pagi itu sangat cerah, gerbang tersebut terlihat lembab dan suram.

“Ah baiklah, karena ini adalah misi pembunuhan, maka kita harus pastikan tidak ada pengamatan…” Lubang hidung Rou melebar ketika menekankan kata ‘pengamatan’.

Shikamaru menatap Rou, terlihat agak bingung dengan maksud kata-katanya.

“Kau tahu? Lawakanmu gagal total.” ujar Soku pada rekannya itu.

Rou tampak kebingungan, butiran keringat sebesar biji jagung mengalir di dahinya, mungkin karena malu.

“Kau tahu? Dia tadi itu melawak.” Soku menjelaskan pada Shikamaru dengan roman wajahnya yang seakan berkata ‘aku minta maaf soal ini’. “Kau tadi sempat bicara soal mengumpulkan informasi, nah karena ‘pengumpulan informasi’ memiliki makna yang hampir serupa dengan ‘pengamatan’, Rou membuat lawakan tentang misi pembunuhan kita yang tak boleh sampai diamati orang lain, karena ini sangat rahasia... kurang lebih seperti itulah.” jelas Soku panjang lebar.

“Kau tahu? Rou memang orangnya seperti itu. Dia sering sekali membuat lawakan tidak bermutu seperti barusan.” lanjutnya.

Shikamaru ingin sekali tertawa, dan menanggapi apa yang saat ini terjadi dengan sesuatu yang tak kalah lucunya. Namun dia memilih tidak melakukannya. Shikamaru berdeham, mencoba mengembalikan suasana serius yang sejenak tadi menghilang.

“Begitu kita melewati gerbang ini, kita akan langsung berlari.”

“Kau tahu? Kami paham.” jawab Soku dengan penuh semangat.

Sementara Rou yang wajahnya masih tampak memerah, juga ikut mengangguk tanda mengerti.

“Baiklah kalau begitu, ayo berangkat.”

Gerbang terbuka. Tiga orang Shinobi itu segera berlari menuju misi mereka. 

Entah takdir apa yang menunggu mereka di sana, Shijima no Kuni, negeri yang selalu sunyi.

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 07 ---










Sumber DNI.

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 7

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - Chapter 7: Petir Yang Membeku

--Penulis: Akira Higashiyama
--Ilustrasi: Masashi Kishimoto

--- Kakashi Hiden --- Chapter 08 --- By H S M ---

「氷 遁 · 地 鎖 連 氷!」
"Hyouton: Jisarenhyou!" (Elemen Es: Rentetan Rantai Tanah Es)
華 氷 が 印 を 結 び, 手 の ひ ら を 床 に た た き つ け る.
Kahyo membentuk segel tangan, lalu membantigkan telapak tangannya ke lantai.
氷の結晶が、蛇のようにカカシのほうへのび出す。結晶は、たちまち巨大なつららとなって、牙を剥いた。
Kristal es mulai merambat ke arah Kakashi bagai ular. Tiba-tiba, kristal es membesar, berubah bentuk menjadi taring Es.
カ カ シ も, す か さ ず 応 じ る.
Tanpa menunggu Kakashi langsung membalas.
「紫 電!」
"Shiden!" (/Petir Ungu)
床に手のひらをたたきつけた。薄紫の電流が、大量の酒がこぼれている床を伝い、バチバチと爆ぜながら、氷の牙を迎え撃った。
Dia memukul lantai dengan telapak tangannya. Cahaya ungu berkilauan di lantai, kilatan itu menyebar melalui tumpahan Sake di lantai. Suaranya berderak kencang dengan bunyi 'bachibachi', (serangan Kakashi itu) menyerang taring es yang ada.
ド オ オ オ オ オ ン ッ!
Dooooooooon! (Boom!)
は げ し く 衝突 し た 氷 と 雷 が, 船 を 揺 る が す ほ ど の 大 爆 発 を 引 き 起 こ し た.
Es dan petir bertabrakan dengan keras, yang kemudian mengguncang kapal karena telah memicu ledakan besar.
悲鳴 を あ げ る 搭 乗客 た ち.
Para penumpang menjerit.

Grand Piano di ruangan itu terlempar karena ledakan menuju ke arah seorang anak yang gagal melarikan diri dari lintasan lemparan. Untungnya, Guy dengan cepat menjulang ke udara untuk menyelamatkan anak itu, Guy menangkapnya dalam pelukan yang penuh dengan kekuatan Jiwa Pemudanya itu (= secara harfiah 青春 パ ワ ー 全開). Piano menabrak dinding, dan menggetarkan lampu di langit-langit. Guy mengembalikan anak yang kini tengah menangis itu kepada ibunya. Kemudian Guy melotot kepada Rahyo. Rahyo tertawa sambil bergegas menuju ke arah Guy. Tinju-meninju dan tendang-menendang terjadi setiap lima menit, kelihatannya intensitas pertarungan mereka meningkat. 10, 20, 30 tinju terus berlangsung dalam pertarungan.

Sementara itu, Kakashi mengincar musuhnya. Dia bertanya apakah Kahyo merupakan pengawal pribadi Garyo dua bulan yang lalu. Kahyo menangkis pertanyaan itu, mengatakan bahwa kejadian 2 bulan lalu bukan merupakan kemenangan bagi Konoha. Kahyo dengan tenang menanggapi, mengatakan bahwa pesan mereka seharusnya sudah di terima oleh seseorang. Seseorang pastinya akan mengambil langkah selanjutnya. Jadi dalam hal ini, kelompok mereka akan terus diwariskan kepada orang lain, terutama karena mereka mengorbankan hidup mereka untuk menggapai cita-cita mereka.

Kakashi merespon duluan:
「我龍はただの理想主義者だ。理想主義者の厄介なところは、その理想のためなら、世界をも焼き尽くしてしまうことだ」
"Garyo hanyalah seorang yang idealis. Adapun posisi yang memberatkan bagi seorang idealis, dan jika itu demi yang ideal, (ia) hanya akan mengancurkan dunia tanpa guna."
「こ ん な 世界 な ど ...」
"Dunia ini dan yang dunia selanjutnya..."
「滅 ん で し ま え ば い い」
"...akan baik-baik saja, haruskah itu dihancurkan?"
「...」
「そ う 言 い た い ん だ ろ?」カカシは敵に半眼を据えた。「うちはマダラも、そしてオレの親友だった男も、たぶん、そう考えていた。だけど、じつはやつらが一番この世界を愛していたのだと、オレは思っている」
"Itulah yang ingin kau katakan, kan?" Kakashi, dengan mata setengah terbuka, meyakinkan pandangannya kepada musuh. "Uchiha Madara juga. Selain itu seorang pria yang yang tak lain adalah teman dekatku juga demikian. Tampaknya mereka juga berpikir hal seperti itu. Namun, jujur ​​saja, aku berpikir bahwa hal itu disebabkan karena orang-orang tersebut sangat mencintai dunia."

Di balik topeng, Kakashi merasa bahwa mata Kahyo sedikit bereaksi terhadap pernyataannya. Kakashi melanjutkan perkataannya. Kakashi mendengar dari Naruto bahwa karena Negara Ombak, mereka kehilangan anak. Dia mengatakan bahwa kalau memang kejadiannya seperti itu, maka wajar dan bisa dimengerti jika mereka menganggap dunia dengan pandangan seperti itu.

「忍 な ん か や っ て れ ば, だ れ で も 愛 す る 者 の 死 に, い ず れ 直面 す る」
"Cepat atau lambat, selama seseorang melakukan sesuatu dengan cara shinobi, (setiap shinobi) akan dihadapkan dengan kematian seseorang yang mereka cintai"
「薄氷 は ...... 息 子 は, 戦 で 命 を 落 と し た の で は な い!」
"Hakuhyo... anakku tidak kehilangan nyawanya karena perang!"
「...」
「薄氷 は ...... 薄氷 は ...... 波 の 国 の や つ ら に 殺 さ れ た ん だ!」
"Hakuhyo... Hakuhyo... Dia dibunuh oleh orang-orang dari Negara Ombak!"
「が か ら, お 前 は 波 の 国 に 復讐 を 誓 っ た の か ...?」
"Jadi karena itu, kau bersumpah akan membalas dendam kepada Negara Ombak...?
「忍 と し て の 死 は, 忍 自身 が 選 ん だ も の だ!」 華 氷 が 吼 え た.
"Kematian shinobi adalah sesuatu yang dipilih secara pribadi oleh shinobi untuk dirinya sendiri!" Teriak Kahyo.
「忍になる時点で、死ぬ覚悟はできている……私は……私と兄上は、薄氷にそんなふうに生きてほしくなかった。だから抜け忍となって、波の国に身をひそめた。だれも傷つけることのない、静かで、争いのない生活を望んだだけなのに。。。」
"Ketika seseorang menjadi shinobi, maka artinya siap untuk mati. Bagiku... Bagiku dan bagi kakakku, kami tidak mengharapkan Hakuhyo untuk hidup dengan cara seperti itu. Dan, untuk menjadi Nukenin, kami menyembunyikan diri dalam Negara Ombak ini. (Kami) hanya ingin hidup tanpa melukai siapa pun, dalam damai, dan tanpa konflik... "
「お 前 は 間 違 っ て い る」
"Kau salah."
「...!?」
「生きているかぎり、オレたちは戦い続けなければならないんだ」カカシは言った。「忍だろうが、ふつうの人だろうが、そんなことは関係ない。クナイをふり回すのも、札束をふり回すのも、同じことなんだよ。生きていくことそれ自体が、いつでも命がけの戦いなんだ」
"Karena selama kita hidup, kita tidak bisa membantu selain dengan terus berperang." Kata Kakashi. "Kukira hal semacam itu tidak ada kaitannya dengan Shinobi atau Orang biasa. Menyodorkan Kunai dan mendodongkan tumpukan uang, itu merupakan hal yang sama. Karena dalam bertahan hidup itu sendiri, selalu dan kapan saja akan terjadi pertempuran yang salah satu risikonya adalah nyawa."
「うわあああああ!」華氷が奇声をあげて、突っ込んでくる。「お前に、なにが分かる!?」
"Uwaaaaah!" Kahyo berteriak suara aneh, kemudian membalas. "Lalu kau, apa yang kau mengerti!?"
「...!」
繰り出される攻撃を、カカシは冷静にさばいてゆく。敵の拳が空を切り、ブロックされ、 蹴 り は カ カ シ の 残 像 を 割 っ た.
Kakashi dengan tenang terus menangani serangan yang dilepaskan (oleh Kahyo). Tinju musuh melesat di udara. Namun berhasil diblok. Sebuah tendangan keras berhasil Kakashi hindari.
「仲 間 の 死 と, 血 を 分 け た 子 供 の 死 は ま っ た く 違 う!」
"Kematian teman, dan kematian darah daging sendiri itu berbeda!"

Kakashi membungkuk rendah untuk menghindari tendangan berputar Kahyo. Kakashi melanjutkan:
「仲間を失った悲しみなど、いずれ時が解決してくれる!」肘打ちを、掌底で押し上げる。
"Kesedihan akan kehilangan teman dan semacamnya, akhirnya waktulah yang akan mengatasinya!" Ia mengangkat bagian bawah telapak tangannya untuk melancarkan serangan siku.
「お 前 な ん か に, 子 を 殺 さ れ た 親 の 気 持 ち が 分 か っ て た ま る か!」
"Kalau soal itu, kau tak bisa memahami kemarahan orang tua yang anaknya telah dibunuh!"
突 き 出 さ れ た 拳 を, カ カ シ は ガ シ ッ と 摑 ん だ.
Kakashi dengan tepat menangkap tinju lawan yang melaju.
「だ っ た ら, な ぜ 他人 の 子 供 の 命 を 奪 お う と す る?」
"Kalau itu yang terjadi, kenapa kau malah mencoba untuk mengambil nyawa anak orang lain?"
「!?」
先 ほ ど ガ イ が 助 け た 子 供 が, お び え た 目 で こ ち ら を 見 つ め て い た.
Anak yang telah Guy selamatkan tadi melihat ke arah mereka dengan tatapan ketakutan.
「お 前 た ち が 処刑 し た 人 た ち だ っ て,だれかの子供だろ」カカシは言った。「お前のその悲しみは、たとえ世界を滅ばしても、消えてなくなりはしないよ」
"Bahkan bagi orang-orang yang telah kalian eksekusi, mereka juga anak orang lain, kan? "Kata Kakashi. "Kesedihanmu itu, bahkan jika dunia ini hancur, tidak akan lenyap."

Kahyo berteriak lagi dan memotong kata-kata Kakashi. Kahyo membantingkan kedua telapak tangannya di lantai lagi.

「氷 遁 · 地 鎖 連 氷!」
"Hyouton: Jisarenhyou!" (Elemen Es: Rentetan Rantai Tanah Es)

Kahyo menghasilkan lebih banyak es, yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan yang sebelumnya, Es itu mengelilingi Kahyo. Seolah-olah Kahyo ingin membekukan semua emosinya yang terpendam: serangan itu seperti bunga mekar dari es. Untuk menghindari taring es, Kakashi mundur dengan melakukan backflip. Tidak hanya Kakashi, tapi Rahyo, Guy, dan para penumpang semua harus menjauh dari serangan itu. Kelopak bunga Es secara bertahap terus menyebar. Pedang es menembus langit-langit, mengangkat papan lantai, dan menembus dinding lambung kapal.

Rahyo berteriak pada Kahyo untuk berhenti. Mereka masih terbang di atas laut. Suara itu tidak bisa mencapai Kahyo, ia malah terus memancarkan lebih banyak chakra dan dengan penuh semangat menambahkan kekuatan Bunga Es itu.

Boom!
Rahyo melompat di atas es, ia terpaksa menyerang bagian perut Kahyo. Kahyo kemudian runtuh ke pelukan Rahyo.
Boom!

...tapi sudah terlambat.

Jutsu bersamaan dengan pingsannya Kahyo, Sebelum Bunga Es itu mencairpun dampaknya sudah menciptakan lubang raksasa di lambung kapal. Tekanan udara dalam kapal berubah drastis. Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah tingkat satu. Atmosfernya tipis di atas ketinggian 5.000 meter di atas tanah. Terdengar suara gemuruh. Seketika, udara di dalam ruang makan semakin tersedot keluar!

Satu per satu, penumpang tersedot keluar dari lubang di lambung kapal!

--- H S M ---

Piring, garpu, pisau dan sendok berserakan. Serpihan kayu, pecahan botol sake, barang dan perabotan terangkat. Lampu-lampu gantung hampir putus di langit-langit.

Suara angin menyamarkan jeritan penumpang.

Rahyo terus memegangi Kahyo, sambil memegang pilar terdekat. Guy berteriak, ia melayang di udara. Kakashi memanggilnya, lalsambilm membentangkan lengannya. Kakashi berhasil menangkap tangan Guy, tapi dengan jari telunjuk yang patah, Kakashi tak bisa mengerahkan banyak tenaga untuk melawan arus udara. "Sial!" ucap Kakashi kesal. Namun untungnya, Kakashi mampu menangkap kabel listrik yang menonjol di lubang dinding. Mereka berdua sekarang menggantung pada bagian luar kapal.

まるで破れた旗のように、カカシとガイの体が風にいたぶられる。上下左右が恐ろしい速さで入れかわり、何度も船体にたたきつけられた。
Mirip dengan kibaran bendera yang robek, tubuh Kakashi dan Guy tersiksa oleh angin. Mereka berdesakan kiri-kanan dengan kecepatan yang mengerikan. Berulang kali, mereka menabrak lambung kapal.
「カカシ、手を放せ!」ガイが吼えた。「このままじゃ、お前も落ちてしまうぞ!」
"Kakashi, lepaskan tanganku!" Bentak Guy. "Kalau tidak, kau juga akan jatuh!"
「あ, 暴 れ る な, ガ イ ...」
"Ah... Jangan tergesa-gesa, Guy..."
「ええい、放せ!オレなら大丈夫だ!これしきの高さ、青春パワーをもってすれば、 ど う っ て こ と な い! 」
"Tidak, lepaskan saja! Aku akan baik-baik saja! Pada ketinggian seperti ini, dengan Kekuatan Pemuda, seharusnya bukan menjadi masalah"
「ね, 寝 言 は ... 寝 て か ら 言 う も の で し ょ う よ」
"O-Omong kosong... Hal seperti itu tidak masuk akal."

Pegangan Kakashi pada Guy melemah, sama seperti pengangan jarinya pada Kabel Listrik. Tidak peduli seberapa banyak kuat dia berpegangan, suara ズ ル ズ ル (zuruzuru) terdengar, yakni suara menyeret tanda cengkeramannya melepas. Kakashi sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

--- H S M ---

"カ カ シ 先生? 聞 こ え て ま す か, カ カ シ 先生?"
"Kakashi-sensei? Bisa dengar aku? Kakashi-sensei?"

Ino terhubung ke Kakashi! Dari sudut padandang Kakashi, terlihat penumpang yang berjatuhan. Ino mengatakan kepadanya bahwa orang-orang yang diserang pada upacara peringatan sudah dalam perawatan mereka.

Benda mirip daun terlihat terbang. Nampak seperti kelopak putih.

Ino mengulangi perkataannya, menanyakan apakah Kakashi bisa mendengarnya. Tsunade-sama memberitahu Negara Ombak tentang serangan terhadap warga negara mereka beberapa saat yang lalu. Kakashi terfokus pada benda yang baru saja terbang. Benda itu terlihat seperti topeng dengan pola kail di atasnya. Kakashi sadar bahwa itu adalah topeng Kahyo. Kakashi entah bagaimana kemudian bisa mendeteksi keberadaan Kahyo di tengah situasi genting itu. Di dalam kapal, masih dalam ruang makan dan beraqda dalam pelukan Rahyo, Kahyo benar-benar terlihat lemas.

Kakashi bisa melihat rambutnya yang panjang dan keriting terurai oleh angin.

Ino terus mengajukan pertanyaan. Perihal orang-orang dari Aliansi Persenjataan Ryuuha, mengenai rincian dari 12 orang itu? Sebenarnya ada 11 pria, dan 1 orang wanita... Ino tampaknya bisa menangkap nada tanggapan Kakashi. Ino bertanya lagi, apakah dia mendengarkan? Bisakah dia mengkonfirmasi jumlah mereka?

「!?」
そ の 瞬間, 全 て が 消 え 失 せ た.
Dalam sekejap, semuanya lenyap.
音 も, 風 も, 時間 ま で も が.
Suara, angin, dan bahkan waktu, semuanya lenyap.
ついに送電線が手から滑り抜け、ガイとともに落下していくカカシが最後に眼にしたもの。。。
Akhirnya, cengkraman tangannya lepas dari kabel listrik itu, Kakashi jatuh bersama dengan Guy. Ada info terakhir yang terlihat di matanya...
"... 女性 が ひ と り で す"
(Kakashi komunikasi dengan Ino) "...ada satu wanita."
そ れ は, あ の 青 い ロ ン グ ド レ ス の 女 だ た.
Orang itu adalah wanita yang mengenakan Gaun Biru Panjang. (sungguh mengejutkan ^_^)

--- Bersambung ke chapter 8 ---



Kembali Ke Daftar isi
Klik



Terjemahan dar Organicdinosarus dan Narutonian.



NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 02 Part 3

NOVEL SAKURA HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 02 Part 3

--- Penulis: Tomohito Ōsaki ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---

--- Sakura Hiden - Chapter 02 Part 3 by H S M ---

Sakura membuka matanya lebar-lebar.

"Benarkah?"

"Eh, Tidak mungkin... Apakah mimpiku benar-benar menjadi kenyataan?"

Sesaat, sebuah senyuman hampir terlihat di wajahnya. Namun, karena ekspresi wajah dan suara Gaara, suasana hatinya berubah menjadi tidak enak dia kembali tersenyum.

"Sasuke telah datang kesini?"

"Kenapa?"

Sakura dan Ino bertanya kepada mereka.

Gaara melipat kedua tangannya dan meletakannya di atas meja bundar, sebelum berbicara ia mengambil nafas terlebih dahulu.

Setelah Gaara memperkenalkan topiknnya lalu dia melanjutkan: "Dua hari yang lalu, Uchiha Sasuke menghubungi para teroris di desa ini.”

"Apa!?"

Ino merespon dengan suara yang keras.

"Tunggu sebentar, apa yang Sasuke lakukan bersama para teroris atau seseorang yang seperti itu!"

"Ino!"

Temari menyela dengan suaranya.

"Pertama-tama biarkan Gaara berbicara terlebih dahulu, setelah itu baru bertanya."

"Maaf..."

Gaara mengangguk lalu melanjutkan.

"__Dua hari yang lalu, aku pergi bersiaga di tempat persembunyian para teroris bersama ANBU di desa ini. Karena aku itu seorang Kage, aku bukanlah tipe orang yang akan menemani mereka pada misi seperti itu, tapi karena aku melihat situasi dan kondisinya aku ikut berpartisipasi dalam misi bersama mereka."

Teroris itu adalah shinobi asli dari desa Sunagakure, tetapi semenjak mereka menentang pelantikan Gaara sebagai Kazekage, mereka meninggalkan desa lalu mereka membuat kelompok anti desa.

Untuk saat itu, dia benar-benar tidak tau keberadaan mereka, kira-kira satu bulan yang lalu, salah satu ANBU menemukan tempat persembunyian mereka, lalu kelompok itu dalam pengawasan para ANBU.

Kemudian sekitar satu minggu yang lalu, mereka mengetahui kegiatan yang akan dilakukan di tempat persembunyian tersebut.

Seorang laki-laki mendatangi tempat persembunyian itu dan berhubungan dengan pemimpin para teroris itu.

Menurut ANBU yang misinya mengamati:

__Orang yang mendatangi tempat persembunyian itu, tapi dia langsung pergi dan meninggalkan desa lalu menghilang.

Itulah laporan dari mereka.

--- H S M ---

Pertemuan yang singkat, sehingga mereka tidak bisa mendengarkan isi rahasia dari pembicaraan mereka. Namun, disana ada sesuatu yang aneh dan ANBU membawa informasi yang mengkhawatirkan Gaara.

"Berdasarkan penampilan laki-laki yang datang ke tempat persembunyian tersebut, ANBU menyimpulkan bahwa laki-laki itu memiliki kemiripan dengan Uchiha Sasuke dari Konoha.”

Sakura menghirup nafas untuk menenangkan dirinya. Namun, ini bukanlah waktunya untuk bertanya.

Gaara melanjutkan : "Aku berpikir laki-laki itu hanya mirip dengan Sasuke, atau ANBU itu telah salah menilai laki-laki itu. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang menyetujui pendapatku. Keesokan harinya, aku memutuskan bergabung dalam misi pengintaian bersama ANBU."

Dengan bola mata pasir milik Gaara, dia mungkin bisa mengintip kedalam tenda, ia dapat dengan mudah mengatur dan menggunakanya sebagai alat perantara untuk mendengar percakapan mereka.

Beberapa hari telah berlalu semenjak Gaara bergabung dalam misi pengintaian.

Kemudian Sasuke datang lagi ke tempat persembunyian para teroris itu.

Ketika Sasuke masuk ketempat persembunyian itu, diam-diam mulai bernegosiasi dengan pemimpin para teroris.

Sasuke bilang, "Jadilah bawahanku." permintaannya ke mereka.

"Menjadi bawahannya...?"

Ino mengerutkan dahinya.

Gaara mengangguk.

Sasuke memberikan usul: "Jika kau mau menjadi bawahanku, kau harus membantuku untuk menghancurkan Konoha lalu aku akan membantu aktifitas kalian."

"Dia berkata seperti itu?"

Sakura refleks berbicara.

Gara melanjutkan : "Teroris itu menolak permintaan Sasuke, itulah kenapa negosiasi mereka menjadi gagal. Tetapi, selanjutnya, Sasuke tidak meninggalkan tempat itu dia tetap disana dan membunuh para teroris, mereka tidak mengerti rencana dia untuk menghancurkan Konoha lebih jauh, tetapi Sasuke tidak membiarkan mereka hidup karena telah menolak permintaannya.”

Karena Gaara telah mengintai menggunakan bola mata pasirnya, Gaara langsung melibatkan para ANBU.

ANBU langsung bertarung dengan kelompok teroris tersebut, di dalam kegaduhan, Sasuke melarikan diri.

Gaara mencoba mengejarnya. Gaara telah kehilangan jejaknya karena Sasuke telah menyembunyikan chakra dan keberadaannya.

"Itulah yang terjadi dua hari yang lalu.”


Sakura menutup matanya. Namun, dia tidak membuka mulutnya, semenjak dia datang keruangan itu.

Tak lama, Ino mulai berbicara.

"Hey, tunggu sebentar. Apa kau pikir kita akan percaya dengan cerita seperti ini?"

Suaranya yang bercampur dengan tawa, mungkin karena cerita itu tidak seperti kenyataannya. Sakura juga setuju dengannya, Sasuke telah mengalami tragedi yang menimpa klannya dan membenci desa itulah yang sulit untuk dilupakan orang lain, berdasarkan pengalamannnya. Sasuke telah kembali berteman dengan Sakura dan membantu aliansi shinobi selama perang dunia shinobi berlangsung. Namun sekarang, kenapa dia ingin bergabung dengan para teroris? dan kenapa dia berencana untuk membalas dendam lagi pada Konoha dengan mereka?

"Hey, Gaara-kun... Kau tidak keliru apa yang kau katakan tentang Sasuke berada disana?"

Tanya Sakura dengan menekan kata 'Tidak Keliru'.

Ino juga berbicara: "Itu benar, sebagai contoh, mungkin itu Henge no Jutsu atau semacam itu. Seperti seseorang yang menyamar menjadi Sasuke-kun.”

"Aku juga ingin berpikir begitu. Namun, sepertinya tidak mungkin.”

Gaara sedikit menggelengkan kepalanya sebentar.

"Jika kau bisa meniru penampilan seseorang menggunakan Henge no Jutsu, kau tidak bisa meniru warna dan tipe chakra yang sama. Aku tahu, merasakan chakranya dengan baik dari pengalamanku sebelumnya bahwa Sasuke yang aku lihat dua hari yang lalu itu memiliki tipe chakra yang sama dengan Sasuke yang asli.”

"Aku telah mendengar ANBU Konoha, didalam ANBU kalian, disana terdapat shinobi yang memiliki jutsu meniru chakra... Bukankah mereka disana itu ada hubungannya dengan ini?"

--- H S M ---

Temari bertanya pada Sakura dan Ino.

Berbicara tentang shinobi yang dimaksudnya, Sakura juga pernah mendengar tentang mereka. Namun, sepertinya itu tidak berkaitan dengan kejadian ini.

"Aku rasa mereka mereka tidak ada hubungannya dengan kejadian itu.”

Sakura lanjut berbicara: "Sasuke-kun itu seorang shinobi yang tidak berhubungan langsung dengan orang lain, aku juga tidak mengerti kenapa dia ingin melakukan sesuatu yang sulit pada tempat asalnya.”

"Jika begitu, Sasuke yang dilihat Gaara kemungkinan itu adalah Sasuke yang asli.”

"Temari-san! Apa yang kau bicarakan itu.."

"Aku hanya berbicara berdasarkan fakta yang ada.”

Dia menunjukan tatapan mata yang tajam kepada Ino sambil berbicara.

"Zetsu putih kah...?"

Sakura mulai berbicara. "Tidak, tidak mungkin". dia langsung menarik kembali yang barusan dia katakan.

"Aku hanya cepat mengingat itu.”

Gaara lanjut berbicara.

"Karena Zetsu putih juga memiliki kemampuan untuk menirukan chakra, ya? Namun, semenjak Ootsutsuki Kaguya lenyap, sepertinya dia sudah tidak ada.”

"Baiklah... Apakah itu kemampuan menggunakan Shouten no Jutsu?"

Dia pernah membaca buku arsip didalamnya dan seseorang yang bernama Pain pemimpin dari Akatsuki. Dia bisa menggunakan jutsu itu, jutsu yang bisa sepenuhnya memanipulasi 'daging dan tubuh' dengan cara memberikan chakra kepada subjek lainnya yang di summon.

"Tentu, jika jutsu itu aku bisa menjelaskan kenapa wajah dan chakranya sama. Tetapi, Pain kan sudah mati, mungkin disana ada orang lain yang bisa menggunakan jutsu itu, tapi kenapa Sasuke berhubungan dengan seseorang yang seperti itu? kenapa dia mengizinkan orang lain menirunya? Masih ada pertanyaan lainnya.”

Gaara benar, pada Sasuke yang ia lihat, jika dia bukanlah Sasuke yang asli atau seseorang yang mirip dengannya kecurigaan Gaara terhadap Sasuke tidak bisa hilang.

"Apakah kau tidak bisa menghubungi Sasuke? Aku dengar dia pergi dalam perjalanan.”

Tanya Gaara.

Sakura dengan lemas menggelengkan kepalanya.

"Pada tempat tertentu, sepertinya disana ada orang yang bisa berhubungan dengan Sasuke, kita bisa memberikan pesan verbal kepada mereka, tapi..."

"Apa orang itu bisa atau tidak menghubunginya, atau kapan Sasuke akan menerima pesan itu... kami tidak tau.”

Ino melanjutkan perkataanya ke Sakura.

"Kejadian ini berdasarkan pandangan desa Suna, kami tidak membocorkannya ke pihak lain, kami benar-benar akan menanganinya secara internal, orang yang tau kejadian ini adalah aku dan ANBU yang berada di misi itu. selain itu hanya Temari dan beberapa petinggi lainnya, dan juga para teroris yang ditangkap di tempat persembunyian sekarang sudah di penjara, karena itu, informasi ini tidak akan bocor keluar desa.”

"Uchiha Sasuke tidak mungkin mencoba bekerja sama dengan para teroris, aku dan Gaara juga berpikir demikian, pertama tiba-tiba dia berkata bahwa dia ingin memiliki bawahan lalu negosiasi itu belum selesai, Sasuke tidak seperti itu, dia tidak mungkin melakukan suatu hal yang begitu.”

Itulah yang Temari katakan.

Sakura dan Ino mengangguk.

"Sakura, Ino.. Cepatlah kalian kembali ke desa, kupikir kalian harus meminta pendapat Kakashi. Semenjak kalian datang ke Suna kalian malah mendapatkan masalah. Aku sangat berharap kalian akan melanjutkan kerja sama dengan kami selanjutnya dengan santai.”

Jawab Gaara.

Tentu, Sakura juga berencana untuk kembali ke desa. Ketika dia datang ke Sunagakure, disana terdapat banyak hal yang ingin ia lakukan, menyangkut sistem perawatan medis di Sunagakure, ia ingin belajar lebih dalam lagi dan juga dia ingin bertemu dan berbicara dengan seorang spesialis penelitian racun.

"Tapi sekarang, aku sudah mengirimkan seekor burung elang pembawa informasi, aku hanya mengirimkan ringkasannya saja ke Kakashi, sebaiknya aku yang pergi untuk menjelaskan semuanya kejadian ini secara rinci, tetapi aku adalah Kage, aku tidak bisa meningggalkan desa, karena itulah kenapa aku berada disini menyerahkan tugas ini ke kalian.”

"Dimengerti.”

Lalu Sakura berpikir: "Butuh empat hari untuk tiba, tapi sekarang aku harus kembali dalam tiga hari."

--- Chapter 2 Completed! Bersambung ke Novel Sakura Hiden Chapter 03 ---







Kembali ke Daftar Isi
Klik








Sumber DNI.