NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 03
--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---
Sinopsis ―Chapter Tiga, Shikamaru mengalami konflik batin. Orang-orang disekitarnya menyadari itu, namun tak banyak yang dapat mereka lakukan. Shikamaru akhirnya mengambil keputusan.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---
“Baiklah, dengan ini rapat bulan ini dapat dinyatakan selesai. Apa ada yang ingin bertanya?”
Shikamaru menutup matanya ―simbol kejenuhan mungkin, ketika suara tanpa semangat itu bertanya ke seluruh peserta rapat. Ternyata yang berbicara adalah seorang pemuda berkacamata ―Chojuro, Shinobi Kirigakure. Shikamaru mengenal Chojuro di perang dunia shinobi keempat sebagai salah satu pengawal Mizukage.
“Baiklah bila tidak ada... Shikamaru-san, silahkan...” kata Chojuro, masih dengan roman suara yang sama.
Shikamaru membuka sebelah matanya, dia melirik Chojuro. Tak kurang dari sepuluh Shinobi ―termasuk Shikamaru dan Chojuro, hadir pada rapat sore hari itu, semuanya duduk rapi di satu set meja berbentuk melingkar. Mereka semua kurang lebih seumuran dengan Shikamaru.
Saat ini mereka berada di Tetsu no Kuni, negara besi yang menjadi markas Serikat Shinobi.
Negara ini memiliki militer yang sangat kuat, namun bukan terdiri dari para Shinobi, melainkan Samurai. Menjelang perang dunia keempat, para Kage dari lima negara besar mengadakan pertemuan penting di negara ini. Dari pertemuan itulah terlahir aliansi Shinobi. Atas dasar itu, Tetsu no Kuni juga dipilih menjadi lokasi markas besar Serikat.
DI markas inilah, para perwakilan dari lima negara besar bekerja siang malam, demi perubahan yang lebih baik bagi dunia Shinobi.
Rapat hari ini dihadiri oleh para pemuda yang menanggung beban masa depan dunia Shinobi. Markas ini merupakan tempat dimana masa depan tersebut diperbincangkan. Shinobi yang dikirim untuk menghadiri rapat di markas besar adalah mereka yang paling berbakat di desanya masing-masing ―meski masih berusia muda. Bahkan beberapa diantaranya adalah kandidat Kage, maupun posisi-posisi penting lainnya.
Diantara mereka semua, Shikamaru dan Chojuro termasuk yang paling muda. Selain mereka berdua, disana juga terlihat Temari dari Sunagakure, serta Omoi dari Kumogakure.
Shikamaru mendapat amanat sebagai ketua dalam pertemuan dan rapat di markas besar. Sudah dapat dipastikan, bukan Shikamaru sendiri yang mengajukan diri untuk posisi tersebut. Ya, Shikamaru mengambil amanat tersebut setengah terpaksa, hanya karena memang ada banyak orang yang mencalonkan namanya.
“Shikamaru-san?” Chojuro terlihat heran melihat Shikamaru yang tak kunjung menanggapi kata-katanya.
Shikamaru tersadar dari lamunannya. Dia memandang sekeliling ruangan dengan tatapan setengah mengantuk, lalu mulai bicara.
“Baiklah... Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan dalam rapat hari ini. Aku harap pertemuan berikutnya juga bisa berjalan lancar seperti ini. Terima kasih, sampai jumpa bulan depan.”
Tanpa basa-basi, Shikamaru segera bangkit dari duduknya, mengemasi beberapa dokumen, dan langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan.
“Hei.” sebuah suara memanggil Shikamaru dari belakang.
Shikamaru berdecak, tanda tidak senang. Dia paham betul siapa pemilik suara itu. Dan dengan suasana pikiran Shikamaru saat ini, sudah jelas, dia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Termasuk dengan orang ini.
Shikamaru mempercepat langkahnya, berpura-pura tuli.
“Tunggu, Shikamaru!” kali ini dia berteriak.
“Ada apa sih?” Shikamaru menyerah, dia menoleh pada orang yang memanggilnya. Ternyata seorang perempuan.
Itu adalah Temari dari Sunagakure. Rambutnya tumbuh lebih pendek sejak dua tahun terakhir. Sementara wajahnya semakin dewasa, dengan roman muka yang jauh lebih kalem dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Harus diakui, dia telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.
“Kau ini kenapa?” tanya Temari.
“Apa maksudmu?” Shikamaru tak menjawab, malah balik bertanya.
“Tingkahmu aneh belakangan ini.” Temari meraih bahu Shikamaru, memaksa pemuda itu menghadap ke dirinya.
Menyusahkan... Kata itu sudah hampir terucap oleh bibir Shikamaru, namun ditelannya kembali di detik-detik terakhir.
“Seperti di rapat tadi, kau bersikap sangat dingin.” ujar Temari. “Tidak biasanya kau membuat keputusan tanpa banyak bicara dan menjelaskan semuanya. Tingkahmu membuat semua orang gugup, suasananya jadi aneh.” lanjutnya.
“Oh benarkah?” Shikamaru menanggapinya dengan singkat.
“Astaga, kau tidak menyadari itu? Katakan padaku, apa yang terjadi?” mata Temari sedikit melebar, dia benar-benar penasaran.
“Tidak ada...”
“Kau benar-benar tidak mau cerita pada siapapun? Bahkan padaku?” Temari masih menatap Shikamaru.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---
Sejak perang berakhir dua tahun yang lalu, Shikamaru telah bekerja bersama Temari di Serikat Shinobi. Temari adalah rekan yang baik dan pengertian. Mereka memiliki sentimen yang sama akan perdamaian. Mereka tak ingin, para Shinobi yang telah bersatu selama perang kembali terpecah belah.
“Jarang-jarang kau bersikap seperti ini. Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di Konoha.”
Firasat Temari memang ada benarnya, meskipun tak sepenuhnya tepat. Pikiran Shikamaru memang tentang Konoha, namun tidak di Konoha.
Bila ada perubahan paling drastis dalam dunia baru para Shinobi, itu adalah cara mereka menangani rahasia. Ya, rahasia. Seharusnya tak ada lagi ―atau tak banyak lagi rahasia antar desa Shinobi, apalagi bila rahasia tersebut menyangkut kepentingan bersama.
Namun tetap saja, Shikamaru sepertinya tetap tak punya niatan untuk memberitahu Temari yang sebenarnya. Menurutnya, melibatkan seluruh Serikat Shinobi dalam masalah dengan Shijima no Kuni bukanlah langkah yang bijaksana. Konoha harus menanganinya sendiri, begitu pikirnya.
“Sudah kubilang, tidak ada apa-apa..” jawab Shikamaru ketus.
“Oh, begitu ya.” Temari memejamkan matanya, tanda kesal.
―Buaakk!!
Tak lama, sebuah pukulan mendarat di wajah Shikamaru.
Wajah Temari yang tadinya kalem, berubah menjadi kesal, dan akhirnya memerah karena marah. Pukulan tadi datang begitu cepat, Shikamaru tak sempat menghindar. Ah, bahkan mungkin Shikamaru tak tahu apa yang sedang terjadi.
Tubuhnya tersungkur, pipinya bengkak. Dilihatnya Temari yang berada di depannya, wajahnya terlihat mengerikan.
“Aku benar-benar sudah salah menilai dirimu!” Temari berteriak. Kata-katanya bagai angin topan yang menerpa Shikamaru.
“Ma-maaf...” Sebuah permintaan maaf keluar tanpa disengaja.
Shikamaru teringat ayahnya. Terkadang Shikaku pulang terlalu larut meskipun tidak sedang dalam misi, sesampainya di rumah dia pasti dimarahi oleh istrinya sekaligus ibu Shikamaru, Nara Yoshino. Dan entah mengapa, saat dimarahi oleh Temari, Shikamaru merasa posisinya sama dengan ayahnya.
Temari berlalu, meninggalkan Shikamaru yang masih kesakitan. Kedua mata sayu-nya terlihat basah oleh air mata.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---
"Kau sudah berhenti makan?"
Suara itu datang dari Chouji yang duduk di depan Shikamaru, kedua pipinya sudah penuh dengan makanan. Sementara Ino duduk tenang di sampingnya. Mereka saat ini berada di Yakiniku-Q, restoran daging bakar terkenal di Konoha.
Sudah dua tahun sejak perang berakhir, dua teman Shikamrau itu telah tumbuh cukup dewasa. Chouji masih bertubuh tambun, sama seperti dulu. Namun sorot matanya terlihat lebih maskulin, dia juga memiliki jenggot yang lumayan lebat sekarang.
Sementara Ino, yang paling mencolok tentu saja perubahan di rambut pirangnya yang tumbuh semakin panjang dan indah. Dia tak lagi mengikat rambutnya, ditambah lagi tubuhnya yang semampai semakin membuatnya terlihat lebih dewasa.
“Apa kau sudah makan sesuatu sebelum kita datang ke sini, Shikamaru?” ujar Chouji, masih dengan mulut yang penuh.
“Masa pertumbuhan kami sudah lewat Chouji, itulah kenapa kami tidak makan sebanyak dirimu, hahaha.” sahut Ino.
"Hei!" mata Chouji melebar, dia sangat kesal.
Tawa Shikamaru meledak tanpa dikomando. Angin yang menenangkan berhembus di hatinya. Ah, sudah sekian lama sejak terakhir kali.
“Haha... Lagipula aku datang ke sini khusus untuk makan Yakiniku dengan kalian. Buat apa juga aku makan duluan.” masih tersisa tawa di wajahnya, Shikamaru mengulurkan sumpit untuk membakar daging di hadapannya.
Sumpitnya dihentikan oleh sepasang yang lain. Sudah bisa ditebak milik siapa.
“Heeey! Yang itu punyaku!!” itu Chouji yang menyela.
“Heehh.. Ya, ya, baiklah...” Shikamaru mengalah, dia mengambil daging yang lain.
“Sudah lama kita tidak keluar sama-sama ya, Shikamaru.” ujar Ino.
“Yah... Akhir-akhir ini kau susah sekali ditemui.” Chouji membenarkan.
“Shikamaru punya banyak tugas di Serikat. Dia juga tangan kanan Hokage. Wajar juga sih kalau dia susah ditemui, dia super sibuk sekarang.” Ino menimpali apa yang dikatakan Chouji.
“Yaaahh... Aku mengerti, tapi tetap saja...” Chouji menekuk kedua tangannya di meja, wajahnya tampak cemberut.
Separuh diri Shikamaru merasa lega mengetahui teman-temannya sadar kalau dia menghilang, tapi separuh diri lainnya merasa aneh, kesepian lebih tepatnya. Semua tak lagi sama dengan hari-hari di masa lalu, saat ini seperti ada jarak antara dirinya dan teman-temannya.
Sebenarnya bukan hanya Shikamaru yang sibuk. Ino dan Chouji sendiri juga telah tumbuh menjadi Chuunin yang sangat diandalkan Konoha. Yah, mereka juga sama saja sibuknya dengan Shikamaru.
Meski begitu, mereka tetap datang tanpa sedikitpun mengeluh ketika Shikamaru mengajak mereka berkumpul sejenak. Mereka adalah teman Shikamaru sejak kecil, teman terdekatnya.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by H S M ---
“Shikamaru... Ada apa?” Ino memecah lamunan Shikamaru.
“Ah, tidak. Aku memang ingin bertemu kalian saja.” Shikamaru menjawab sekenanya, sembari tersenyum tipis.
Ino tak bertanya lebih jauh, meski mungkin dia ingin. Obrolan mereka berlanjut. Tentang apa saja. Tentang kisah Chouji dan makanan. Tentang kehidupan cinta Ino. Dan pastinya. Tentang kenangan guru mereka, mendiang Asuma...
Mereka masih sehangat yang dulu. Seperti waktu itu.
Waktu dimana dia masih sering mengeluh akan apapun. Ketika semua hal masih terasa, yah... menyusahkan.
Meski begitu, melihat seberapa mereka telah tumbuh dewasa, Shikamaru tahu, mereka tidak akan pernah dapat kembali ke masa-masa itu.
Shikamaru pulang sendirian. Pada akhirnya dia tetap tak bisa mengatakan apapun pada mereka.
Sebentar lagi dia akan berangkat untuk misi berbahaya di Shijima no Kuni, maka dari itu dia bermaksud mengajak Ino dan Chouji pergi bersamanya. Namun melihat tawa dan kebahagiaan di wajah mereka, Shikamaru tak mampu berkata apapun.
Jalan yang dia ambil sangat kelam. Demi Konoha, demi Serikat Shinobi, demi perdamaian dunia, seseorang harus dibunuh. Ini bukanlah kemenangan yang bisa didapatkan secara adil. Dia harus dibunuh diam-diam. Dibunuh, secara rahasia.
Itu bukanlah sesuatu yang asing bagi seorang Shinobi. Seiring waktu, Shikamaru menyadari bahwa hal-hal semacam itu memang diperlukan demi kelangsungan perdamaian dunia.
Tapi tetap saja... Semakin sedikit orang yang mengotori tangannya untuk pekerjaan semacam itu, maka semakin baik. Shikamaru merasa tak tega untuk menyeret Ino dan Chouji kedalam kegelapan bersamanya.
“Jadi, seperti inilah ANBU...” Shikamaru mendongak ke langit, tak ada satupun bintang malam itu.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 ---
Sumber DNI.
No comments:
Post a Comment