Friday, 15 May 2015

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 "KONOHA"

--- Penulis: Takashi Yano ---
--- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ---


Translator’s Note ―Hello folks, first of all, I wanna say something important. Saya cuma translate dari naskah berbahasa Inggris, bukan langsung dari naskah original berbahasa Jepang. Jadi bila ditemui perbedaan disana-sini dari naskah asli, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat membaca smile emotikon

Sinopsis ― Chapter Satu, sebagian besar isinya adalah disposisi cerita, berupa lamunan Shikamaru tentang dirinya sendiri dan Konoha. Serta tentang keadaan dunia Shinobi pasca perang besar berakhir. Belum banyak yang terjadi.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 "Konoha" ---

”Memangnya sejak kapan aku berhenti menganggap dunia ini menyusahkan...”
Pikiran itu tiba-tiba terlintas di benak Shikamaru yang sedang berbaring melamun, menatap langit biru yang sedang cerah-cerahnya. Angin saat itu tak terlalu kencang berhembus, bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali. Sementara barisan awan tipis bertebaran di langit, saling berarak satu sama lain, melintas pelan di pandangan mata Shikamaru. Sesaat terdiam, Shikamaru lalu tertawa kecil, menertawai pikirannya sendiri beberapa detik yang lalu.

Shikamaru sadar, dia tak punya waktu untuk berpikir yang aneh-aneh. Entah dia terima atau tidak, kenyataannya saat ini Shikamaru adalah seseorang yang sangat sibuk.

Dua tahun telah berlalu pasca Perang Dunia Shinobi yang Keempat, dunia sedang berbenah, sekuat tenaga berusaha mengembalikan stabilitas seperti sedia kalanya. Aliansi kelima Kage yang terbentuk ketika perang pecah terus berlanjut hingga saat ini, dan sistem Shinobi secara keseluruhan juga ikut mengalami perubahan. Dunia kini perlahan bergerak, dan semua tak lagi sama.

Aliansi memang hanya diawali oleh lima pihak, namun setelah perang berakhir, mereka tumbuh semakin besar. Negara-negara kecil yang bertetangga dengan Shinobi Godaikoku (Lima negara besar Shinobi) banyak yang ikut mendeklarasikan keikutsertaan mereka dalam tubuh aliansi. Pengaruh dan lingkup aliansi yang begitu besar membuat seakan-akan itu tidak lagi bisa disebut sebagai persekutuan antar desa atau negara Shinobi, melainkan lebih kepada sebuah serikat. Ya, mungkin itulah istilah yang lebih tepat, Serikat Shinobi.

Kontrak untuk melaksanakan sebuah misi yang awalnya menjadi sesuatu yang eksklusif bagi masing-masing desa, kini ditangani langsung secara kolektif oleh Serikat Shinobi. Masing-masing desa yang berpartisipasi dalam Serikat Shinobi memiliki duta yang ditugaskan di desa lain sebagai perwakilan dalam negosiasi sebuah kontrak. Dengan cara ini keseimbangan kerja antar desa dapat dijamin, kesenjangan antar desa yang terjadi di masa lalu pun sedikit demi sedikit dapat dikikis. Dunia Shinobi akhirnya dapat menghirup udara segar, mereka menyambut era perdamaian dengan tangan terbuka.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by H S M ---

“Huaaahh...”

Shikamaru menguap. Cuaca sore itu memang sedang cerah, tapi ubin tempatnya berbaring cukup dingin untuk membuat punggungnya membeku. Bila dibiarkan seperti itu, mungkin satu-satunya hal yang akan dia dapat adalah demam dan flu, tapi Shikamaru tak peduli. Dia memang punya alasan untuk tak segera beranjak dari tempat itu.

Selepas waktu santainya yang cuma sekelebat ini, Shikamaru ditunggu oleh banyak sekali pekerjaan. Begitu banyak, hingga bilapun ini sebuah lawakan, akan sangat sulit untuk tertawa atasnya.

Shikamaru tahu pasti, sesaat setelah dia bangkit dari pembaringannya, otaknya akan langsung berganti ke mode kerja. Dan bila itu terjadi, Shikamaru paham bahwa akan sangat sulit baginya untuk mendapat waktu santai seperti ini lagi. Dia hanya ingin bermalas-malasan selama mungkin yang dia bisa, hingga malam, atau bahkan hingga fajar selanjutnya. Sampai ada seseorang yang datang menemukannya, Shikamaru tidak memiliki sedikitpun niat untuk beranjak dari tempat itu.

Tempat itu... tempat dimana seseorang dapat melihat seluruh Konoha sejauh mata memandang. Juga tempat dimana orang nomor satu di Konoha tinggal dan bertugas. Ya, tempat itu adalah kediaman sang Hokage, dan Shikamaru sedang bermalas-malasan di atas atapnya.

Dari sana, Shikamaru dapat melihat dengan jelas wajah para Hokage dari generasi ke generasi terpahat rapi di sebuah tebing. Urut dari yang paling kiri, wajah sang pendiri Konohagakure, Hokage pertama, Hashirama Senju. Lalu berlanjut ke adiknya yang menjadi Hokage kedua, Tobirama Senju. Disebelahnya terpahat wajah sang Hokage ketiga yang gugur melindungi desa dari upaya kudeta yang dilakukan Orochimaru bertahun silam, Sarutobi Hiruzen. Berikutnya adalah pahatan wajah Hokage termuda dalam sejarah Konoha, pahlawan perang yang dijuluki Konoha no Kiroi Senko ―Minato Namikaze. Sementara pahatan kelima menggambarkan wajah salah satu dari tiga Shinobi legendaris Konoha, sekaligus satu-satunya Hokage wanita yang pernah memimpin desa, Tsunade Senju.

Mereka semua adalah Hokage yang memimpin desa di era lampau. Lalu, bagaimana dengan saat ini?

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by H S M ---

Dibandingkan dengan yang lain, pahatan wajah Hokage keenam terlihat sedikit berbeda. Sepasang mata sayu terpahat sangat detail, menatap Konoha dari antara untaian rambut yang cukup panjang hingga menutupi sebagian besar dahinya. Namun selain mata dan pangkal hidung, tak banyak yang terlihat dari wajah sang Hokage keenam ini. Itu karena bagian bawah wajahnya memang tersembunyi dengan sempurna dibalik sebuah topeng.

Hatake Kakashi. Ya, itulah nama sang Hokage keenam.

(Deskripsi patung Hokage Kakashi sedikit berbeda dengan apa yang terlihat di chapter 700. Di chapter 700 diperlihatkan bahwa patung Hokage Kakashi mengenakan ikat kepala Konoha. Sementara di novel Shikamaru Hiden pahatan wajah Kakashi di deskripsikan dengan rambut terurai, seperti penampilan sehari-harinya sebagai Hokage bila tidak sedang dalam misi.)

Kakashi adalah guru dari dua orang yang memimpin para Shinobi menuju kemenangannya. Saat ini hampir tidak ada satupun orang di dunia yang tidak mengenal namanya dan juga murid-muridnya. Banyak orang yang mengagumi sosok mereka di seluruh penjuru dunia, bahkan menyebut mereka sebagai “pahlawan legendaris”. Namun Shikamaru, orang yang mengenal ketiga orang tersebut dengan sangat baik, berpendapat sedikit berbeda. Tak ada satupun dari mereka yang terlalu pas disebut sebagai “legenda” ―setidaknya itu menurut Shikamaru.

Lihat saja Kakashi, dia memang seorang guru sekaligus Shinobi yang cakap dan layak dijadikan panutan, juga seseorang yang sangat bisa diandalkan ketika menghadapi situasi genting. Namun diluar semua itu, pada dasarnya dia adalah seorang pemalas ―kurang lebih sama seperti Shikamaru sendiri.

Sementara dua orang “pahlawan” yang lain juga tidak jauh berbeda. Yang satu adalah seseorang yang bodohnya tidak terhingga, sementara yang satu lagi adalah orang yang luar biasa keras kepala. Kalau saja orang-orang di luar sana mengenal mereka lebih dekat, mungkin tidak ada yang mau memanggil mereka dengan gelar istimewa semacam “legenda hidup” ―Shikamaru hanya tersenyum kecil memikirkan itu semua.

“Hehehe, dibanding mereka, memangnya apa yang sudah kulakukan...”

Kata-kata itu meluncur dari mulut Shikamaru tanpa disadarinya. Dia paham, dirinya sendiri adalah orang yang sama sekali tidak cocok menjadi seorang pahlawan, alih-alih seorang legenda. Lagipula, Shikamaru memang tidak ingin menjadi salah satunya, entah pahlawan atau legenda.

Shikamaru bukanlah seorang ninja yang mau berlatih mati-matian untuk mengembangkan Ninjutsu, atau belajar menjadi spesialis ilmu medis. Dia juga tidak pernah ingin menjadi seseorang yang memiliki kedudukan tinggi. Shikamaru hanya ingin menjadi sosok yang biasa-biasa saja.

Dia ingin menjadi seorang ninja dengan pangkat yang tidak terlalu tinggi, menjalankan misi yang tidak terlalu merepotkan, menikahi seorang wanita yang bersahaja, mempunyai beberapa anak, membesarkan mereka, lalu menghabiskan masa tua dalam kehidupan yang sederhana, hingga akhirnya meninggal dalam damai.

Sebagian besar orang berpendapat bahwa kehidupan harusnya lebih dari sesuatu yang ala kadarnya seperti itu, tapi tidak bagi Shikamaru. Justru kehidupan seperti itulah yang menjadi impiannya, baginya itulah makna sebenarnya dari sebuah kebahagian.

Berbaring melamun menatap langit di hari yang cerah, memandang awan, dan membiarkan pikiran melayang bersama mereka. Lalu bila hari hujan, menghabiskan waktu untuk bermain Shogi di rumah seharusnya sudah lebih dari cukup. Hidup tanpa tekanan dan ekpektasi dari banyak orang. Bukankah itu adalah sebuah kehidupan yang indah?

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by H S M ---

“Huaaaahh...”

Lagi-lagi Shikamaru menguap, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Dia sadar akan sesuatu.

Kenyataan... ya, kenyataan. Kenyataan adalah lawan yang sangat berat.

Bila lawan kita adalah manusia, setidaknya kita tahu bahwa sesulit apapun, kita pasti mampu mengalahkannya. Bilapun dia adalah manusia setengah dewa, atau bahkan dewa sekalipun. Toh, lawan yang dihadapi dalam perang sebelum ini juga bisa dibilang bukan manusia biasa, namun dengan kerja keras dan bersatunya para Shinobi, lawan-lawan tersebut tetap bisa dikalahkan pada akhirnya. Lalu bagaimana dengan kenyataan?

Kenyataan adalah sesuatu yang abstrak, tak memiliki wujud. Kita tidak akan pernah bisa mengalahkan sesuatu yang tidak memiliki wujud. Dan, Shikamaru telah membuktikannya sendiri.

Tidak peduli seberapa berharapnya Shikamaru akan kehidupan yang menjadi impiannya, kenyataan selalu punya cara untuk membawa Shikamaru ke arah sebaliknya. Shikamaru, yang sebenarnya sangat ingin menjadi seorang yang biasa-biasa saja, saat ini malah menjadi sosok yang sangat penting dalam tubuh Serikat Shinobi.

Shikamaru memiliki begitu banyak pekerjaan. Mulai dari mengklasifikasikan peringkat misi, memilah semua kontrak yang masuk ke setiap negara, kemudian menganalisis karakteristik masing-masing desa Shinobi untuk menentukan desa mana yang paling tepat untuk menangani sebuah misi atau kontrak tertentu, hingga mendampingi para Kage sebagai konsultan. Serikat Shinobi benar-benar membutuhkan Shikamaru hampir dalam semua hal, bahkan yang sepele, seperti menemani Tsuchikage bermain Shogi misalnya.

“Shikamaru, sang penasehat Serikat Shinobi dari Konoha”. Lihatlah, bahkan dia sudah memiliki sebuah julukan sekarang. Sesuatu yang hampir pasti tidak pernah terlintas di pikiran Shikamaru sebelumnya.

Meski Shikamaru tidak pernah ingin menonjolkan dirinya, meski dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk sukses dalam hal apapun, bahkan terkadang sengaja untuk menggagalkan dirinya sendiri, semesta seperti selalu punya cara untuk membuatnya mengungguli orang lain.

Kesalahan pertamanya terjadi ketika ujian Chuunin. Sebuah ujian kenaikan tingkat yang diadakan oleh lima negara besar, dan diikuti oleh Genin dari lima desa besar serta desa-desa kecil di sekitar mereka. Ketika itu ujian dilaksanakan di Konoha, namun berhenti di tengah jalan akibat upaya kudeta yang dilakukan oleh Orochimaru. Shikamaru, untuk beberapa alasan tertentu, dipromosikan sebagai Chuunin ―dan yang lebih istimewa, dari ratusan peserta yang mengikuti ujian, hanya dialah yang berhasil mendapatkan kenaikan tingkat tersebut.

Nasib sial Shikamaru dimulai di babak terakhir ujian Chuunin, ketika para peserta yang tersisa berhadapan satu sama lain dalam arena pertarungan. Strategi serta cara Shikamaru menggunakan Kagemane no Jutsu benar-benar memukau semua orang, baik para penonton, peserta lain, bahkan lawannya sendiri ―seorang Kunoichi bersenjatakan kipas besar dari desa pasir, Sunagakure.

Pertarungan sendiri sebenarnya berakhir dengan imbang, sebelum akhirnya Shikamaru menyerah di detik-detik terakhir. Namun justru itulah poin penting yang dilihat para petinggi desa darinya.

Menjadi seorang Chuunin yang bertanggung jawab akan nyawa bawahan nya, kemampuan seseorang dalam menganalisa situasi dan mengambil tindakan terbaik atas dasar analisa tersebut menjadi sangat penting. Para petinggi desa melihat Shikamaru memiliki kualitas tersebut, dan memutuskan untuk menjadikannya Chuunin.

Sebuah hasil yang tentunya sama sekali tidak dia inginkan. Ah, lagipula, keikutsertaan Shikamaru dalam ujian ini juga bukan sepenuhnya atas keinginannya sendiri.

Asuma Sarutobi, gurunya itulah yang “memaksa” Shikamaru untuk mengikuti ujian ini. Atas dasar hormatnya pada Asuma serta rasa setia kawannya kepada dua rekan setimnya yang lain, Shikamaru bersedia mengikuti ujian ini meski setengah hati. Yah apapun itu, tetap saja, kenyataan berhasil menuntun Shikamaru untuk menjadi seorang Chuunin, sekaligus mendapatkan pengakuan dari seluruh desa.

Sejak saat itu, rencana hidup yang diimpikan Shikamaru sedikit demi sedikit mulai hancur berantakan. Yah, meski dalam artian yang baik.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by H S M ---

Sudah dua tahun sejak Perang Dunia Shinobi keempat berakhir. Shikamaru saat ini telah berusia 19 tahun. Sebuah usia dimana seseorang tak lagi pantas dipanggil anak kecil.

Shikamaru bertanya-tanya, betapa bangganya seseorang ketika banyak orang yang meletakkan harapan mereka di pundaknya. Apakah sesuatu seperti itu dapat disebut sebagai sebuah pencapaian? Tak perlu waktu lama untuk menemukan jawabannya. Sahabat Shikamaru ―Naruto, yang sangat ingin menjadikan pundaknya sebagai sandaran harapan bagi banyak orang, saat ini telah berhasil mencapai impiannya tersebut, dan akhirnya menjadi pahlawan bagi desa dan seluruh dunia Shinobi.

Shikamaru sangat paham bahwa manusia adalah mahkluk hidup yang mau tidak mau, memang harus saling bergantung satu sama lain. Karena itulah, meski lebih suka bila tidak ada orang yang bergantung padanya, Shikamaru tidak pernah keberatan untuk mengulurkan tangannya bagi siapapun yang membutuhkan. Pun dalam misi, dia sadar bahwa dalam beberapa situasi tertentu, harapan memang ada dipundaknya, dan dia tidak keberatan untuk melakukan apapun demi mewujudkan harapan tersebut. Dirinya mungkin tukang mengeluh, namun sama sekali tak kenal kata menyerah.

Shikamaru memang harus seperti itu, karena kini dia memiliki banyak tanggung jawab, akan tugasnya, terlebih lagi, akan sumpahnya.

Bertahun silam, kelompok yang berniat menguasai dunia ―Akatsuki, membunuh gurunya Asuma dalam sebuah pertempuran. Saat itu, istri Asuma ―Yuhi Kurenai, yang juga adalah guru teman seangkatan Shikamaru, sedang dalam keadaan mengandung putrinya yang saat ini telah berusia dua tahun. Sarutobi Mirai, nama gadis kecil itu.

Shikamaru telah bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa dia akan membimbing serta menjaga Mirai dengan segenap tenaganya. Sebuah sumpah yang akan dia jaga hingga akhir hayatnya.

Ayah Shikamaru, Nara Shikaku, adalah ahli strategi aliansi Shinobi dalam perang dunia keempat. Dia gugur bersama seluruh Shinobi di markas pusat aliansi, termasuk ayah sahabat Shikamaru ―Inoichi Yamanaka, setelah tempat itu dibombardir oleh Bijuudama yang ditembakkan oleh Juubi.

“Kami selalu bersamamu, jangan pernah lupakan itu!”

Hingga saat ini, kata-kata terakhir Shikaku tersebut masih mengiang jelas dalam pikiran Shikamaru. Dan untuk itulah, Shikamaru berjanji akan menjadi pria yang sebaik ayahnya. Ini adalah sumpah keduanya.

Dan saat ini ada dia... Ya, dia. Naruto, sang pahlawan Shinobi. Orang keras kepala yang bermimpi menjadi seorang Hokage. Dia yang tak pernah menarik kata-katanya, dan tak pernah menyerah dalam situasi apapun.

Ketika pertempuran menghadapi Juubi, Shikamaru sempat berada dalam keadaan sekarat. Dan di saat-saat genting itulah, sumpah lain Shikamaru terucap.

“Sepertinya memang tidak ada yang lebih cocok menjadi penasehat si bodoh itu selain aku. Maaf ayah, aku masih belum bisa menyusulmu saat ini.”

Ya, bila Naruto benar-benar akan menjadi Hokage, maka Shikamaru lah akan menjadi tangan kanannya. Sekarang itu adalah impiannya.

Shikamaru telah memiliki banyak sekali tanggung jawab, dia sendiri bahkan tidak berani menghitungnya ―karena memang sudah terlalu banyak. Semesta mendukungnya menjadi pribadi yang terus maju, meski sebenarnya dia paham, itu bertentangan dengan impian terdalamnya. Namun tak dapat dipungkiri, menjadi pundak tumpuan harapan banyak orang adalah sesuatu yang baik, dan Shikamaru merasa harus bersyukur atas keadaannya sekarang.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by H S M ---

Shikamaru tersenyum kecil.

Sebagai seorang manusia biasa, Shikamaru juga memiliki rasa lelah, serta kebimbangan. Shikamaru yang sebenarnya bukanlah Shikamaru yang dipikirkan ―dan diharapkan oleh banyak orang. Shikamaru yang sebenarnya adalah pria yang menganggap semua hal menyusahkan, dan pria yang memiliki impian akan kehidupan yang biasa-biasa saja. Semakin besar ekspektasi banyak orang akan dirinya, semakin besar pula keinginannya untuk lari dari kenyataan. Itulah kebenaran seorang Nara Shikamaru. Kebenaran yang disadari ―namun tidak dipahami oleh banyak orang, bahkan mungkin Shikamaru sendiri.

Dia teringat masa-masa sebelum ini. Di mana orang-orang di sekitarnya sangat memahami betapa Shikamaru adalah orang yang tidak pernah sepi dari mengeluh. Betapa Shikamaru adalah orang yang terlalu malas untuk mencapai apapun juga.

Sejak kapan itu berubah? Sejak kapan mereka mulai salah memahami Shikamaru?

Dan seperti yang dipikirkan Shikamaru sedari tadi ―sejak kapan dia berhenti menganggap segala sesuatu di dunia ini menyusahkan?

“Iya ya, kalau dipikir-pikir memangnya kapan semua itu dimulai...?”

Shikamaru bergumam pelan, masih sambil memandangi langit dengan pandangan setengah mengantuk.

Namun tiba-tiba mata Shikamaru menangkap sesuatu. Alisnya menajam, matanya memicing, mencoba melihat lebih jelas. Ternyata itu adalah seekor burung, burung elang lebih tepatnya.

Elang tersebut terbang ke arah barat, dimana sebagian langit telah berubah warna menjadi jingga. Ya, tanpa terasa matahari sudah akan tenggelam, senja akan segera datang. Elang tersebut membentangkan sayap lebarnya dan terbang berputar-putar di atas Shikamaru ―atau lebih tepatnya, di atas kediaman Hokage.

Shikamaru merasa ada yang tidak beres, dia segera bangkit dari tempatnya berbaring. Pikirannya yang sedari tadi melayang-layang entah kemana telah kembali tajam, sementara pandangan matanya masih sama, menatap tajam si elang.

Hitam legam. Elang itu begitu legamnya hingga seakan terbuat dengan tinta.

Tunggu, itu memang elang tinta. Chojuu Giga, teknik ninja milik salah satu rekan Shikamaru ―Sai.

Sai adalah seseorang yang dulunya bergabung dengan Naruto dan Haruno Sakura dalam tim 7 sebagai pengganti Uchiha Sasuke yang menghilang dari desa. Chojuu Giga adalah salah satu spesialisasi-nya.

”Akhirnya tiba juga...”.

Elang tinta tersebut berhenti terbang memutar dan mulai terbang rendah, sepertinya bersiap mendarat.

Bersamaan dengan itu Shikamaru segera berlari turun dari atap, menyusuri tangga menuju kantor Hokage. Setibanya di sana, Shikamaru langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Oh, Shikamaru.”

Kakashi, sang Hokage, menyapa Shikamaru yang baru saja memasuki kantornya. Dia sendiri sedang berdiri di belakang meja kerjanya yang dipenuhi tumpukan dokumen dan buku-buku, sambil sibuk membaca sebuah gulungan, entah apa isinya.

“Maaf, apa elang yang tadi...”
“Iya, benar.”

Kakashi memberikan gulungan yang dipegangnya tersebut kepada Shikamaru, sepertinya isinya sangat penting. Shikamaru membacanya. Terlihat sebarisan kalimat yang ditulis dengan berantakan, seakan dalam keadaan terburu-buru.

“Situasinya benar-benar lebih gawat dari apa yang kita perkirakan.”

Tatapan Kakashi terasa sedikit berbeda ketika dia mengucapkan kata-kata itu. Sorot matanya terlihat sangat serius, lebih dari apa yang Shikamaru bisa bayangkan. Bahkan cara bicara sang Hokage juga ikut berganti, nada suaranya terdengar lebih muram. Semua itu memberi Shikamaru perasaan yang tidak enak, sebuah firasat, seakan sesuatu yang buruk sedang terjadi.

Mata Shikamaru kembali mengalihkan pandangannya ke arah gulungan, mencermati kata demi kata yang sebenarnya tidak terlalu mudah dibaca. Seluruh pesan Sai ditulis dengan huruf yang terlukis kecil dan tegas. Namun, terdapat satu kalimat yang ditulis dengan ukuran yang jauh lebih besar dari yang lain, dengan goresan tebal dan terkesan liar. Itu adalah kalimat terakhir dalam pesan Sai, yang tertulis...

“Aku tak lagi mengenal siapa diriku...”

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 ---



Sumber DNI

No comments:

Post a Comment